09|Cibiran Garvin

694 103 33
                                    

                         •┈••✦ ⏳ ✦••┈•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

                         •┈••✦ ⏳ ✦••┈•

Sinar matahari menerobos masuk ke sela-sela jendela, sosok yang semula tertidur mulai terusik. Iris hitam perlahan mulai terbuka.

Ketukan pintu perlahan memasuki Indra pendengarannya, ia terusik seraya menggeliat diatas tempat tidur.
Manik hitam Garvin terbuka lalu mengerjap perlahan berusaha menyesuaikan cahaya yang memasuki celah-celah jendela.

"Selamat pagi tuan muda, apakah anda sudah bangun?" Suara seseorang mengintrupsi diluar kamar.

"Masuklah, Robert."

Sang kepala pelayan, Robert. Memasuki kamar sembari membawa secangkir coklat panas.

"Apa aku bangun terlalu siang?" Garvin bertanya seraya menerima secangkir coklat panas.

"Tidak tuan tetapi nyonya dan tuan besar memang sudah pergi pagi-pagi sekali."

Garvin mengangguk sebelum kemudian menoleh memusatkan perhatian pada jendela kamar, tidak lebih tepatnya suara pantulan bola dilapangan basket khusus milik Galen yang memang secara kebetulan kamar Garvin mengarah kearah sana.

Robert berdehem, Garvin menoleh dengan raut penuh tanda tanya. Robert kembali terbatuk kecil dan membuka mulut untuk menjawab kebingungan tuan mudanya itu.

"Tuan muda Galen sedang berada di lapangan bola basket, " Melihat Garvin ingin menyela pembicaraan, Robert segera melanjutkan kata-katanya. "Hanya 30 menit, dia berjanji hanya 30 menit saja tuan muda."

Garvin kembali megantupkan bibirnya, tidak jadi protes atas kata-kata Robert. Memaklumi Galen yang mengambil kesempatan disaat situasi massion tidak berada sosok sang bunda, ah. Galen memang simaniak Basket seolah tidak bisa lepas walau hanya sehari saja.

"Apakah anda menginginkan sesuatu, tuan muda?"

"Bawakan aku sesuatu yang manis-manis, Robert."

Robert mengangguk sembari mengulum senyum, "Baiklah tuan muda. Saya akan segera siapkan bersama obat anda."

Garvin berdiri, beranjak menghampiri jendela. Manik hitamnya menatap sosok yang begitu lihai memainkan bola basket, tidak heran jika Galen mudah memasuki tim reguler terlebih lagi dia sudah ditunjuk menjadi kapten basket dua bulan lalu.

"Tsk! Sungguh maniak."

Galen berlari ke salah satu sisi ring basket kemudian melompat dan memasukkan bola ke dalam keranjang

Brak!

Gocha! Berhasil masuk tanpa meleset sedikitpun.

"Gue kira bakat lo udah tumpul!" Galen tersentak, iris coklat bergulir melihat keatas, disana sosok Garvin memerhatikannya sembari menjulurkan lidah mengejek.

"Tsk! Berisik! Lo iri kan?" Sinis Galen, mengumpat didalam hati. Sudah berapa lama Garvin memerhatikannya bermain? Sial! Bikin risih saja.

"Iri? Tch! kepedean banget lo." Garvin mencibir keras namun Galen tidak peduli, pemuda itu meletakkan bola basket, menarik langkah meninggalkan lapangan.

Fokusnya bermain pecah karena Garvin begitu menyebalkan.

Galen merotasikan bola matanya sama sekali tidak mau mendengar suara Garvin yang meneriakinya sambil terus berjalan meninggalkan lapangan dan tanpa tahu jika Robert memerhatikan tingkah laku kedua saudara itu sembari menggelengkan kepala.


●To be continued●












Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Two brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang