Z [ 21 ]

413 33 0
                                    

" kalau aku enggak bisa berikan kamu keturunan, apakah kamu bakal poligami ? " tanya Ayyis, ia bukan menjawab pertanyaan yang di berikan oleh khafid. Tapi justru bertanya hal lain kepada Khafid.

" memang nya, kamu mengizinkan saya poligami ? "

" kalau aku mengizinkan, misua bakal poligami ?"

Khafid menggeleng cepat, kemudian tersenyum menatap istrinya.

" kenapa? siapa tau dengan misua berpoligami, misua bakal dapat keturunan dari sana, dan ada penerus marga Al-Haddad " ucap Ayyis

Khafid semakin melebarkan senyuman nya, tatapan nya masih fokus menatap mata istrinya, khafid meraih kedua tangan istrinya, di genggam nya tangan sang istri, kemudian mengecupnya berapa detik.

" saya hanya ingin mempunyai satu bidadari saja, yaitu kamu Kayyisah Sabrina Zacguenlo, dan insha Allah bidadari saya itu bakal selalu menemani saya, hingga surga-Nya. Menurut saya, jika bidadari saya itu belum di berikan keturunan. Itu tandanya Allah sedang menguji
kami berdua, belum tentu juga kalau saya berpoligami akan di berikan keturunan. Dari awal saya memutuskan untuk menjadikan kamu sebagai pasangan hidup saya, tidak terfokus hanya untuk mempunyai keturunan saja. Tapi Alasan saya menjadikan sebagai pasangan hidup saya, karena saya mau mempunyai makmum yang mau bersama-sama meraih ridho Allah. Jika di dunia tidak di berikan keturunan, insha Allah di akhirat kelak mendapatkan gantinya kalau mau bersabar " ucap khafid dengan mantap

Ayyis terharu mendengar perkataan suaminya barusan, sangat bersyukur memiliki suami seperti khafid.

" jangan terlalu di pikirkan apa kata orang, saya tidak akan berpoligami hanya karena permasalahan anak " ujar khafid, ia mengusap punggung tanggan ayyis yang masih di genggam nya menggunakan ibu jari nya. Ayyis mengangguk, ia tersenyum di balik cadar nya.

°°°°

Sudah sebulan menjalani program kehamilan, sampai saat ini Ayyis belum juga ada tanda-tanda kehamilan.

Ayyis keluar dari kamar mandi, dengan wajah di tekuk menatap testpack yang ada di tangan nya. Ia berharap, cek kali ini menunjukan tanda positif tapi kebalikan nya. Garis satu.

Melihat istrinya keluar dari kamar mandi dengan wajah di tekuk, khafid berjalan mendekatinya, ia amati wajah istrinya yang pandangan istrinya masih terfokus dengan testpack di tangan nya.

" gapapa canteu, mungkin belum sekarang " ucap Khafid seraya merangkul istrinya

" iya, aku juga enggak buru-buru banget kok " jawab Ayyis tersenyum menatap Khafid.

Khafid melihat istrinya tersenyum, justru membuatnya sakit hati. Karena itu bukan senyuman tulus, tapi senyuman bahwa istrinya mau terlihat baik-baik saja di depan khafid.

" sini, nangis di pelukan saya, jangan mencoba kuat kalau memang kamu mau menangis, baju saya selalu siap buat menampung air mata kamu" ucap Khafid, ia merentangkan kedua tanganya,  Ayyis langsung memeluknya dan menangis di pelukan Khafid.

Khafid mengusap kepala Ayyis dengan penuh cinta, " pernikahan kita baru satu tahun lebih, dulu, mama di usia ke-empat tahun pernikahan nya baru diberi keturunan, anniv ke-empat tahun pernikahan sama papa, baru hamil saya dan samuel. Sekali hamil dapat kembar, siapa tau nanti kamu juga begitu. "

" Siapa tau nanti dapat kembar empat sekaligus kan " sahut Samuel yang sudah berdiri tepat di pintu kamar mereka.

Sontak Ayyis melepas pelukan nya dari Khafid,  keduanya menatap Samuel kaget. Sejak kapan dia berdiri disana.

ZAZECGUENLO [END] Donde viven las historias. Descúbrelo ahora