11

2.5K 268 1
                                    

"Son..saengnim?" ucap Hanbin.

"Sonsaengnim?" bingung Zhang Hao.

"Duh, Hanbin. Kan sudah aku bilang berhenti memanggilku begitu, aku bukan guru lagi. Panggil aku, Ayah" suruh pria itu.

"Eh? Ayahnya Hanbin?! Berarti Ayahku juga dong?"

"Senang bertemu denganmu, Zhang Hao" ucap Ayah Hanbin.

Mungkin Hanbin akan senang karena Ayahnya sudah pulang. Namun bukannya senang Hanbin malah berusaha menghindari Ayahnya alhasil Zhang Hao menahan Hanbin.

"Tunggu dulu!" tahan Zhang Hao sambil memegang erat lengan Hanbin.

"Ayah, ada yang ingin aku katakan. Hanbin anak yang hebat lho. Dia sudah menjadi ketua osis saat masih kelas satu. Dia juga pandai dan populer di sekolah"

"Hentikan" gumam Hanbin sambil menghindari bertatapan mata dengan ayahnya.

Zhang Hao yang tidak menyadari ucapan Hanbin terus mengucapkan seluruh isi hatinya tanpa henti.

"Selain itu Hanbin selalu mengurus sekolah yang akan di warisi Ayah nanti saat Kakek sudah tidak bisa-"

"Hentikan!!" Hanbin menghempaskan tangan Zhang Hao darinya.

"Hanbin?"

"Aku tidak akan kembali ke sekolah itu" ucapan Ayahnya yang selama ini Hanbin takutkan kini menjadi kenyataan.

"Eh?" kejut Zhang Hao.

Mata Hanbin yang sudah berkaca-kaca sejak tadi menatap teduh pada Ayahnya dengan kecewa sesaat lalu berlari masuk ke kamar dan menguncinya dari dalam.

"Hanbin? Hanbin?" gedor Zhang Hao dari luar.

"Zhang Hao. Ayo" Ayahnya mengajaknya menuju ruang keluarga dan membuka bingkisan besar yang sejak tadi dibawanya disana.

"Aku pasti sudah menyakiti perasannya" ucap Zhang Hao.

"Maaf sudah melibatkanmu. Ini untukmu" jawabnya lalu memberikan sebuah bingkisan yang terbungkus lainnya untuk Zhang Hao.

"Terimakasih, Ayah"

Ayah Hanbin lalu mengambil sebuah boneka besar berbentuk kucing yang sama bentuknya dengan milik Hanbin yang sudah usang waktu itu. Ia letakkan di kursi meja makan disana.

"Ayah lapar. Mau temani Ayah ke supermarket?"

Zhang Hao mengangguk lalu ikut bersama Ayahnya ke supermarket dekat rumah.

***

"Ayah beli banyak sekali makanan manis" ujar Hanbin setelah mereka keluar dari supermarket.

"Waktu kecil Hanbin suka makanan seperti ini, Zhang Hao. Apa sekarang dia masih menyukainya?"

"Hmm. Ya kurasa dia masih menyukainya. Terakhir kali kamu kencan-AH! Maksudnya main kemarin kita makan crepe dan es krim bersama, dia tampak menyukainya"

"Senang mendengarnya. Zhang Hao juga tampaknya sangat menyukai Hanbin ya?"

"A-Aku tidak bilang suka dia kok!" wajahnya seketika memerah karena malu.

"Terimakasih ya, Zhang Hao"

"Eoh?"

"Karena selalu berada di samping Hanbin"

"Ayah" Zhang Hao menghentikan langkahnya.

"Hm? Ada apa, Zhang Hao?"

"Kenapa Ayah tidak kembali ke sekolah bersama Hanbin lagi?"

Ayahnya tersenyum lalu duduk di bangku taman yang dimandikan lampu malam disana.

"Duduklah" Ayahnya menepuk-nepuk bagian kosong di sebelahnya. Zhang Hao kemudian duduk.

"Jadi Hanbin masih berpikir kalau aku akan kembali ke sekolah ya?"

"Aku takut mengetahui apa yang Ayahku pikirkan. Aku takut jika Ayah tidak ada niatan untuk kembali bersamaku mengurus sekolah"

"Aku lebih suka melangkah maju daripada mundur, Zhang Hao. Aku merasa bersalah atas apa yang sudah terjadi pada Hanbin. Tapi saat ini aku sedang melihat betapa luasnya dunia ini. Hanbin itu pintar jadi aku rasa dia akan menyadarinya sebelum tua sepertiku. Tapi tidak ada yang benar dalam menjalani hidup. Jalan hidup itu urusan belakang"

Zhang Hao mengangguk paham. Bukannya Ayah Hanbin yang melentarkan Hanbin sendirian. Justru Ayah Hanbin sangat perhatian dan selalu memperhatikan Hanbin dari jauh sejak dulu.

Sesampainya di rumah Zhang Hao mencoba melihat keadaan Hanbin di dalam kamarnya. Untungnya kamarnya sudah tidak terkunci. Zhang Hao masuk ke dalam kamar yang minim pencahayaan itu namun bisa ia lihat dengan jelas kalau Hanbin sedang terduduk lemas di ujung kasur dengan pundaknya yang menurun lemas dan memunggungi Zhang Hao.

"Hanbin. Maafkan perkataan lancangku tadi. Aku tidak ada niat buruk sama sekali. Aku hanya ingin kamu bisa lebih akrab dengan Ayahmu lagi-"

"Semuanya sudah berakhir"

"Apa?"

"Ayah yang aku kagumi dan sangat kuhormati. Dia selalu mengutamakan urusan sekolah dibanding kebahagiannya. Aku menganggap jalan hidupku adalah menjadi orang sepertinya. Aku bahkan rela saja saat Ayahku bercerai dengan Ibu. Aku ingin Ayahku kembali ke sekolah"

"Hanbin..."

"Lima tahun lalu aku menolak ajakan Ayahku dan memustukan untuk tetap tinggal di rumah ini. Aku siap melakukan apa aja guna melindungi tempat Ayahku pulang nantinya"

"Jangan menghadapi semuanya sendirian, Hanbin"

"Lalu apa yang harus aku lakukan untuk bisa melindungi sekolah? Aku sudah menjalani hidup untuk Ayahku tapi sekarang aku harus hidup untuk siapa lagi?"

Zhang Hao terpaku sesaat setelah mendengar seluruh penuturan Hanbin padanya. Bisa Zhang Hao lihat kedua bahu Hanbin yang melemas dan bergetar serta isakan kecil. Hanbin menangis.

Zhang Hao ikut naik ke atas kasur niatnya ingin memeluk Hanbin dari belakang guna meringankan bebannya tapi ia masih tidak memiliki keberanian.

Hanbin lalu berbalik menatap Zhang Hao dengan matanya yang berlinang air mata.

"Hanbin. Kamu-Emphh!!"

Hanbin seketika menarik tengkuk Zhang Hao dan mencium bibir Zhang Hao melumatnya perlahan. Zhang Hao yang langsung terbuai dengan ciuman itu tubuhnya melemas dan ambruk ke kasur. Hanbin lalu mengakhiri ciuman itu. Tangannya langsung menelusup ke dalam kaos yang Zhang Hao gunakan dan meremas dada dan memainkan putting milik Zhang Hao.

"Ahh! Hh-Hanbinngh!!"

"Apa kamu akan membutuhkan aku nantinya? Ada yang ingin kamu lakukan denganku, kan?"

"Apa maksudnya?"

Hanbin makin keras meremas dada Zhang Hao sebab Zhang Hao hanya diam tidak menjawab pertanyaannya.

"Ahhh! Hentikan!"

"Tolong. Jawab pertanyaanku. Kamu akan menerima aku, kan?"

"Hanbin..." Zhang Hao lalu mengangguk dan mengalungkan tangannya di atas leher Hanbin.

Hanbin kembali mencium dan menyesap lembut bibir Zhang Hao tak lupa ia menjelajahi seluruh pelosok leher mulus Zhang Hao membuat Zhang Hao bergelinjang geli dan nikmat yang tak tertahankan.

"Kamu takluk seketika. Gampangan" Tangannya lalu pindah menelusup ke dalam celana training Zhang Hao. Bisa Hanbin rasakan di balik kain sesuatu yang keras didalam celana training Zhang Hao.

"Anghhheh!"

"Jika aku begini mungkin akan menyenangkan untuk melupakan semua. Aku akan main lembut, ini pengalaman pertamamu kan?"

PLAKK!!

"Jangan menghinaku! Kamu pikir perasaan seseorang itu apa semudahnya kamu permainkan seperti ini?!"

To Be Continued...

- 06.03.2023 -

[✓] ATTENTION | BINHAO FT. HARIBOZ ♡Where stories live. Discover now