bab 14

3.3K 300 1
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
🌻🌻🌻

Keesokan paginya

Sesuai rencana, kini Liam tengah dalam perjalanan menuju makam Syakila, ibu dari putra nya, Liam pergi kesana dengan Adrian, Milo, Daddy dan mommy barunya, serta yang pasti putranya, Riano.

Dalam perjalanan tak terlalu banyak obrolan, mereka dalam suasana hening dan terlarut dalam lamunan masing masing, hanya terdengar suara musik yang sengaja di nyalakan agar suasana tak terlalu sunyi dan canggung, perjalanan mereka tak ada orang asing, adrian yang menyetir mobil, mereka tak ingin ada orang asing dihari ini, tapi tak mungkin juga mereka pergi tanpa penjagaan, mereka pergi tetap dengan bodyguard, namun di mobil yang berbeda.

Sebelum berangkat daddynya berkata bahwa tempat makan Syakila agak jauh dari ibu kota, terbukti dengan perjalanan mereka yang sudah satu jam lebih namun tak kunjung sampai juga, Liam merasa lelah terus duduk, ia paling tak betah duduk terlalu lama, namun Liam akui bahwa duduk di kursi mobil yang begitu empuk ini jauh lebih baik dari pada duduk di kursi kerajaan yang terbuat dari perak keras, apalagi saat rapat yang mengharuskan duduk dengan tegak selama berjam jam dikursi itu,

Setelah dua jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di pemakaman umum yang berada di kota tetangga, disana terlihat sepi, hanya ada tukang bersih bersih dan beberapa orang yang berziarah, mereka dengan perlahan melangkah masuk dan bertanya pada penjaga makam yang duduk mengobrol dengan temannya,

"Permisi, kami ingin bertanya, dimana makam perempuan bernama Syakila pak?" Ujar Adrian bertanya dengan sopan,

"Eh iya mas, setau saya makam dengan nama Syakila cuma dua, yang satu bayi yang baru lahir dan Syakila yang dimakamin puluhan tahun lalu, dan itupun batu nisannya cuma ada namanya saja, tidak ada keterangan kapan dia lahir dan siapa ayahnya, jadi kami tidak bisa mengabari pihak keluarga, tapi selama saya jaga disini nggak ada tuh saya lihat keluarga yang berziarah, jadi siapa yang bapak ibuk dan mas maksud?" Jawab penjaga makam itu dengan sopan juga,

Deg

Mendengar penjelasan tersebut tubuh mereka seketika terdiam mematung, sedangkan Milo Rian dan Liam yang tak mengerti hanya mempu membisu dengan bingung,

"Em, Syakila yang dimakamkan puluhan tahun lalu, jadi selama tak ada yang berziarah siapa yang membersihkan makamnya pak?" Tanya mommy dengan mata berkaca kaca sedih,

"Oh kalau masalah bersih bersih itu dibersihkan petugas yang sebulan sakali rutin dateng buat bersihin rumput buk," jelas penjaga makam itu,

"Makasih penjelasannya pak, tpi bisakah bapak mengantar kami?" Tanya mommy,

"Oh bisa banget buk, itu emang udah tugas saya, mari buk pak," balas penjaga itu sopan dan berjalan memimpin jalan memasuki area makam,

"Ini pak buk, kalau begitu saya permisi dulu, misi pak buk" ujar penjaga makam itu pamit sebelum berjalan meninggalkan mereka yang tengah memperhatikan nisan yang begitu kosong, hanya tertulis tanggal kematian dan nama, itupun tak ada marga keluarga mereka dinisan tersebut,

"Kila putri cantiknya mommy, ini mommy sayang, maafin mommy yang sangat terlambat mengunjungi mu, sekarang Kila udah bahagia disurga ya? Kila udah nggak perlu tersiksa lagi, disana pasti Kila punya banyak temen, maafin semua kesalahan dan kelalaian mommy dalam membesarkan mu Kila," ujar mommy dengan air mata mengalir, sembari mengelus nisan putrinya dengan tangan bergetar, sedangkan daddy dan Adrian hanya terdiam, kata kata yang ingin keduanya ucapkan seolah tercekat di tenggorokan mereka, keduanya hanya mampu terdiam dan mengatakan nya di dalam hati mereka.

"Syakila? Itukan namamu? Kau ibu dari putra yang selama ini aku sakiti? Maafkan aku, sebelumnya perkenalkan aku Zeliam, papa dari putramu, aku bukan papa yang baik, pasti kau melihat semua yang sudah aku lakukan pada putramu dari surga bukan? kau masih ingat? Rian, Riano putra, dia putra mu, kau yang melahirkannya dan memberinya nama, hah... Aku mempertanyakan hal yang bodoh, kau adalah ibunya, tak mungkin seorang ibu melupakan anaknya sendiri, dan selama ini aku melakukan kesalahan pada nya, aku selalu menyakitinya, aku merasa tak pantas meminta maaf, tapi aku juga tak ingin kau mengadili dan meminta pertanggungjawaban atas semua yang ku lakukan pada putramu, disana pasti aku akan kebingungan bagaimana cara menebus segala dosaku padanya, jadi izinkan aku meminta maaf, aku ingin meminta maaf, minta maaf karena telah menyakiti buah hati yang kau jaga dan kau pertahankan hingga ia lahir, tapi dengan bodohnya aku justru membunuh nya dengan perlahan, tapi aku akan berusaha memperbaiki sikap buruk ku pada Rian, aku akan menyayanginya, menyayangi selayaknya seorang papa yang baik, walau mungkin sudah sangat terlambat, sekali lagi maafkan aku," ujar Liam panjang lebar meminta maaf setelah menghela nafas panjang dan berjongkok didekat mommy, Liam mengungkapkan segala permintaan maaf atas segala nya, Liam bingung, bagaimana bisa kata kata panjang itu dengan lancar terucap dari belah bibirnya, namun ia berpikir bahwa itu merupakan perasaan alami yang otak ini pikirkan dan tubuh ini rasakan selama ini.

"Dia putriku, dia adalah gadis baik, dia pasti memaafkan mu," ujar mommy tersenyum lembut sembari mengelus kepala Liam dengan sayang setelah mendengar keluh kesah Liam yang seperti mengadu telah berbuat kesalahan pada ibunya.

"Rian, sini nak, orang yang dimakamkan disini adalah ibumu, nama nya Syakila, dia pasti sangat merindukanmu," kata mommy pada Rian yang sudah berjongkok didekatnya dan mencium pipi Rian pelan.

"Ibu?" Beo Rian ragu, ibunya? Apakah dia adalah orang baik? Tapi kenapa dia tidak pernah bersamanya? Jikapun jahat apa mungkin ia tetap bisa membenci ibunya? Dia tak akan bisa, apalagi ibunya telah memberikan papa yang baik untuk nya,

"Ya, Syakila, dia ibumu, perempuan yang telah melahirkan mu, dan dia meninggalkan mu sedari kau masih bayi, Dia pasti memiliki alasan tersendiri kenapa ia meninggalkanmu, jadi... Rian jangan sampai membenci ibu rian ya nak?" Ujar ibu Adrian memberi pengertian pada cucu pertamanya tersebut,

"Rian Tidak akan membenci ibu Rian, ibu Rian Syakila, dia yang melahirkan Rian, Rian tak akan bisa membencinya, lagi pula ibu juga memilih papa yang baik untuk Rian, papa Rian baik, jadi Rian tidak membenci ibu karena meninggalkan Rian" kata Rian dengan tersenyum kecil, sedangkan Liam yang mendengar perkataan putranya meneteskan air mata dengan sedih, ini putranya yang terlalu baik atau terlalu bodoh? Putranya begitu aneh, bagaimana bisa putranya masih bisa memaafkan dan tetap menyayanginya sedangkan ia selalu menyakitinya? Seharusnya putranya membencinya bukan selalu mengharapkan kasih sayang yang selalu berujung kekecewaan karena harapannnya tak pernah terkabul sebelum jiwa William memasuki tubuh Zeliam.

🌻🌻🌻
.
.
.
.
.
To be continued

The Antagonis Daddy Where stories live. Discover now