Chapter 3: Saaahh Paling Serius!

54 8 0
                                    

"Bukan yang paling sempurna, tapi mudah-mudahan bisa membimbing menuju surga." — Nor





Nor keluar dari dalam kamar setelah selesai salat Magrib. Keluarga kumpul duduk di ruang tengah sembari minum teh hangat mendiskusikan rencana pernikahan Nor yang berlangsung seminggu lagi, sesuai kesepakatan bersama.

Pernikahan yang terburu-buru? Seperti menyimpan sesuatu?

Apalagi tinggal seminggu lagi yang bisa dihitung dengan jari.

Bukan ada sesuatu yang menyebabkan curiga. Melainkan, sudah mendapatkan izin restu untuk pasangan tidak perlu menunda pernikahan.

Juga permintaan keluarga dari pihak pria yang telah menyusun planning lebih dulu sangat rapi seakan-akan sudah dipersiapkan dan dinanti-nantikan waktu tepat seperti melamar tadi. Mereka semua berunding cukup lama, setelah sepakat tidak ada keluarga yang keberatan. Akhirnya, disetujui Ayah. Sekeluarga mengucapkan lebih cepat lebih baik. Sah menuju Halal. Pak Hansa berniat mempersiapkan Wedding Venue di Hotel tempat salah satu temannya yang siap membantu, sedangkan Ibu Kamalia mengurus layanan katering dan menghadiahkan khusus wedding dress putih di butik pribadi miliknya.

Rei dan Nor hanya dapat tugas penting yaitu mencoba pakaian nikah lalu membagikan undangan nikah ke teman-teman.

Sebenarnya, dari pihak wanita sendiri meminta yang sederhana saja. Menikah di KUA, Masjid, atau rumah panggil penghulu juga tidak masalah asalkan khidmat. Pak Hansa mengatakan Pak Alif tidak perlu memikirkan soal biaya pengurusan. Keluarga Rei mengatakan bahwa mereka ikhlas, bahwasanya biaya resepsi sampai semua kebutuhan mempelai wanita itu sebagai tanggung jawab pihak pria.

Mereka berpesan sekeluarga calon pengantin wanita tinggal santai saja, terima semua telah rampung dan datang menjadi saksi nikah. Jika ada kekurangan bicarakan saja kepada mereka akan dengan senang hati mendambakan itu di dalam list nikah.

Alif sebagai Ayah dari Sameeha Nor paham sekali keinginan Pak Hansa dan Ibu Kamalia. Reihacharan sebagai putra tunggal mereka pasti ingin memberikan pernikahan yang berkesan untuk seumur hidup. Memaklumi bahwa memang Alif pribadi sudah tua bahkan menjadi Opa tidak mementingkan kemewahan sekalipun kedua anak-anaknya sukses. Mendoakan semoga pernikahan putrinya si paling bungsu bisa terlaksana dengan lancar sampai hari-H. Semua juga tidak lepas campur tangan Allah berdoa meridhoi pasangan yang akan segera duduk di pelaminan.

Ibu Kamalia sebelum pulang berbicara lembut kepada Nor tidak perlu merisaukan apapun yang akan mereka gelontorkan. Itu semua pengutamaan kasih sayang serta kebahagiaan mereka untuk Rei dan Nor. Mereka berdua begitu akrab berpelukan dari Kamalia sendiri sudah tidak sabar Nor datang sebagai menantu. Nor hanya tersenyum lembut berterima kasih kepada beliau, dan sangat kagum melihat harmonis antara Ibu Kamalia dan Pak Hansa sebagai suami-istri yang tampak rukun tidak pernah berubah.

"Nor, kamu serius mau menjadi istri seorang pemuda di bawah umur kamu? Memangnya si Rei sudah bisa apa? Anaknya kelihatan ogah-ogahan dan gajul begitu kalau Mas lihat," Danu menyelidiki ketat kepada Rei saat begitu langsung datang ke rumah. Sebagai seorang Kangmas tidak ingin adiknya salah mendapat pendamping. Alangkah lebih baik tidak sembarangan menyerahkan Nor ke pemuda yang kelihatan tidak meyakinkan. "Malahan Mas sebagai pria kami paham keseriusan seorang pria lainnya. Entah kenapa firasat menunjukkan bahwa pemuda itu tidak bisa menjadi imam sekaligus kepala rumah tangga yang baik untuk kamu. Pikirkanlah dulu baik-baik, Nor. Masih bisa menolak sebelum hari H." keluhan Danu antara tidak percaya kalau anak ingusan seperti Rei melamar adiknya.

Bahkan tadi semakin tercengang kalau Nor sendiri setuju menikah dengan pemuda tersebut. Danu tidak bisa mencegah keputusan Nor di hadapan keluarga pelamar, tetapi sebagai Kangmas berharap Nor bisa pemikiran dalam-dalam sebelum mengambil keputusan calon suami. Selama ini Nor menjadi wanita tidak pernah bersikap neko-neko, keluar malam terkecuali benar-benar ada urusan penting, tidak pernah membahas kekasih, dan apalagi bersentuhan dengan bukan mahram. Adik perempuannya itu sangat menurut dengan Ayah dan Ibu.

ReiNor (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang