_19_

360 79 5
                                    

Haerin terduduk lesu diruang tunggu. Terhitung sudah 3 hari ia berada di kantor polisi untuk melakukan pemeriksaan intensif atas kepemilikan obat-obatan terlarang yang bahkan tidak ia ketahui mengapa barang itu ada di dalam flatnya.

Kantung matanya menghitam saat dirinya dipaksa untuk tak beristirahat semalaman, hanya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terus berulang kepadanya.

Setelah dilakukan pengecekan berkala hingga tak ditemukan adanya bukti apapun bahwa obat-obat itu miliknya, akhirnya Haerin pun dibebaskan.

Beruntung Miyeon selalu ada untuk mendampingi, hingga memberikan kesaksiannya dihadapan petugas.

"Aku percaya kau adalah gadis yang baik, jangan khawatir aku telah mengurus semuanya"

Namun bukan itu yang Haerin khawatirkan.

Ingatannya terus memutar ulang penuturan mengejutkan dari Hyeju beberapa hari lalu. Menegaskan bahwa bekas luka yang ada pada bahu Heeseung sama seperti pria misterius yang ia temui di gang waktu itu.

Jadi itulah sebabnya mengapa ayah Hanni bisa dengan mudah menemukannya di manapun. Karena memang dirinya hidup diantara mereka.

Ia masih tak menyangka jika Sunoo dan Heeseung terlibat dalam hal ini, padahal dirinya sudah menganggap mereka seperti keluarga.

Dan Hanni? Haerin tidak tahu lagi bagaimana nasibnya.

Ia berharap Hanni baik-baik saja. Ya, Haerin harus segera memastikan apakah gadis itu benar-benar baik-baik saja, apalagi setelah mengetahui bahwa Sunoo teman baiknya ternyata salah satu kaki tangan ayahnya Hanni.

"Jika kau tidak menyimpan obat-obatan itu, aku yakin pasti ada orang lain yang berusaha menjebak mu"

Haerin masih duduk membisu, tak menanggapi ucapan mantan atasannya tersebut.

Terlihat di ujung ruangan keluar seorang petugas polisi wanita dengan poni tebal menghampiri keduanya. Senyuman lebar tak lepas dari bibir polisi tersebut saat Miyeon mendekatinya.

Terdengar percakapan yang sebenarnya tak ingin ia dengar dari dua orang tersebut. Hingga tiba-tiba keduanya saling berbagi ciuman mesra, membuat Haerin sedikit terkejut.

"Kalau begitu kami akan pulang sekarang" ucap Miyeon dengan suara genit.

"Ya, hati-hati. Jika ada apa-apa dijalan hubungi saja aku"




Dinginnya udara malam menerpa wajah pucatnya. Setelah terkurung di ruang kedap suara selama beberapa hari, akhirnya ia bisa menghirup udara bebas.

Ini akan menjadi yang pertama dan terakhir kalinya ia menginjakkan kaki disini.

"Apa kau ingin tinggal di rumahku dulu?" Tanya Miyeon saat kini keduanya berjalan menuju parkiran.

Haerin tak langsung menjawab, perasaan tengah diawasi kini mengganggunya.

Miyeon mulai memasuki mobil yang terparkir, namun dirinya masih diam mematung mengawasi ke segala arah.

"Apa yang kau tunggu? Ayo masuk"

Ia menghembuskan napas panjang. Mungkin itu hanya perasaannya saja.

Belum sempat Haerin masuk kedalam mobil, tatapannya langsung tertuju pada dua orang yang tengah duduk diam diatas motor tak jauh dari parkiran.

"Bu Cho, aku-aku akan pulang naik bus saja" Haerin kembali menutup pintu mobil membuat Miyeon kebingungan.

"Jangan bodoh, bahaya jika kau pulang sendirian apalagi ini sudah malam"

"Aku akan baik-baik saja, aku janji"

Tak menunggu ucapan Miyeon selanjutnya, ia langsung berjalan keluar dari parkiran dan dugaannya benar. Dua orang asing itu kini mulai mengikuti.

Haerin mempercepat langkahnya, sesekali menoleh untuk memastikan mereka masih jauh dibelakang.

Hingga tiba-tiba sebuah mobil tua bak terbuka berhenti tepat di samping tubuh. Napasnya seketika tercekat dengan keringat dingin mulai bercucuran dari dahi, siap mengambil ancang-ancang untuk berlari menjauh dari sana.

Kaca hitam mobil tersebut mulai turun, menampakkan orang yang benar-benar ia kenali.

"Ayo cepat masuk!!" Ucapnya dengan panik.

Tatapan Haerin langsung tertuju pada seseorang dikursi penumpang. Seseorang yang menghantui pikirannya selama beberapa hari ini.

"Tidak ada waktu lagi!! Ayo cepat!!"


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

My Eyes || [𝕂𝕚𝕥𝕥𝕪𝕫] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang