Tiga Puluh Satu

101 17 0
                                    

Sempiternal
Story by yeolki_

SempiternalStory by yeolki_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy Reading
🌿





Langit hari ini cukup cerah. Mentari pun bersinar di antara gumpalan awan. Langit biru menemani Stevy yang melangkah menuju kelasnya. Untuk pertama kali setelah kepergian sang ayah, Stevy bersekolah. Wajahnya datar. Bahkan sepasang mata itu menatap kosong. Langkahnya pun perlahan. Ia tidak peduli lagi dengan orang di sekitarnya lagi.

Langkah Stevy kini berhasil membawanya ke depan kelas. Ia temukan Sonya. Sejenak ia teringat kejadian lima hari yang lalu. Apa Sonya masih marah padanya? Apa hari ini ia bisa meminta maaf pada Sonya?

Di sisi lain, Sonya tengah menyapu saat ini. Gadis itu menggiring beberapa debu juga bulatan kertas yang di remas, keluar kelas. Namun, aktivitas itu terhenti. Ketika temukan sepasang sepatu hitam tepat di depannya.

"Permisi, Lo bisa minggir-" Ucapan gadis itu terjeda, ketika temukan sosok yang tidak ingin ia temui lagi. Tatapan yang semula hangat, berubah menjadi sengit.

"Hai, Sonya," sapa Stevy. Mencoba ramah.

Namun, si pemilik nama itu enggan menjawab. Ia malah kembali menyapu. Mengacuhkan Stevy. Ia mengalihkan debu dan sampah yang ia bawa ke arah lain. Menghindari Stevy. Stevy paham kali ini. Sonya tidak mau berbicara dengannya lagi. Hubungan mereka benar-benar berakhir kala itu. Dan Sonya bersungguh-sungguh atas ucapannya.

Stevy putuskan untuk masuk ke kelas. Bersiap untuk menerima pembelajaran hari ini. Meskipun pikirannya terus melayang pada sosok ayahnya dan juga Sonya.

***

Embusan angin membelai rambut pendek Stevy. Gadis itu setia memandang langit biru siang ini. Langit yang dihiasi gumpalan awan putih. Awan yang bergerak pelan mengitari langit.

Kali ini, Stevy tidak membawa makanan apa pun. Ia langsung pergi kemari, setelah istirahat tadi. Laras sempat memintanya untuk pergi ke kantin. Bahkan siap menyuapi Stevy. Hanya saja, ia tidak mau. Stevy ingin sendiri sekarang.

Laras berujar kembali, "Ayolah, Vi. Gue suapin, deh. Bagaimana?"

Stevy menggeleng kecil. Senyum tipisnya terukir untuk teman sebangkunya itu. Laras tampak berpikir sejenak. Berpikir cara apa yang bisa ia gunakan untuk membujuk Stevy pergi ke kantin dan makan. Karena sungguh, Laras harus menanggung kepercayaan Sonia untuk membujuk Stevy makan di sekolah.

Di kala berpikir, Kirana bergerak menghampiri. Gadis berponi itu bertanya, "Mau ke kantin, 'kan?"

Laras mengangguk kecil sambil menatap Kirana. Lalu, ia beralih menatap Stevy yang harus dibujuk. "Tapi tunggu dulu. Gue masih bujuk Stevy buat ikut ke kantin, nih."

"Stevy, yuk. Pak Bambang hari ini kasih bakso-"

"Ran! Lo mau ke kantin atau enggak, sih?" Sonya menyela. Gadis yang berada di ambang pintu itu meninggikan nadanya. Ia menatap sengit ke arah mereka. Ke arah para gadis yang kini tengah menatapnya bingung. Seolah tidak suka Kirana menghampiri Stevy dan Laras.

Sempiternal [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang