6. Our Pasien

54 5 0
                                    

Saat ini Renjun tengah berada di dapur. Ia berinisiatif untuk memberikan makananan berupa bubur untuk Na Jaemin yang notabennya bosnya ini, yang saat ini tengah sakit. Dia juga berencana untuk memberikan bosnya sebuah obat penurun demam. Biasanya, kalau lagi demam, dia ini  minum Paracetamol dan Amoxcilin. Dan ya! Ia mau memberikan itu kepada bosnya, sebelum membawanya ke rumah sakit.

"Jadi!" Seruan yang dilontarkan, dengan pandangan yang masih menatap bangga bubur buatannya yang baru saja jadi, di dalam satu mangkok berukuran sedang, dan sudah ada berbagai toping di sana.

Ia langsung mengambil nampan. Menaruh bubur, segelas air, dan obat ke dalam nampan. Setelahnya, ia langsung membawa nampan yang ada di dalam genggamannya, menuju kamar milik bosnya. Dimana bosnya masih tertidur pulas didalam kamarnya.

*tok tok tok* dirinya yang tidak pernah lupa untuk mengetuk pintu terlebih dahulu, sebelum masuk ke dalam ruangan. Ya walaupun bosnya ini lagi tidak sadarkan diri. Setelah mengetuk, ia langsung membuka dengan salah satu tangannya, dan masuk ke dalam kamar bosnya dengan sangat hati-hati.

"Loh, udah bangun?" Serunya, begitu dirinya melihat bosnya yang sudah sadar. Lebih tepatnya bosnya ini sedang merenung, menatapi langit-langit kamarnya.

Mendengar suara sekertarisnya, membuat Jaemin yang sedang melamun, langsung membuyarkan lamunannya. Ia langsung menoleh, menatap sekertarisnya yang tengah menaruh nampan yang ia bawa, ke atas nakas samping ranjangnya.

Setelahnya, Renjun langsung menjulurkan tangannya, yang di tempelkan langsung ke atas dahi bosnya. "Panasnya udah turun." Ujarnya, yang saat ini tengah menampilkan senyuman senangnya. Ternyata cara nenek moyang ini sangat ampuh dalam menurunkan panas.

"Pak. Bapak makan ya?" Pintanya, yang langsung menyeret kursi yang ada di kamar bosnya ini ke samping ranjang milik bosnya. Tanpa menunggu balasan atau bahkan jawaban dari bosnya, mau atau tidaknya.

Setelahnya, ia langsung membantu bosnya ini untuk duduk dengan tubuh yang menyender di kepala ranjang, dan sanggahan bantal di belakang tubuhnya. Lalu, ia langsung duduk di kursi yang baru saja ia ambil, dan mulai menyuapi bubur untuk bosnya.

"Kamu kenapa bisa masuk ke kamar saya? Seinget saya, saya udah kunci pintunya deh." Pertanyaan yang keluar dari mulut Jaemin, yang saat ini sedang memakan bubur suapan yang diberikan sekertarisnya. Pasalnya, sebelum dia tidak sadarkan diri, dia selalu ingat aktivitas terakhirnya.

"Saya bobol Pak, pintunya. Saya takut Bapak mati di dalam ruangan, karena gak keluar dari pagi sampe sore. Jadi saya memberanikan diri untuk membobol kamar Bapak. Jadi, kalau Bapak mau marah? Marahnya nanti aja ya, setelah bapak sembuh." Jelas Renjun, yang gak perduli bosnya ini bakalan marah sama dia atau enggak.

"Membobol? Kok bisa? Kamu ini mantan maling ya?" Pertanyaan yang lebih tepatnya sebuah tuduhan yang Jaemin lontarkan, membuat sekertarisnya ini langsung merespon ucapannya dengan dengusan kesal.

"Ya kali pak! Masa iya perempuan lucu nan menggemaskan seperti saya ini maling. Sesusah-susahnya saya, saya gak pernah maling pak, dosa. Lebih baik saya open bo, sama cari sugar daddy-- canda ya pak." Ujar Renjun, yang langsung meralat kalimat akhir yang ia lontarkan.

"Yang namanya kejahatan itu gak mandang gender, Renjun. Apalagi seorang wanita yang sangat pandai berbuat sesuatu. Setelah mendapatkan sesuatu yang indah, dia gak akan segan mengambil itu." Jelas Jaemin, menatap sekertarisnya dengan kedua alis yang mengkerut satu sama lain.

"Bapak pernah ya di malingin hati Bapak, terus di tinggal? Makanya bapak ngomong kayak gitu?" Pertanyaan yang Renjun keluarkan, sukses membuat suasan menjadi lebih sepi, dan awkard.

"Canda pak. Saya bisa bobol dan meretas apapun, karena saya suka film seperti itu. Jadi, saya mulai mempelajari dan akhirnya bisa. Tapi, bapak tenang saja! Keahlian yang saya miliki ini, gak akan saya pakai buat kejahatan. Bapak lihat sendiri kan buktinya? Kalau saya gak bertindak kayak gini, gak akan ada yang tau bapak sakit." Sambungnya, yang berusaha mencairkan suasana.

"Renjun." Panggil Jaemin, yang langsung di sahuti oleh sekertarisnya.

"Kenapa pak?" Tanya Renjun, tanpa memberhentikan aktivitasnya dalam menyuapi bosnya yang tengah sakit ini.

"Bisa gak, gak usah panggil saya pak? Panggil saya nama aja. Kita lagi gak di kantor atau kerja. Jadi panggil saya nama aja, tanpa ada embel-embel pak." Pinta Jaemin, yang saat ini sedang menatap sekertarisnya yang menatap dirinya dengan tatapan bingung.

"Tapi pak--"

"Bisa atau enggak? Saya gak butuh alasan lainnya." Tanya Jaemin, memotong kalimat alasan, atau protesan yang akan keluar dari mulut sekertarisnya.

"Bisa pa-- Na." Jawab Renjun, di iringi helaan nafas pasrah. Bosnya ini sepeeti seorang alpha yang sering ia baca di novel. Terlalu dominant, sehingga dirinya ini gak bisa menolak permintaan atau bahkan perintahnya, sewaktu pria bermarga Leo ini mengeluarkan alpha tone-nya.

"Kok Na?" Tanya Jaemin, memprotes panggilan yang diberikan.

"Kan Na Jaemin? Panggil Na atau Nana gapapa kan?" Jawab Renjun dan langsung bertanya kembali kepada bosnya ini, tapi langsung di tolak oleh bosnya.

"Jangan panggil itu. Panggil Jaemin atau Jaem aja." Pinta Jaemin, yang gak suka sekertarisnya memanggilnya dengan panggilan seperti itu.

'Banyak mau.' Batin Renjun yang kesal dengan permintaan bosnua yang banyak mau-nya. Masalah panggilan aja ribet kayak gini! Padahalkan terserah orang yang mau manggilnya? Selagi panggilannya masih nyambung dengan namanya!

"Renjun, bisa gak?" Tanya Jaemin, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh sekertarisnya, menyanggupi permintaan yang dirinya berikan.

"Bisa, Jaemiiinnn." Jawab Renjun, menyanggupi permintaan bosnya ini, dengan memanjangkan nama panggilan milik bosnya.

Jaemin tersenyum, ketika melihat wajah badmood yang sekertarisnya tunjukkan. Entah kenapa dia malah gak merasa bersalah ngeliat wajah badmood ini. Dirinya malah merasa gemas, dan ingin semakin membuat sekertarisnya badmood. "Dan makasih ya, Renjun. Makasih karena udah ngerawat saya." Ucapnya dengan tulus.

"Sama-sama, Jaemin. Emangnya kalau lo sakit kayak gini, gak ada orang yang tau ya?" Tanya Renjun yang sudah tidak bisa menyembunyikan rasa penasarannya, tapi gak berharap di jawab juga sama bosnya ini. Karena dia sendiri tau kalau pertanyaan dia sudah masuk ke ranah pribadi milik bosnya. Jadi dia gak mengharapkan sebuah jawaban dari bosnya, akan pertanyaan yang ia berikan.

"Iya. Biasanya gue sendirian di sini." Jawab Jaemin, yang membuat sekertarisnya tidak menyangka. Renjun kira, bosnya ini akan mengalihkan pertanyaannya.

"Lah? Terus, siapa yang ngerawat lo kalo lo sakit?" Tanya Renjun, yang merasa adanya kejanggalan disini.

"Ya gue biarin aja. Nanti juga sembuh sendiri. Kalau gue mau makan? Tinggal bikin mie atau gofud. Gue juga biasanya manggil dokter ke sini, buat cek keadaan gue." Jawab Jaemin, yang sudah sangat terbiasa dengan hal ini.

"Lah, bukannya kalau sakit itu harus istirahat total ya? Emangnya lo gak punya temen yang bisa ngerawat lo pas lo lagi sakit? Atau keluarga lo gitu?" Tanya Renjun, yang spik-spik memasukkan kata keluarga di dalam kalimat pertanyaannya.

"Gue gak mau ngerepotin mereka semua. Lagipula gue juga gak punya temen, Renjun. Gue juga udah bilang kan kalau biasanya penyakit gue sembuh dengan sendirinya, setelah minum obat. Jadi, ya gapapa.... gue bisa nge-handle sendiri juga kok." Jelas Jaemin, yang orangnya tuh emang mandiri dan gak mau repotin orang lain.

"Kalo lo sendiri gimana? Kalo lo sakit, siapa yang bakalan rawat lo? Bukannya lo sendirian di Indonesia ya? Kenapa gak ikut orang tua lo aja? Kenapa milih ngerantau di kota metropolitan ini?" Tanya Jaemin, yang memang berniat mengubah topik obrolan mereka. Yang tadinya membahas dirinya, menjadi membahas sekertarisnya.

"Kalau gue sakit, biasanya gue minta tolong temen gue buat dateng. Dan ya, mereka dateng dan ngerawat gue." Jawab Renjun, yang merasa tidak keberatan untuk menceritakan ini semua ke bosnya.

"Kok mereka mau? Mereka ngurus lo tanpa imbalan?" Tanya Jaemin, yang langsung di balas anggukkan kepala oleh sekertarisnya ini.

"Iya. Soalnya gue juga gitu ke mereka. Gue bakalan ngurus mereka, sewaktu mereka sakit." 

KNOW MORE ABOUT HIM - JAEMRENWhere stories live. Discover now