_4_

520 98 19
                                    

Hujan ternyata tak berhenti sampai jam 5 pagi, udara dingin mulai menusuk saat kini guyuran air langit menghujam payungnya dengan marah.

Haerin harus bergegas menuju flatnya sebelum mati kedinginan.

Rambutnya sedikit lembab, beruntung plastik kecil obat yang ia beli dari apotik tadi tersembunyi dengan aman di balik jaketnya.

Setelah berpikir beberapa kali tadi, ia akhirnya memutuskan untuk membantu mengobati luka gadis misterius itu.

Haerin sebenarnya bukan tipe orang yang perduli pada orang lain, apalagi seseorang yang baru ia temui.

Namun ia merasakan perasaan aneh muncul dengan tiba-tiba saat pertama kali melihat gadis itu, atau mungkin hanya perasaan iba.

"Eh? Apa yang kau lakukan disini?" Dengan panik menghampiri gadis yang membayangi pikirannya hampir satu setengah hari, kini tengah terduduk dengan wajah tersimpan di lututnya yang tertekuk hingga dada.

"Ya ampun! Kau demam!" Kulitnya terasa panas saat di sentuh dengan seluruh wajah pucat dan badan menggigil.

Dengan segera Haerin membopong gadis tersebut kedalam flatnya, mengutuk saat ia sedikit kesulitan untuk membuka kunci namun setelah beberapa kali mencoba akhirnya pintu terbuka.

_____________________

Mangkuk berisi bubur ia letakkan di atas meja makan, Haerin kembali menghampiri tubuh yang masih terbaring lemah.

"Apa yang sebenarnya terjadi kepada mu?" Bisik Haerin bertanya-tanya saat dirinya mengambil handuk kecil yang berada di dahi gadis lain, mencelupkan kedalam air tak lupa untuk memerasnya saat ia kembali meletakkan di dahinya.

Terlihat ada pergerakan darinya, kelopak matanya perlahan terbuka saat Haerin menyentuh telapak tangannya, gadis yang baru terbangun panik lantas menarik tangannya menjauh.

"Hei tenang, ini hanya aku" ucapnya pelan, sedikit lega saat perubahan raut wajah gadis tersebut kian melembut setelah mendengar suara tenangnya.

Sepertinya gadis ini masih mengingat suaranya.

"A-apa yang terjadi?" Tanyanya gugup saat ia berusaha mendudukkan tubuhnya, namun Haerin dengan cepat menekan bahunya menyuruh untuk berbaring kembali.

"Aku menemukan mu tadi di depan, tubuhmu masih terasa panas sebaiknya diam disini dulu" ucap Haerin kembali membenarkan handuk kompres di dahi gadis tersebut, dengan cepat mengambil segelas air putih dan bubur yang ia buat tadi di atas meja.

"Aku membuatkan makanan untuk mu eeee-"

"Hanni, namaku Hanni" Hanni berujar dengan suara serak, senyum sedikit tersungging di bibir pucatnya.

Haerin ikut tersenyum saat dirinya menaruh segelas air dan bubur di lantai dekat ranjang, kembali membantu Hanni untuk menyangga kepala gadis tersebut dengan boneka kucingnya yang sudah tidak memiliki ekor dan telinga, agar lebih mudah untuk memberinya makan.

"Hanni? Nama yang bagus" ucap Haerin mengambil air, menaruh segelas air tersebut pada tangan Hanni.

"Minumlah" namun ucapannya tak di gubris saat gadis yang setengah terbaring di ranjang hanya diam dengan kepala dimiringkan kesamping.

"Dan siapa namamu?"

"Haerin, Kang Haerin" ucap Haerin dengan bangga, mengaduk bubur didalam mangkuk.

Hanni mulai meneguk air, sedikit meringis saat air mulai mengalir melewati tenggorokannya yang terasa kering.

Setelahnya hanya dentingan sendok dan mangkuk yang terdengar saat Haerin membantu menyuapinya bubur hingga mangkuk bersih tak tersisa.

"Apakah kau masih lapar? Mau aku buatkan lagi?"

Melihatnya makan sangat lahap, tampaknya gadis itu sangat kelaparan.

"T-tidak usah, terimakasih atas makanan nya" ucap Hanni pelan, kali ini membenarkan posisi duduknya hingga kakinya menjuntai di sisi ranjang dengan kedua tangannya memainkan handuk kompres.

Haerin menyimpan gelas dan mangkuk kotor di wastafel, meraih plastik obat yang ia beli tadi.

"Haerin, jam berapa sekarang?" Tanya Hanni tampak gelisah saat kini tangan kirinya memutar-mutar ujung baju miliknya yang sempat Haerin ganti karena baju gadis itu basah kuyup terkena air hujan.

"Jam 9 pagi" jawab Haerin kini duduk disebelahnya.

"A-apa!? Aku harus kembali bekerja" tangan gadis itu menggapai pada benda apapun yang bisa ia raih untuk dukungan, hampir tersandung pada kakinya sendiri namun beruntungnya gadis lain sigap membantu.

"Tidak tidak... Kau masih tidak baik-baik saja" Haerin mendorong bahu Hanni kebelakang, hingga gadis itu duduk kembali di sisi ranjang.

"Tapi... Tapi aku benar-benar harus pergi bekerja, terimakasih kau sudah baik kepadaku... Tapi aku benar-benar harus pergi sekarang"

Ia benar-benar tak mengerti pada gadis buta ini, bahkan kulitnya masih terasa panas saat di sentuh.

Dan lagi luka lebam di sekujur tubuhnya saat tadi ia mengganti pakaian Hanni, bukannya Haerin lancang memeriksa tubuh seorang gadis lemah yang tidak berdaya, hanya saja luka yang dimiliki gadis ini benar-benar buruk.

Mungkin luka terburuk yang pernah ia lihat sepanjang hidupnya.

"Biarkan aku pergi~"

Belum pernah dalam hidupnya mendengar orang lain memohon membuat Haerin menghela nafas saat matanya kini mendarat pada obat gel untuk lebam, 1 pak kapas dan sebotol kecil alkohol tergeletak di ujung ranjang.

"Baiklah" mungkin ia bisa mengobati gadis ini nanti.

.......

Sad ending apa happy ending kira-kira nih... Dari awal udah keliatan menyedihkan soalnya😥


My Eyes || [𝕂𝕚𝕥𝕥𝕪𝕫] ✓Onde histórias criam vida. Descubra agora