15 : gym

22.4K 1.1K 20
                                    

"I give you my permission to protect me but I don't give you any permission to meddle in my personal life."

Wajah Arisha yang tegang saat menuturkan itu dipandangnya sebelum, "sure. I'm sorry for that," Ivan menuturkan itu dengan biasa. Tangannya mengenggam lengan Arisha dengan lebih erat. "But princess, you need to remember that your life is my business right now. Protecting you is my priority. Kalau aku dapat tahu anyone in your personal life boleh bawa bahaya dekat kau, aku takkan lepaskan dia. So be transparent to me and report to me anything you do or anyone you met. Kau takkan boleh jumpa sesiapa atau buat apa-apa sekalipun kalau aku rasa benda tu meletakkan kau dalam bahaya." Badannya dirapatkan dengan Arisha. Lengannya memaut pinggang Arisha agar gadis itu rapat padanya membuatkan posisi mereka seperti sedang berpeluk dari jauh.

"And about your rules this morning, I hate it so much, Arisha. Every single rules that you put. I hate it so much that I burn that exact paper you gave to me."

Mata Arisha membulat saat mendengar ayat terakhir Ivan. "You're kidding me."

"Listen baby girl." Jari Ivan naik bermain pada dagu Arisha sebelum didongakkannya untuk memandangnya. "As long as you are under my protection, I don't give a shit about your rules cause princess, I will break all the rules in this world to keep you safe."

"I don't care." Arisha menolak badan Ivan dan melepaskan dirinya dari pegangan jejaka itu. As much as I like to be in his arms, I still hate it. Arisha mengetap bibirnya. "Listen, Ivan. I don't care if you hate the rules because once you disobey one of the rules.. saya akan pecat awak." Arisha mengetap giginya.

"Really?" Ivan melangkah beberapa tapak, kembali merapati Arisha dan dengan laju, tangannya memaut pinggang Arisha, menyatukan badan mereka.

"What are you doing, Ivan?!" Wajah Arisha jelas naik merah akibat marah dengan perilaku Ivan itu.

"Say it. Do what you would do, princess. Fire me," cabar Ivan membuatkan Arisha mengenggam jari-jemarinya dengan kuat. Bibirnya diketap kuat dan dadanya turun naik akibat marah.

"I fucking hate you, Ivan. So much that I wish murder is not a crime right now," tutur Arisha sambil mengetap giginya. Dengan kuat, dia menolak badan Ivan dan melepaskan dirinya dari pegangan Ivan. Tanpa mempedulikan Ivan, dia terus berjalan dengan laju menyeberangi jalan untuk masuk ke galeri.

"Arisha, there's.." Tidak habis Julia hendak menghabiskan ayatnya, Arisha sudah melangkah ke arah bilik kerjanya tanpa mempedulikannya di kaunter hadapan galeri tersebut. Terkebil-kebil wanita itu memandang langkah Arisha sebelum dia mengeluh. Kotak di atas kaunter diangkatnya tika pintu galeri dibuka dari luar dan Ivan melangkah masuk. Senyuman terukir di bibir Julia. "Ivan," tegurnya ramah.

Ivan memandangnya sebelum matanya jatuh pada kotak di tangan Julia. "What is that?"

"This?" Julia mengangkat sedikit kotak tersebut sebelum menjawab, "a parcel for Arisha. Not sure from who but someone drop it at the door this morning."

"Oh.." Ivan melangkah merapati Julia. "I'll bring this to her," katanya sambil mengambil kotak tersebut dari pegangan Julia. Kakinya menyusun langkah ke arah bilik kerja Arisha. As much as I didn't want to see her in this situation, I can't leave her alone.

Tanpa mengetuk, Ivan cuba memulas tombol pintu bilik tersebut. Rengusan kecil keluar dari mulutnya saat pintu tersebut tidak dapat dibuka kerana dikunci dari dalam. Nafasnya dihelakan. "Open the door, Arisha."

Senyap. Genggaman tangan Ivan pada tombol pintu di dikuatkan. "Open the door or I'll break it. Choose, Arisha."

Arisha yang sedang berdiri menghadap kanvas besar di bilik kerjanya itu mengetap bibir. Berus lukisan di tangannya digenggam kuat sebelum dia melangkah untuk membuka pintu.

My Sweetest DesireWhere stories live. Discover now