Immortal (1)

1.9K 159 5
                                    

"Oke, dengar... ini... apa yang baru saja kita bicarakan, tidak akan membuahkan hasil apapun, selain kau yang terus menolak dan aku yang akan terus memaksamu. Iya, kan?!"

Sakura Haruno memijat pelipisnya yang terasa sangat berat. Musim gugur, hawa terasa jauh lebih dingin dari hari biasa, bahkan kaos lengan panjang dan jaket cukup tebal yang dia kenakan siang itu tidak banyak membantu. Kedua irisnya melirik ke samping, tepat ke sosok yang duduk kaku di atas sofa berlengan, memasang wajah meminta maaf dengan senyuman tipis tidak pernah absen dari bibirnya.

"Iya, kan?! Itu tidak akan membawa hasil apapun?!" Sakura mengulang. Setengah berharap Sasuke Uchiha akan berubah pikiran, setengah berharap Sasuke akan berkata bahwa dia akhirnya menyerah.

Sasuke Uchiha bergerak sedikit di posisi duduknya saat ini. Mulutnya membuka selama beberapa detik sebelum menutupnya kembali, memikirkan kalimat yang tepat tanpa membuat Sakura semakin kesal.

"Kita sudah pernah membicarakan ini sebelumnya."

Tepat! Pikir Sakura. Dia tahu itu, dan dia tahu Sasuke tetap teguh pada pendiriannya. Tapi sesuatu di dalam dirinya selalu menolak, selalu berharap Sasuke akhirnya menyerah.

"Dengar, Sakura..." Oh Sasuke ingin sekali memeluk tubuh gadis di sampingnya saat ini, namun hawa dingin yang menyengat mencegahnya. Dia tidak ingin membuat Sakura semakin menggigil karena sentuhannya---atau tubuhnya. "Ada banyak hal yang menjadi pertimbanganku, dan juga kau. Tidak, dengarkan aku dulu.." telapak tangannya mengacung di udara, mencegah Sakura untuk menginterupsi apa yang akan dia katakan. "Tolong percaya bahwa aku sangat ingin, sangat sangat ingin melakukannya. Bahwa aku ingin mengubahmu, bahwa aku ingin membuatmu menjadi abadi dengan kedua tanganku sendiri."

Sakura mendengus. "Dengan taringmu, bukan tanganmu."

Sakura dan mulut cerdasnya, batin Sasuke. Dia tidak bisa menyembunyikan tawa kecil yang lolos dari bibirnya. Sasuke mengangguk, mengulang kalimat taring dan tangan. "Ada banyak hal yang akan hilang setelah kau menjadi abadi."

Sakura memutar kedua bola matanya dengan gemas. Ini dia, batinnya. Mereka kembali pada topik yang sama, pada alasan yang sama, pada kesimpulan yang sama. Bahwa Sasuke menolak untuk mengubahnya dan Sakura akan terus memaksanya, mengatakan kekhawatirannya, ketakutannya tentang menjadi tua dan mati di usia muda, mengatakan tentang tidak ada yang abadi di dunia ini---di dunianya, paling tidak.

"Apa kau percaya kalimat bahwa tidak ada yang abadi di dunia ini?!" Kali ini Sasuke yang memutar bola mata. Dia beringsut di kursinya, sedikit memperkecil jarak di antara mereka.

"Tentu aku percaya. Tapi konsep itu sudah hilang dariku sejak ratusan... err... ribuan tahun yang lalu."

"Kalau begitu bagaimana pendapatmu tentang hidup selamanya? Hidup abadi?!"

Kali ini Sasuke tersenyum. Sakura memutar sedikit tubuhnya untuk menghadap Sasuke sepenuhnya. Kedua tangannya masih terlipat di depan dada.

"Well, err... itu hal yang menyenangkan, awalnya. Tapi semua akan berubah ketika satu per satu orang yang kau kenal menua dan pergi meninggalkan dunia ini."

"Kalau begitu ubah aku secepatnya! Apa kau ada di dunia ini hanya untuk melihatku tua dan mati?!"

Sasuke memejamkan kedua mata, jemarinya menekan pelan pangkal hidungnya. Keningnya berkerut, tampak tidak suka mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh kekasihnya.

Sakura bergerak pelan, satu tangan terjulur menyentuh lengan Sasuke yang masih berada di hidungnya. Ia sedikit berjengit merasakan betapa dingin kulit Sasuke tapi dia menahannya.

"Apa aku tidak cukup baik untukmu, Sasuke?!" Suaranya terdengar seperti bisikan. Sasuke mengerang. Dia kembali membuka kelopak mata, kerutan di kening semakin dalam.

KUMPULAN SHORT STORIES SSLDonde viven las historias. Descúbrelo ahora