22 | Pertarungan Singkat

1.8K 167 2
                                    

Tari dan Hani menatap ke arah Ziva dari arah belakang. Saat itu mereka berdua juga tengah mengawasi bagian atap rumah ketiga warga yang menjadi korban teluh beras kuning. Setelah tadi atap-atap rumah itu disiram dengan air yang sudah didoakan secara merata, mereka harus bersiap dengan apa pun yang nantinya akan muncul secara tiba-tiba. Mereka sudah tahu bahwa itu akan kembali terjadi, karena ini bukan pertama kalinya mereka menjalani pekerjaan tersebut.


"Langit mulai berubah lagi, Tar," ujar Hani.

"Ya, kamu benar, Han. Makhluk yang tadi dilihat oleh Ziva dan Raja pasti akan kembali lagi ke sini. Kita harus bersiap-siap dengan tugas selanjutnya," tanggap Tari.

Hani pun menatap ke arah punggung Ziva agak lama. Ziva sama sekali tidak bergerak dan tetap berada pada posisi awalnya sejak tadi.

"Ziva jauh lebih tenang daripada biasanya. Apakah menurutmu itu karena dia telah menemukan partner yang tepat?" tanya Hani.

"Mm ... bisa jadi begitu, Han. Raja jelas sama sekali tidak membuat Ziva kesusahan ketika bekerja. Raja adalah seorang indigo yang tidak punya rasa takut, sama seperti diri Ziva sendiri. Semoga saja Raja bisa bertahan lebih lama di dalam tim ini. Agar Ziva tak perlu lagi beradaptasi dengan orang baru setiap kali ada panggilan pekerjaan," jawab Tari.

"Aamiin yaa rabbal 'alamiin. Aku juga berharapnya begitu. Ziva sering terlihat lelah sekali karena harus menghabiskan energinya untuk beradaptasi dengan orang baru. Jadi aku juga berharap, semoga Raja akan menjadi partner terakhirnya Ziva dan tak perlu ada pertner-partner lainnya lagi."

Tari mengulum senyumnya selama beberapa saat.

"Kamu barusan mendoakan agar Raja menjadi partner abadinya Ziva? Kalau begitu kenapa enggak sekalian kamu doakan mereka jadi jodoh sekalian, Han?"

Hani ikut mengulum senyum seperti yang Tari lakukan barusan.

"Aku sudah mendoakan begitu juga, kok. Cuma aku berdoanya dalam hati. Soalnya takut Ziva atau Raja mendengar doaku. Kalau dilihat-lihat, mereka berdua benar-benar cocok satu sama lain. Ziva terlihat seperti enggak ada beban saat ada di sisi Raja, pun Raja juga demikian sama seperti Ziva," bisik Hani.

"Oh, kamu juga memperhatikan mereka sejak tadi pagi? Aku pikir cuma aku dan Rasyid saja yang memperhatikan mereka," balas Tari, ikut berbisik.

"Bukan cuma aku, Tar. Mika juga memperhatikan mereka, kok."

BRUUAAAKKKHHHH!!!

Semua orang terkejut saat mendengar suara yang begitu keras tepat di atas atap rumah Tarjo. Kali itu, bukan hanya Tari dan Hani yang bisa mendengar suara itu, bahkan warga lain yang sedang memperhatikan dari halaman depan rumah Pak RT pun bisa ikut mendengarnya.

"Suara apa itu, Mbak?" tanya Pak RT kepada Tari, mewakili yang lainnya.

"Sebentar lagi Bapak akan lihat sendiri. Tidak ada lagi yang bisa disembunyikan ketika makhluk itu sudah sampai ke tanah," jawab Tari.

Ziva menatap ke arah makhluk besar bertaring itu yang tampak sedang kepanasan akibat terbakar, setelah mendarat di atap rumah milik Tarjo. Makhluk itu mencoba berpindah dan mendarat di atap rumah milik Wagiman, namun hasilnya tetap sama saja. Hingga akhirnya--tanpa mencoba berpindah ke atap rumah milik Mugi--makhluk itu langsung turun ke tanah dan benar-benar berhadapan dengan Ziva. Pada saat itulah semua warga Desa Gebang bisa melihat wujudnya. Beberapa orang tampak ketakutan, lalu lari berhamburan menuju ke rumah mereka masing-masing. Mereka tampaknya tidak bisa melawan rasa takut yang melanda saat melihat sosok menyeramkan makhluk tersebut. Yang tersisa di depan rumah Pak RT kini hanya beberapa orang pria yang terdiri dari Pak RT, Heru--sebagai perwakilan dari pihak kepolisian--dan juga Bapak-bapak tetangga terdekat.

Tari dan Hani segera menancapkan beberapa ranting yang sudah mereka celupkan ke dalam air yang sudah didoakan, sebelum air tersebut dipakai untuk meruqyah ketiga korban yang masih sakit. Diam-diam Ziva telah meminta demikian kepada Tari dan Hani, tanpa sepengetahuan Raja. Raja jelas akan tahu bahwa Ziva pasti akan bertarung dengan makhluk itu pada akhirnya, jika pria itu sampai mendengar apa yang ia minta kepada Tari dan Hani. Ziva jelas tidak mau Raja berada di sisinya ketika keadaan menjadi sangat genting. Pria itu tidak boleh terluka dan Ziva harus memastikannya sendiri.

Mbah Sarjan bisa melihat--melalui air yang ada pada wadah logam miliknya--kalau saat ini makhluk peliharaannya sudah masuk ke dalam jebakan yang Ziva buat. Makhluk itu jelas tidak akan bisa lari lagi setelah Ziva mengurungnya. Ziva juga terlihat tengah menyiapkan sesuatu, dan Mbah Sarjan sama sekali tidak menduga mengenai hal itu sebelumnya.

"Apa yang akan dia lakukan pada makhluk peliharaanku? Dia tidak mungkin bisa melawannya, 'kan?" tanya Mbah Sarjan, mendadak merasa gelisah.

Di Desa Gebang sendiri--setelah Tari dan Hani selesai menancapkan ranting-ranting tadi--Ziva pun memulai pertarungannya sendiri setelah berdoa begitu panjang selama menunggu kedatangan makhluk itu. Makhluk itu--yang kini sudah tak punya jalan keluar--mendadak menyerang ke arah Ziva dan berharap bisa membunuhnya. Namun sayang, persiapan Ziva sudah benar-benar matang saat itu dan serangan makhluk tersebut segera ditangkis dalam satu kali gerakan yang tidak dapat dihindari.

"Bismillahirrahmanirrahim!!!"

BLAAAMMMM!!!

Makhluk itu langsung terlempar ke belakang dan lenyap seketika setelah terdengar bunyi ledakan yang begitu keras. Raja--yang baru saja selesai meruqyah Wagiman dan baru membuka sedikit pintu rumah itu--bisa melihat dengan jelas bagaimana Ziva menangkis serangan dari makhluk yang tadi mereka lihat hingga makhluk itu benar-benar lenyap. Ia terpaku di tempatnya karena tidak menyangka akan melihat pertarungan singkat yang baru saja terjadi, serta serangan mematikan yang Ziva layangkan terhadap makhluk itu.

Tatapannya kini beradu dengan tatapan milik Ziva yang tampak begitu tenang. Ziva tahu kalau Raja mungkin merasa kaget dengan pertarungan singkat barusan. Ziva juga tahu, kalau mungkin saja Raja akan meledak sebentar lagi karena dirinya tidak dilibatkan dalam pertarungan itu dan Ziva justru memilih menghadapi makhluk bertaring itu sendirian. Tapi bagi Ziva, bukan itu yang terpenting. Yang terpenting adalah, musuh yang harus dia hadapi kini hanya tersisa satu, yaitu Mbah Sarjan sendiri.

Di rumah Mbah Sarjan tengah terjadi amukan dahsyat. Mbah Sarjan tidak bisa menerima kalau makhluk peliharaannya berhasil dikalahkan oleh Ziva hanya dalam satu kali serangan.

"KURANG AJAR!!! KURANG AJAR!!! ORANG KOTA ITU BENAR-BENAR KURANG AJAR!!! BERANINYA DIA MELENYAPKAN PELIHARAANKU YANG BERHARGA!!! BERANINYA DIA MENGUSIK KEHIDUPANKU!!! AKU AKAN MEMBUAT PERHITUNGAN DENGANNYA MALAM INI JUGA!!! AKU AKAN MEMBUATNYA MENYESAL KARENA TELAH MEMBUATKU KEHILANGAN PELIHARAAN YANG BERHARGA!!!

Mbah Sarjan pun segera menyiapkan diri serta hal-hal yang dia perlukan sebelum mendatangi Ziva.

* * *

TELUH BERAS KUNINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang