Epilog

290 25 0
                                    

"Ah, rasanya aku sangat merindukan tempat ini."

Karel tersenyum lebar ketika kakinya baru saja turun dari kapal yang membawanya berlayar dari Netherland. Sudah dua bulan ia meninggalkan tempat ini. Ia begitu tidak sabar untuk bertemu dua temannya. Ngomong-ngomong, bagaimana dengan Egbert? Apakah pemuda itu sudah mengubah sikap bodohnya?

Karel tertawa dalam hati, membayangkan Egbert dan Nicolas yang berdebat setiap hari tanpa ada dirinya untuk menengahi.

"Bagaimana keadaan di sana? Apakah semua baik-baik saja?"

"Semuanya terkendali, Meneer. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Letjen Dedrick mengangguk mendengar pernyataan Karel. "Baiklah, kalau begitu kau boleh pergi."

Dengan senyum lebarnya, Karel mengangguk dan melangkah pergi. Ia tidak akan langsung kembali ke rumahnya, melainkan ia akan menemui Egbert dan Nicolas dulu. Karel tidak sabar untuk mendengarkan keluhan Nicolas yang terlalu lelah menasihati Egbert si keras kepala.

"Nicolas!"

Sebuah keberuntungan. Tak jauh berjalan, Karel bertemu dengan Nicolas. Namun anehnya, pemuda itu tengah menunduk lesu.

"Karel?"

Raut Nicolas tampak terkejut. Ia tersenyum melihat temannya sudah kembali.

"Sejak kapan kau kembali?" tanyanya.

"Aku baru saja tiba. Ngomong-ngomong, kau hanya sendiri? Di mana Egbert?"

Senyuman Nicolas lantas luntur. Raut sendu yang belakangan ini selalu terpasang di wajahnya kembali. Hal itu jelas membuat Karel merasa bingung dengan perubahan raut wajah Nicolas yang tiba-tiba.

"Kenapa kau terlihat sedih? Apa sesuatu yang buruk telah terjadi?"

"Ini bahkan lebih dari buruk." Nicolas bergumam pelan.

"Ada apa sebenarnya?"

Perasaan Karel menjadi tidak enak. Ia khawatir sesuatu yang buruk terjadi selama ia tidak di sini.

"Egbert ... sudah dikirim oleh Letjen Dedrick untuk kembali ke Netherland."

Nicolas mengembuskan napas berat. Padahal, jauh sebelum Karel kembali Nicolas sudah memikirkan jawaban apa yang akan ia berikan saat pemuda itu menanyakan hal ini. Namun nyatanya, Nicolas kehilangan kalimatnya.

"Egbert tidak melakukan hal yang bodoh, kan? Jawab aku. Semua orang tidak mengetahui rahasianya, kan?"

Suara Karel terdengar panik. Kabar macam apa ini? Ia baru saja kembali dari Netherland, dan tiba-tiba diberitahu kalau Egbert telah dikirim kembali ke negeri itu.

"Sayangnya, Meneer Janssen bahkan ikut mengetahui itu. Aku tidak bisa berbuat apa-apa untuknya, Karel. Maafkan aku."

Nicolas menunduk. Tangannya mengepal erat, berusaha menekan kesedihan yang kembali naik ke permukaan.

Sementara Karel terdiam. Ia tidak tahu harus berkata apa setelah mendengar kabar ini.

"Aku tidak bisa membuatmu kembali bertemu dengannya."

Suara Nicolas terdengar bergetar. Kehilangan teman yang sudah bersama sejak lama memang terasa menyakitkan. Bahkan ia tidak tahu apa yang sedang Egbert lakukan di sana sekarang. Apakah pemuda itu hidup dengan layak?

"Akh pernah mendengar ada yang dikirim kembali ke Netherland karena melanggar sumpahnya. Tapi aku tidak pernah berpikir bahwa itu adalah Egbert."

Sedih? Tentu saja. Karel tidak bisa membayangkan rasa sakit yang diterima oleh Egbert. Ia tidak berhasil hidup bersama seseorang yang ia inginkan. Dan sekarang, ia harus menjalani kehidupan di sana yang begitu kejam.

Karel tidak pernah menyangka bahwa pertemuannya dengan Egbert saat itu menjadi yang terakhir.

"Aku harap kau baik-baik saja di sana, Egbert."

***

Choi Soobin as Nicolas Fadde Bakker

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Choi Soobin as Nicolas Fadde Bakker

Choi Soobin as Nicolas Fadde Bakker

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lee Felix as Karel Willem Smit

Egbert Van Loen, 1935. [LJN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang