✧Bab 8✧

124 9 0
                                    

"Ck! Si Haidan ini gak tau cara tidur yang slay atau gimana, sih? Liurnya seember, loh!" ucap Gina sambil memegang tisu yang ia tempelkan di dekat mulut Haidan yang sedang tertidur dan mengeluarkan liur tanpa ia sadari.

Hari ini adalah hari yang cukup menegangkan bagi Haidan dan Jino.

Yaitu, hari pernikahan mereka.

Pukul 07:00, riasan di wajah Haidan sebentar lagi selesai. Namun, ada kendala yang menimpa mereka, yaitu Haidan yang tertidur dan mengeluarkan liur.

Mereka memang sudah bangun dari jam 3 pagi, makanya Haidan bisa tertidur seperti itu, karena ia memang kelelahan.

Parahnya, habis Dzuhur nanti ia akan mengikuti turnamen voli. Awalnya ia ingin absen dari kegiatan turnamen dan hendak beristirahat saja, tapi ia ingat bahwa ia sudah menyuruh teman-temannya untuk melihat Haidan bertanding, jadi ia mengurungkan niatnya.

"Haidan, Haidan! Make up-nya sudah selesai, Dan!" Gina menepuk-nepuk pundak Haidan yang sedang tertidur dengan posisi duduk.

Perlahan, Haidan mulai bergerak, dan matanya mulai terbuka.

Ia menguap dan kedua tangannya mulai bergerak ke arah matanya.

Saat tangannya sudah hampir menyentuh matanya, Gina menahan tangan Haidan.

"Jangan, matamu sudah ada make up-nya," ucap Gina.

Haidan yang memang dari tadi terduduk di depan cermin pun langsung melihat ke arah cermin.

Di sana, Haidan melihat wajah dirinya sudah dirias dengan riasan yang tebal, sampai-sampai ia tidak percaya bahwa yang ia lihat sekarang adalah bayangan dirinya.

Omong-omong, mereka ini berada di rumah orang tua Haidan alias rumah Haidan, dan tempat Haidan dirias ini adalah kamar Haidan dan Haidar.

Tiba-tiba terdengar suara gagang pintu yang bergerak serta suara pintu yang dibuka.

Mendengar suara tersebut, Haidan dan Gina langsung menolehkan kepala mereka ke arah sumber suara. Setelah dilihat, ternyata yang masuk ke kamar tersebut adalah Jino, Haidar, dan Jaya. Jino di posisi itu sudah memakai baju pengantin.

"IH! KAMU SIAPA?" Jino menunjuk wajah Haidan sambil tertawa.

"HAHAHAHAHAHA! KOK MALAH MIRIP BENCONG, YA?" tanya Jaya sambil tertawa keras.

"MUKAMU KENAPA PUTIH BANGET, HAHAHA! UDAH SEBELAS DUA BELAS SAMA M*Y*T!" ucap Haidar dengan teganya.

Haidan menghela napas yang berat. "Aku lagi gak mau marah, ya. Jadi diam-diam aja kalian," ucapnya.

"Hiii! Ngeri!" Jino memeluk badannya sendiri menggunakan kedua tangannya.

"Iya! Sampai merinding nah aku! Hiii!" sambung Jaya.

Haidan yang mendengar itu hanya merotasikan kedua matanya.

Ketiga laki-laki itu mulai berjalan lebih dekat lalu duduk di lantai sambil bersandar pada dinding kamar tersebut.

"Allahuakbar ... Dah dibelikan sofa mahal-mahal, orangnya malah duduk di lantai," ucap Haidan setelah melihat ketiga laki-laki tersebut dari pantulan cahaya pada cermin di depannya.

"Hehehe ..." Jino mencengir sambil menggaruk tengkuknya.

Mereka bertiga kembali berdiri, lalu berjalan menuju sofa yang diletakkan di kamar itu dan duduk di sana.

"HAIDAN! JINO! KELUAR, NAK! SIAP-SIAP, KITA MAU BERANGKAT!" seru seseorang yang berada di luar kamar itu, dari suara yang mereka dengar, sepertinya itu adalah suara Dina.

DIFFERENT || RYUJAKE ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang