12. Omong Kosong

157 48 59
                                    

HALO HALO
BAGAIMANA KABARNYA HARI INI?

SEMOGA BAIK YA DI HARI MINGGU INI

SELAMAT MEMBACA YA
JANGAN LUPA VOTE SERTA SHARE BIAR MAKIN RAME.

TINGGALKAN JEJAK SEBELUM PERGI.

*****

"Ayo kita perbaiki lagi, Araa."

Setelah mendengar kalimat Raden barusan, kening Alora langsung berkerut. Dada Alora langsung terasa panas, bergejolak, karna menahan amarahnya yang memuncak. Terik matahari terasa begitu panas saat itu, ditambah dengan perkataan Raden yang benar-benar membuat Alora marah sekali. Alora merasakan cairan yang mengalir didalam hidungnya. Alora menutup hidungnya dengan tangan kanannya, agar darah itu tak terlihat oleh Raden.

" Perbaiki? Apa yang mau lo perbaiki? Masa lalu? Keadaan? Atau otak sinting lo?." tanya Alora bertubi-tubi.

"Semuanya, kasih gua kesempatan Ra." Raden memasang wajah yang sedikit memelas.

"Kesempatan apalagi yang mau gua kasih ke lo hah? Useless." jawab Alora yang membalikkan badannya.

Langkah Alora ia gerakkan untuk segera pulang, ia tak mau terlalu lama mengobrol dengan Raden yang isinya hanya omong kosong. Mata Alora  mulai berkunang-kunang, seiring aliran darah yang mulai keluar dari hidung nya. Langkah Alora terasa berat karna kepalanya yang terasa pusing. Walau begitu, Alora tetap memaksakan langkahnya untuk pulang kerumah.

Raden mendekati Alora dan memegang bahu Alora, menuntunnya.

"Jangan sentuh gua." Alora menghentakkan bahunya, untuk melepaskan tangan Raden.

Raden tak peduli ia terus berjalan di belakang Alora. Ia tahu kalau Alora sudah mimisan, niatnya untuk mengantarkan Alora kerumah juga ada tapi Alora bersikeras dengan pendiriannya.

Pandangan Alora makin kabur seiring waktu dan akhirnya Alora jatuh pingsan, menyerah dengan rasa pusingnya. Disaat itu dengan sigap, Raden menangkap Alora dan menggendongnya dengan bridal style. Raden mengambil tisu yang berada di saku celananya dan mengelapkan pada hidung Alora. Tudung jaket yang Alora kenakan tadi juga Raden gunakan untuk menutupi wajah Alora dari terik matahari.

"Akhirnya apa? Lo juga jatuh kan. Lucu banget" gumam Raden pada dirinya.

Raden berjalan, akan mengantarkan Alora kerumahnya. Sementara itu Alora dengan tidurnya, bersandar di dada bidang Raden yang terasa seperti sekumpulan kapas yang membuat nyaman.

"Kapan-kapan lo harus kerumah gua ya. Kita makan malam nanti." gumam Raden lagi.

"Ada banyak hal yang mau gua tunjukkin ke lo, Ra. Semuanya kesukaan lo, gua masih ingat semuanya bahkan ke detail terkecil. Apa yang lo benci sampai apa yang lo sukai. Semuanya udah gua persiapin. Sampai hari itu tiba, mari kita senang-senang dulu gimana?."

*****

"Assalamu'alaikum." salam Raden yang memasuki pekarangan rumah Alora.

"Wa'alaikumsalam." ucap Keenan dan Galih.

Mereka berdua yang menunggu di teras, terkejut bukan main ketika Raden datang sambil menggendong Alora. Keenan langsung berdiri dari duduknya, menatap tajam kearah Raden. Mata Keenan juga menangkap tangan kanan Alora juga berlumuran darah.

"Lo-"

"Gua gak ada urusan sama lo, minggir." Raden memotong perkataan Keenan.

Mendengar sedikit keributan dari luar, Ratna segera keluar untuk menghampiri. Ratna terkejut karna Alora sudah diantar oleh raden dan dalam keadaan pingsan.

Kamu & MimpikuWhere stories live. Discover now