56

938 71 7
                                    

Aerin terbangun karena merasa mual. Sudah tak ada Jungkook di sana, ia membuat segelas teh hangat untuk meredakan rasa mualnya. Ia berjalan menuju balkon lalu mendudukkan dirinya di lantai. Menikmati suasana pagi yang cerah.

Jungkook sudah lebih dulu berangkat karena ada keperluan. Ia bilang akan pulang lebih cepat hari ini, namun Aerin tak begitu mengharapkan hal itu. Karena bisa saja Jungkook akan pulang seperti biasa.

Aerin menatap langit cerah pagi itu. Ia beberapa kali menghela napasnya. Matanya terpejam sejenak lalu menatap perut ratanya. Tangan mungilnya mengelus perut rata itu dengan lembut.

Ia tak percaya bahwa ada sesuatu yang hidup di dalamnya. Memang ia tak pernah mengharapkan hal itu akan terjadi, namun bagaimanapun ia harus menjaga 'calon anaknya' untuk Jungkook.

5 Bulan berlalu

Perut yang semula rata kini mulai terlihat. Aerin sudah mulai menerima keadaannya sekarang. Jungkook pun tak pernah lelah menemani dan menyemangati Aerin untuk tetap menjaga bayi itu hingga lahir ke dunia ini.

Hari ini, Jungkook memutuskan untuk pergi ke Busan. Ia memutuskan untuk melakukan perjalanan ini yang sempat tertunda lima bulan lalu. Aerin dengan senang hati menemani Jungkook pergi.

Pagi-pagi sekali mereka sudah tiba di bandara. Tanpa waktu lama, pesawat mereka akan take off, dengan sedikit terburu-buru mereka masuk ke dalam pesawat.

•••

Jungkook menatap langit cerah pagi hari itu. Tak butuh waktu lama mereka sudah tiba di Busan. Ada sedikit kerinduan yang Jungkook rasakan. Ingatannya belum sepenuhnya kembali, namun perasaan yang ia rasakam sekarang benar-benar terasa sangat aneh. Ada perasaan rindu dan nyaman begitu mereka tiba di sini.

"cepat kita cari alamat panti asuhan ini" ucap Aerin menyadarkan lamunan Jungkook.

Jungkook mengangguk lalu segera menghampiri taksi yang sudah ia pesan sekitar lima belas menit yang lalu. Jungkook memberikan alamat itu kepada supir taksinya, lalu pria paruh baya itu segera melajukan mobilnya menuju alamat yang tertera di secarik kertas di tangannya.

Pandangan Jungkook tak lepas sedikitpun dari pemandangan jalanan kota Busan. Aerin yang menyadari hal itu langsung menggenggam tangan Jungkook. Jungkook menoleh ke arah 'wanita' di sebelahnya. Wanita cantik yang selama ini sudah selalu menemaninya, wanita yang kini tengah mengandung buah hati mereka. Mereka saling melemparkan senyum.

"selamat datang kembali, sayang" ucap Aerin dengan suara lembutnya.

Jungkook yang semula tersenyum berubah menatap Aerin dengan haru. Sudah lama sekali ia tak mendengar panggilan itu dari mulut Aerin. Jungkook mengecup lembut pipi Aerin menimbulkan semburat merah pada kedua pipi wanita itu.

Butuh waktu sekitar tiga puluh menit untuk mereka tiba di depan sebuah rumah tak begitu besar namun terlihat rapih dan bersih. Mereka turun dari taksi lalu mengambil dua koper besar dari bagasi mobil. Setelah taksi itu pergi, Jungkook langsung melangkah kakinya mendekati rumah itu.

Jungkook terus menatap rumah dengan cat berwarna biru langit itu. Rasa rindu di dalam dirinya semakin terasa, Aerin menggenggam tangan Jungkook lalu menuntun Jungkook untuk mendekat ke arah pintu rumah itu.

Jemari mungil Aerin menekan bel rumah. Tak lama seorang wanita dengan pakaian rumahan keluar dari rumah itu. Netra Aerin membulat sempurna saat melihat wanita yang keluar dari rumah itu.

Pandangan mereka bertemu. Aerin terdiam cukup lama, begitu pula dengan wanita di depannya. Aerin sadar lebih dulu lalu mengalihkan pandangannya ke arah lain.

"Jae?" suara Jungkook mengundang pandangan Aerin. Entah mengapa hatinya terasa nyeri saat Jungkook menyebut nama itu.

"Jae, siapa yang datang?"

Seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumah itu. Jungkook mengalihkan pandangannya lalu menatap wanita paruh baya di sebelah Jae.

Jungkook merasa sesak di dadanya. Entah apa yang pernah Jungkook lalui di masa lalu bersama wanita di hadapannya ini, semua ingatannya belum kembali. Rasa rindunya semakin menjadi-jadi saat melihat wanita paruh baya di hadapannya.

"ada keperluan ap–"

•••

Kini di ruang tamulah mereka berkumpul. Mereka masih tak ingin membuka banyak percakapan. Jungkook masih tampak bingung ingin memulai semuanya dari mana, Aerin masih enggan berbicara, Jae masih tak percaya jika ia akan bertemu dengan Jungkook dan Aerin di sini dan dalam situasi seperti ini.

"dari mana kau tahu?"

Jungkook menoleh ke arah Aerin. Aerin menatap sejenak ke arah Jungkook lalu kembali menunduk.

Jungkook membenarkan posisi duduknya. Ia menatap wanita paruh baya berambut sebahu yang mulai memutih itu dengan lekat. Ia merogoh sakunya lalu memberikan sebuah foto kepada wanita itu. Wanita itu menerimanya, lalu menatap foto itu.

"apa ini?" suara wanita itu terdengar gemetar. Sebelah tangannya menutupi bibirnya dan mulai menangis.

Jae mengelus punggung wanita itu. Wanita itu terus menangis, membuat hati Jungkook terasa teriris.

"ya, benar" ucap wanita itu sembari mengelap pipinya yang basah karena air mata.

"aku Aleda"

Kecelakaan yang Jungkook alami membuatnya tak ingat siapa Aleda. Namun perasaannya mengatakan jika wanita ini begitu dekat dengannya. Maka dari itu, Jungkook tak mengenal Aleda.

•••

Malam ini Jungkook dan Aerin memutuskan untuk bermalam di sana. Aleda juga memintanya untuk menetap di sama beberapa hari. Kini Aleda dan Jungkook tengah mengobrol di ruang tengah, hanya mereka berdua.

"setelah kau memutuskan untuk pergi ke Seoul, aku benar-benar merasa bersalah karena membiarkanmu pergi begitu saja. Aku kehilangan kabarmu karena aku tak tahu bagaimana cara berkomunikasi denganmu. Semua anak di sini begitu kehilanganmu, Jung. Mereka semua terus menanyakan kemana kamu pergi" Jungkook terus menatap Aleda yang tengah bercerita panjang. Terukir senyum tipis di bibirnya.

"beberapa tahun kemudian, ibumu datang ke sini. Ia ingin mengambilmu kembali. Namun saat ia tahu kau sudah tak lagi di sini, ia memutuskan untuk pergi ke Seoul, berharap bisa bertemu denganmu dan membawamu pulang" sambung Aleda sembari menatap Jungkook di sebelahnya.

"aku tak tahu apakah dia berhasil menemukanmu atau tidak"

Jungkook menunduk sejenak. Ia merasa hidupnya sangat sulit, namun saat kembali ke sini dan bertemu dengan Aleda. Ia merasa tenang dan sangat nyaman.

"aku tak tahu bagaimana kabar ibumu sekarang. Ini foto yang aku ambil saat ia datang ke sini. Ia tengah menangis di kamarmu sembari memeluk bajumu"

Mata Jungkook membulat. Ia mengambil alih ponsel Aleda lalu menatap foto itu.

"ini, Eomma?"

Jungkook lantas bangkit lalu menatap salah satu pintu kamar di mana Aerin ada di dalamnya.

"AERIN!"









tbc

My Client (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang