03|Alfred

738 122 32
                                    

•┈••✦ ⏳ ✦••┈•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•┈••✦ ⏳ ✦••┈•

Iris mata coklat yang semula terpejam kini mulai memperlihatkan tanda-tanda untuk terbuka, secara perlahan tetapi pasti kelopak mata itu terbuka perlahan. Melirik sekitar, otaknya berusaha memproses sedang dimana dirinya sekarang.

Ekor mata Galen tidak sengaja melihat sosok pemuda tak lain adalah Garvin sedang tertidur disamping brangkarnya, bibirnya terangkat beberapa inci, lucu sekali. Mengingat pemuda itu selalu kasar dan berkata pedas kini sedang dalam posisi seperti itu. Galen dengan keusilannya menarik ujung rambut yang secara spontan mendapatkan jeritan Garvin.

"Akkh! Sialan, sakit." Garvin terbangun menatap penuh sinis kearah Galen yang baru saja sadar sudah membuatnya kesal.

"Len! Lo, ampun deh. Baru aja sadar, mending nggak usah sadar aja sekalian."

"Lambehmu itu loh Vin.."

Garvin hanya menghiperbolakan mata malas, sudah lelah meladeni sifat usil pemuda itu.

"Vin, gue haus nih." Galen berujar sambil memegangi tenggorokannya.

"Terus? Maksud lo?" Garvin menaikan sebelas alisnya.

"Beliin gue minum dong.." Pinta Galen sembari menyengir kearah Garvin.

"Nggak usah nyengir! Lo mirip kuda."

"Sialan!"

Tetapi Garvin tetap beranjak dan berjalan keluar membeli minuman sesuai keinginan Galen, sedangkan Galen terkekeh melihatnya. Mengisengi Garvin sekali-kali tidak masalah kan?

Garvin keluar dari ruang inap Vip, berjalan perlahan menuju kantin rumah sakit sembari memainkan Handphone membalas pesan-pesan masuk dari Felicianne dan Ellard mengenai kondisi Galen saat ini karena kedua orang tuanya itu sedang dinas diluar kota.

"Handphone gue!" Jerit Garvin, pasalnya Handphone yang baru dibeli sudah terjatuh dan membentur lantai cukup keras. Segera Garvin langsung berjongkok menghampiri, mengabaikan seseorang yang menatap bersalah kearahnya.

"Mas! Maaf mas. Saya benar-benar nggak sengaja tadi." Sosok laki-laki itu berujar, Garvin yang mendengar refleks memberhentikan pergerakan tangannya.

Melirik kebawah, sepatu sneakers putih, celana jeans dan Earphone dileher, ah sial. Sungguh sial nasibnya hari ini.

"Mas? Nggak papa kan? Saya bakal tanggung jawab kok mas." Sosok itu bicara lagi, Garvin tidak merespon malah kini ia menaikkan tudung Hoodie serta masker hitam yang ia kenakan.

"Mas, jawab dong mas! Saya jadi binggung nih." Pemuda itu kembali bicara lagi tetapi dengan nada sedikit kesal karena tidak mendapat respon sama sekali.

Padahal bukan tidak mau merespon, Garvin hanya binggung harus bagaimana, kalau menjawab pasti bakal ketahuan. Dan segitunya Garvin tidak mau bertemu dengan sosok dibelakangnya, karena hanya ada satu alasan. Dia tiga kali lipat lebih menyebalkan dibandingkan Brian dan Galen.

Two brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang