Gayatri | Part 4 | Tempat Kejadian Perkara

283 47 23
                                    

Suara sirine dan iring-iringan mobil polisi, ambulance, dan pemadam kebakaran berdatangan ke rumah kediaman Aiptu Nurahman yang sudah terbakar hebat. Api yang menyala pada rumah dua lantai itu berkobar-kobar. Tim pemadam kebakaran sedang berjibaku untuk memadamkan api agar tidak merembet ke rumah tetangga sekitar.

Banyak warga dan media yang turut meliput kejadian tersebut. Gayatri menelan salivanya susah payah saat melihat kobaran api yang masih menyala itu. Ia turun dari mobil bersama Agam, tapi langkahnya melambat. Ingatan akan masa lalunya kembali menyeruak membuat napasnya mulai tidak beraturan. Tanpa sengaja tangannya meremas lengan Agam yang seketika menoleh bingung. Ditengah kepanikan kebakaran dan Gayatri yang tampak pucat dan kacau.

"Kamu baik-baik saja?" tanya Agam saat menyadari ada hal yang tidak beres menimpa anak buahnya itu.

"Bripda Gayatri, apa kamu sakit?" lanjutnya saat melihat Gayatri mulai sesak napas dan tak lama ambruk.

Gayatri pingsan.

Agam membulatkan matanya. Tidak menyangka jika anak buahnya justru pingsan ditengah kekacauan yang terjadi. Dengan sigap Agam menggendong Gayatri seorang diri, membawa gadis itu dari tengah-tengah kerumunan orang. Dia berteriak pada petugas medis yang berjaga di sekitsr ambulance dan mulai meminta pertolongan pada mereka.

Agam menunggu di samping Gayatri dengan wajah panik dan bingung. Banyak sekali pertanyaan yang berputar dalam pikirannya mengenai keadaan Gayatri. Detak jantungnya pun kian cepat. Masa lalu Agam pun tak lama menyergap kembali dalam ingatan seperti kaset rusak. Matanya berkaca-kaca. Tubuhnya gemetaran. Agam mulai panik saat Gayatri belum juga sadar. Namun , tak lama kepanikannya berubah menjadi sebuah kelegaan mana kala Gayatri kembali membuka matanya. Ia siuman.

Agam menatap Gayatri dengan  mata berkaca-kaca. Tanpa basa basi pria itu segera mendekap Gayatri dan memberikan pelukan erat pada gadis itu.

Gayatri yang baru saja sadarkan diri hanya bisa terdiam, membeku di tempatnya. Tubuhnya bahkan masih lemah, tapi Agam sudah memeluknya begitu erat.

"Saya baik-baik saja," ucap Gayatri tertahan. Ia mulai merasakan sesak di leher dan dadanya karena Agam memeluknya terlalu kencang.

Agam tersadar. Ia mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya melepaskan pelukannya seketika itu juga. Agam berdehem beberapa kali untuk menetralkan kecanggungan yang ia buat sendiri.

"Ehem ... kamu sudah sadar? Kamu baik-baik saja?" tanyanya canggung seraya membantu Gayatri untuk bangkit dari tidurnya.

"Istri bapak sudah baikan, Pak. Tekanan darahnya rendah, lebih baik jangan dibawa ke tengah kerumunan seperti ini."

Gayatri dan Agam membulatkan mata mereka menatap petugas medis yang tadi menangani Gayatri. Keduanya pun saling menatap canggung dengan senyum simpul. Agam pun menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Dia sedikit salah tingkah karena petugas medis itu tampak salah sangka. Agam menggandeng Gayatri dan membantu gadis itu untuk turun dari ambulance tanpa memberikan keterangan lain pada petugas medis itu.

"Seharusnya tadi kalau lelah, tidak perlu ikut," ucap Agam sedikit mengomel.

"Maafkan saya, Ndan. Saya tidak terlalu baik mengenali keadaan tubuh saya sendiri karena menurut saya, saya tidak merasa lelah sama sekali."

Agam membuka pintu mobilnya ia meminta Gayatri untuk menunggu saja di dalam mobil.

"Duduk saja di sini."

"Tapi, Ndan .... "

"Sudah menurut saja!" ucap Agam seraya mendudukkan paksa Gayatri pada bangku penumpang. "Api masih berkobar, banyak orang di sana yang mengerumuni, kurang kondusif untuk kondisi kamu. Jadi, lebih baik tunggu saja di sini sementara menunggu apinya padam," lanjutnya.

GAYATRIWhere stories live. Discover now