Wildest Dreams (2)

537 94 8
                                    

*kalau ada kesalahan penulisan apapun, tolong dikoreksi ya.







"Sakura? You okay there?!"

Sakuea mengedipkan mata dengan cepat. Untuk sesaat ia lupa berada dimana ia berada saat ini. Sai berdiri di depannya, memegang mantel tebal berwarna hitam. Rambutnya yang tidak diberi gel pagi itu tampak mencuat di beberapa sisi.

"Oh, sure..."

"Sai bilang kau tidak fokus pagi ini..."

Sai meloloskan tawa ringan ketika Sakuea memberinya pelototan. Sai berdiri di belakang mereka, memandang Ino dan Sakuea bergantian sambil memegang kamera. "Sorry..."  Sai menggaruk belakang kepala, masih tetap menampilkan senyuman lebar. "Kau terlihat seperti dipaksa menelan banyak pil pahit pagi ini."

Ino mengalihkan pandang dari Sai, kembali menatap Sakura dengan tatapan lembut sekaligus mengebor ke dalam dua iris madu milik Sakura.

Sakura menghembuskan napas lelah. Kedua mata terpejam, jemari memijat pelipis dan pangkal hidung dengan lelah.

"Kau menemui dia..."  Itu sebuah pernyataan dan Sakura tidak merasa perlu untuk membantah kalimat Ino. "Sakura,-"

"I know..."

"Then why did you..."  Ino kembali menghembuskan napas lelah. "Let the cat out the bag."

"I ran to him."

"Fate..."  Sakura mengangguk, mengangkat kedua bahu. Ino mengulurkan lengan dan menyentuh pundak Sakura. "Kau perlu waktu untuk sendiri, kupikir. Kau perlu memikirkan tentang ini semua."

Ino mengatakannya dengan tatapan prihatin sekaligus penuh rasa sayang. "Yeah... kau benar... mungkin memang itu yang kubutuhkan."

"Kupikir kau perlu untuk,-"

"Hey Honey..."

Ino tidak menyelesaikan kalimatnya. Pintu ruang pemotretan dibuka dari luar. Baik Sai, Ino, maupun Sakura semua mengangkat wajah, mendapati Sasuke Uchiha berdiri di depan mereka dengan satu tangan masih berada pada daun pintu. Dia tersenyum menampilkan lesung pipinya. Lesung pipi yang selalu Sakura puja setiap kali mereka memiliki waktu berdua.

"Fate,"  ulang Ino dengan suara pelan. Ia menepuk pundak Sakura beberapa kali sebelum menghampiri Sasuke dan tersenyum padanya. "Kami baru saja selesai. Kau butuh waktu berdua?!"

Sasuke mengangguk, mengangkat tangan kirinya yang sedang memegang dua cup kopi. Ino kembali tersenyum simpul ke arah Sasuke dan Sakura, dan memberi Sai tatapan penuh arti sebelum ia berlalu dari ruangan dan Sai menyusul di belakangnya.

"Aku memiliki jadwal di dekat sini, dan kupikir kau perlu sedikit asupan kafein."

Sakura membersihkan tenggorokan sebelum tertawa pelan. Ia menjulurkan tangan meminta Sasuke untuk datang padanya. Kening mereka saling menempel satu sama lain setelah Sasuke mencium puncak kepala Sakura.

"Bagaimana pemotretanmu?"

"Hmm... berjalan dengan baik menurut Sai."  Sakura menerima cup kopi dan meminumnya. Latte dengan tambahan susu.

"Glad to hear..."

"Kau senggang nanti malam?!"

Sasuke mendesah, keningnya berkerut. "Kau tahu aku memiliki jadwal, kan?!"

Itu benar. Sakura selalu tahu apa jadwal pria itu. Tapi tidak ada salahnya untuk bertanya, menurut Sakura.

Pertemuan singkat dengan Sasuke Uchiha pagi hari tadi membawa semangat untuk Sakura. Ia menyelesaikan pemotretannya dengan baik. Ia meyakinkan Sai dan Ino bahwa dia baik-baik saja. Ia juga pergi mengunjungi agensi untuk mengatur jadwal terbarunya dan kembali ke apartemennya yang nyaman menjelang pukul tiga sore.

Managernya, Konohamaru Sarutobi duduk di kursi penumpang depan sambil memainkan ponsel. Sesekali Konohamaru akan bertanya satu hingga dua hal dan Sakura akan menjawabnya dengan gumaman singkat. Sakura terlalu lelah dan mengantuk. Dia ingin segera sampai di apartemennya, entah untuk pergi tidur atau mengisi tub dengan air hangat dan body wash beraroma timun favoritnya.

"Saki?!"  Panggilan yang Konohamaru tujukan untuknya dengan nada panik membuat Sakura terbangun dari tidur singkat. Kepala Sakura menoleh ke kanan dan kiri. Mereka masih berada di dalam mobil, dalam perjalanan pulang ke apartemennya. "Kalau kuminta kau untuk jangan mengecek ponsel atau internet, kau mau melakukannya?!"  Sakura mengerutkan kening, mengambil ponsel dari saku mantel yang ia kenakan. "Tentu tidak..."  Konohamaru menghembuskan napas lelah sambil menggeleng. Dia menyandarkan kepala ke jendela dan memejamkan mata. "Mereka terus mengganggumu, ketika kau bahkan tidak mencampuri urusan hidup mereka".

Jemari Sakura berlari cepat di layar ponsel mencoba mencari tahu apa yang terjadi.

Dan itu dia, Sakura menemukannya. Sebuah artikel yang baru saja dirilis tentang drama terbaru yang akan Sasuke Uchiha perankan. Sakura membaca artikel tersebut, kedua irisnya berlari cepat dari atas ke bawah, mencari sesuatu yang akan membuatnya merasa mual.

"Dan seperti yang kita tahu,"  Sakura membaca dengan suara keras, "Sasuke Uchiha dikaitkan dengan aktris senior Hinata Hyuuga serta model papan atas Sakura Haruno."  Konohamaru membuat suara jijik menanggapi artikel yang sedang Sakura baca. "Baik Hinata maupun Sakura disebut-sebut memiliki hubungan lebih dari sekadar teman dengan Sasuke Uchiha. Keduanya secara rutin terlihat masuk dan keluar dari hunian mewah milik Sasuke Uchiha. Namun pihak agensi dari Sasuke Uchiha sendiri belum memberikan komentar apapun. Meskipun yang kita tahu, beberapa bulan lalu santer terdengar kabar tentang rencana pertunangan antara Sasuke dan Hinata."

Sakura tidak tahan lagi. Jemarinya menggeser cepat artikel tersebut dan menemukan kolom komentar. Ibu jarinya menekan kolom tersebut, membaca satu per satu komentar yang netizen kirimkan.

'Wow! Aku harap Sasuke mampu berperan dengan sangat baik di film ini!'

'Bukankah Ibu dari Sasuke Uchiha adalah pemilik agensi pria itu? Jadi seharusnya agensi tahu tentang hubungan putra mereka?'

'Aku mendukung sepenuhnya Hinata dengan Sasuke! Mereka terlihat serasi!'

'Sakura Haruno?! Yang benar saja! Aku akan berhenti menonton semua film yang dimainkan Sasuke jika dia benar-benar berkencan dengan Sakura Haruno! Aku mendukung sepenuhnya hubungan Sasuke dan Hinata!'

'Lol. Jika Hinata benar-benar berkencan dengan Sasuke, kuharap fans Sakura Haruno menangis hebat dan berhenti memposting hal-hal yang berbau perkapalan antara idola mereka dengan Sasuke. Karena mereka benar-benar tidak serasi. Itu hanya permainan agensi agar keduanya mendapatkan popularitas tinggi.'

'Satu pertanyaan, kenapa harus Sakura Haruno?! Aku akan mendukung Hinata!'

'Ini tidak ada hubungannya dengan isi berita, tapi Sakura Haruno terlihat sangat baik di foto itu!'

Sakura mengembalikan ponselnya ke dalam saku mantel. Napasnya berubah pendek-pendek. Ia memejamkan mata, menghitung satu sampai sepuluh untuk meredam amarahnya sendiri. Perjalanan menuju apartemennya terasa sangat panjang.

KUMPULAN SHORT STORIES SSLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang