Gayatri| Part 2 | Ancaman

278 43 24
                                    

"Kau ... baik-baik saja, Aya?"

Kumala memberikan segelas air mineral hangat saat Gayatri kembali dari kamar mandi. Gayatri tersenyum seraya meminum air mineral itu untuk menenangkan dirinya.

"Terimakasih. Kau baik sekali."

"Ah, tidak masalah. Bukankah seharusnya kita memang saling membantu. Kau dan aku adalah partner. Jangan sungkan."

Gayatri menatap tumpukan berkas pembunuhan AKBP Adji Sulaiman yang sudah tampak kembali rapi, tapi belum dikembalikan ke rak seperti semula.

"Sepertinya kau tertarik dengan kasusnya, ya?"

Gayatri menatap Kumala, lalu tersenyum tipis.

"Aku selalu berpikir tentang anak perempuan AKBP Adji Sulaiman yang hilang usai kejadian itu. Kabarnya, dia melihat kejadian sadis itu. Ada yang bilang dia adalah saksi kunci satu-satunya. Namun, keberadaannya saja tidak dapat dipastikan sampai detik ini. Sejak awal mendengar kasus ini, aku bersimpati pada anak itu."

Gayatri diam. Ia menatap Kumala dengan saksama.

"Mau jadi penyidik sungguhan, nggak?" tanya Gayatri kemudian.

Kumala membulatkan matanya, lalu tertawa.

"Membiarkan para senior laki-laki itu memberikan kasus pada kita? Jangan harap!" cibirnya.

"Kita tangani kasus AKBP Adji diam-diam. Aku lihat sepertinya kau tahu banyak kasus itu. Aku tertarik karena sampai saat ini kasusnya masih terpendam dan tidak terungkap. Jadi, bagaimana kalau kita gunakan kasus ini sebagai latihan sebelum benar-benar menjadi penyidik dan menangani kasus sungguhaan?"

Kumala kembali tertawa. Matanya membulat dan berbinar secara bersamaan saat ia menatap Gayatri yang sangat antusias dengan kasus sakral itu.

"Kasus AKBP Adji juga kasus sungguhan, Aya. Lagipula, kita minim pengalaman. Di sekolah dulu diajari juga cara melakukan penyidikan dan investigasi, tapi ... biasanya teori dan kenyataan itu berbeda jauh. Kasus ini sangat rumit. Aku yakin, banyak part yang hilang dari kasusnya hingga sulit diungkapkan."

Gayatri beranjak dari tempatnya ia kembali mengambil berkas kasus AKBP Adji Sulaiman. Ia mengernyit manakala melihat daftar nama para penyidik yang sempat menangani kasus itu. Ia juga menemukan daftar anggota tim Investigasi Luar Biasa dibawah pimpinan AKBP Adji Sulaiman. Mata Gayatri terkunci pada satu nama Iptu Nugraha Barata. Nama yang tidak asing baginya.

"Ada apa?" tanya Kumala yang seketika melongok menatap catatan daftar anggota tim Investigasi Kasus Luar Biasa terdahulu.

"Ah, kata orang itu tim setan."

Gayatri mengerutkan keningnya. Menatap heran dengan pendapat Kumala.

"Jangan heran, ayahku dulu bekerja juga dengan AKBP Adji. Ada namanya di sini. Brigadir Joshua. Dia penyidik pembantu juga. Dia banyak bercerita soal komandannya yang tewas dibunuh itu. Makanya aku banyak tahu soal kasus ini."

Gayatri mengangguk paham. Ia menatap kembali daftar anggota penyidik. Ia menemukan nama ayah Kumala ada dalam daftar tersebut.

"Apa kamu tahu saat sebelum kejadian tragis itu mereka sedang menyelidiki soal apa?"

Kumala tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya menggeleng.

"Entahlah. Ayahku tidak pernah bercerita soal itu. Yang aku ingat, setelah kematian AKBP Adji, tim yang dikenal dengan sebutan Tim Setan itu dibubarkan. Semua berpencar, termasuk ayahku. Dia dipindahtugaskan ke bagian arsip sampai pensiun. Eh, kenapa aku tidak terpikir untuk menanyakannya. Kau sedetail itu memahami kasus yang baru kamu buka?"

GAYATRIOù les histoires vivent. Découvrez maintenant