END

3.8K 347 9
                                    

Happy reading
.
.
.
.
.
🌻🌻🌻

Seminggu kemudian

Semua berjalan dengan lebih baik, tanpa ada rasa bersalah yang menghantui mereka, kini Liam dan Rian memutuskan menerima tawaran untuk tinggal bersama di mansion wilston.

Namun entah kenapa Liam Rian dan Milo merasa Adrian berubah, mereka merasa Adrian berubah semenjak pulang dari pemakaman Syakila Minggu lalu, namun mereka memaklumi nya, mungkin karena masih merasa berduka atas kematian Syakila adiknya, Adrian yang biasanya tengil dan menyebalkan berubah menjadi pemurung, dan sering mengunci dirinya sendiri dikamar, ia hanya keluar saat pergi kekantor dan kembali mengurung diri setelah makan malam, dia benar benar berubah menjadi seorang yang berbeda.

Kini Liam ingin kembali ke kamar setelah meminum susu almond di dapur, entah kenapa ditengah malam begini Liam terbangun dan tiba tiba menginginkan susu almond, namun saat melewati Kamar Adrian ia mendengar suara tangisan dari arah dalam kamar, Liam mengetuk pintu, namun tak ada jawaban dari dalam, tanpa menghiraukan sopan santun Liam segera membuka pintu yang tak tertutup sempurna itu.

"Adrian, kau dimana?" Teriak Liam yang tak melihat Adrian didalam kamar, dengan membuang rasa malunya Liam segera membuka pintu kamar mandi yang tak terkunci, betapa kagetnya ia melihat Adrian yang tengah menangis terduduk bersandar bet up dengan kacau, rambut acak acakan, mata memerah sembab, dan baju yang sudah basah dan kusut.

"Hey? Ada apa dengan mu?" Ujar Liam panik segera menghampiri Adrian dan mengecek suhu tubuh Adrian, panas, tubuh Adrian terasa begitu panas dipunggung tangannya, dengan susah payah Liam membantu Adrian berdiri dan berjalan keluar dari kamar mandi

"Kenapa kau begitu bodoh hah? Apa yang kau pikirkan? Hais benar benar merepotkan" ujar Liam mendumel setelah mengambil baju ganti dan handuk untuk Adrian yang Liam dudukan di ranjang, ia tak peduli jika ia akan dimarahi karena membuat kasur basah, yang ia pikirkan sekarang adalah Adrian, Adrian memang menyebalkan namun ia juga tak tega membiarkan Adrian mati kedinginan.

Setelah menggantikan pakaian Adrian yang sudah terlelap, Liam berniat beranjak dan kembali ke kamarnya, namun saat ingin berdiri dari duduknya pergelangan tangannya di lengang oleh Adrian yang sepertinya mimpi buruk, karena terus menggunakan kata maaf.

"Maaf"

"Maafkan aku"

"Maaf, jangan pergi"

"Kembalilah"

"Aku merindukanmu"

"Maaf"

Adrian terus meracau lirih, yang terdengar begitu menyedihkan ditelinga Liam,

"Ada apa dengan mu? Hey? Bangun," panik Liam sembari menepuk pipi Adrian yang terasa panas, dengan tangan kirinya yang semakin dipegang dengan kuat,

"Maaf"

"Maafkan aku Liam"

"Maaf"

"Hais, ada apa dengan mu sebenarnya? Kenapa kau terus meminta maaf?" Tanya Liam pada Adrian yang setengah sadar,

"Aku membunuhnya"

"Aku hiks membunuh sahabatku sendiri" Adrian menjawab dengan racauan dan isakan yang terdengar menyedihkan membuat Liam bingung, bukankan Adrian tidak memiliki sahabat?

"Membunuh siapa? Siapa sahabat yang kau bunuh? Kenapa kau membunuhnya?" Tanya Liam beruntun menuntut jawaban.

"Aku hiks aku membunuh sahabatku"

"Aku menusuk sahabatku dengan pisau hiks"

Adrian terus meracau membuat Liam jengkel

"Siapa sahabatmu? Bukankah kau tak punya sahabat hah?" Ujar Liam berteriak jengkel mendengar racauan tak jelas Adrian, Liam merasa seperti menanyai orang yang tengah mabuk, lalu apa maksud dengan membunuh? Siapa yang Adrian bunuh? Jika Adrian benar benar membunuh sahabatnya lalu kenapa saat pertama kali pergi ke rumahnya Adrian bilang jika ia tidak memiliki sahabat lagi, karena sahabatnya sudah memiliki kehidupan masing masing, bahkan dia berkata bahwa dia terakhir berkumpul dengan para sahabatnya saat kelulusan SMA?

The Antagonis Daddy Where stories live. Discover now