Empat Puluh Satu

21 8 0
                                    

Sempiternal
Story by yeolki_

SempiternalStory by yeolki_

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Happy Reading
🌿





Suasana mendadak kacau sedetik setelah Wawan masuk ke dalam rumahnya. Sonia bisa melihat wajah sang suami begitu kacau dan buntu. Pria itu tidak tahu harus berbuat apa, selain merutuki dirinya sendiri. Sikapnya yang begitu tegas, mendadak hilang karena Stevy pergi.

"Aku cuman khawatir sama Stevy. Setiap hari dia pulang sore dan aku risau dia salah jalan. Itu aja," jelas Wawan menatap sang istri dengan kerisauannya.

Sonia tentu paham maksud suaminya. Hanya saja, sang anak belum bisa paham maksud dari sang ayah. Berujung gadis itu pergi dari rumah dengan keadaan marah. Bian bahkan sampai harus keluar kamar dan mengejar Stevy bersama motornya. Namun sayangnya, Bian tidak bisa mengejar gadis itu. Hasilnya, Bian yang malah mendapatkan omelan dari Wawan.

Wawan pun kini beranjak dari tempatnya. Sedetik setelah ia melirik meja kecil di ruang tamu. Pria itu bergerak menghampiri meja kecil dekat sofa ruang tamu. Sebuah telepon rumah bertengger di atas meja. Lalu, ia beralih menatap Sonia yang ikut beranjak.

"Tolong ambilkan buku telepon. Aku mau hubungi teman-temannya. Mungkin Stevy ada di sana."

Sonia bergerak cepat mengambil buku telepon di meja nakas dekat dapur. Lalu, membawa buku itu pada Wawan. Membiarkan pria itu membuka lembar demi lembar buku setebal kamus. Saat ia temukan sederet nomor rumah teman-teman Stevy, Wawan mulai mengetikkan angka tersebut sambil menjepit ganggang telepon berwarna abu-abu itu di antara lehernya.

Melihat susahnya sang suami, Sonia bergerak mengambil si buku telepon. Lalu, membiarkan Wawan melihat sederet nomor itu dengan mudah. Setelah selesai, Wawan dengan fokus mendengar nada sambung. Menempelkan ganggang telepon pada rungu kanannya.

Percobaan pertama, Wawan menghubungi keluarga Kirana. Namun, gadis itu berkata Stevy tidak ke sana. Selanjutnya, Dinda dan Marissa. Tetapi, tetap saja Stevy tidak pergi ke rumah mereka. Berikutnya pada Sonya. Sama seperti yang lain, Sonya berkata jika Stevy tidak pergi ke rumahnya.

Harapan terakhir ada pada Laras. Jika Stevy tidak di sana, entah ke mana gadis itu pergi. Sonia bisa melihat dengan jelas bagaimana suaminya terus merapalkan doa. Seolah berharap Stevy memang tengah di tempat yang aman sekarang yaitu rumah Laras. Melihat kerisauan Wawan, Sonia hanya bisa mengelus pundak pria itu. Sekedar menenangkan.

"Halo? Apa ini rumah keluarganya Laras?" Wawan bergerak menekan tombol speaker agar Sonia bisa mendengar pembicaraan ini. Wajahnya terlihat penuh harap. Berharap Stevy ada di sana.

"Iya, benar. Ini dari siapa, ya?" Terdengar suara seorang wanita di ujung sana. Mungkin ibunya Laras yaitu Airin.

"Saya orang tuanya Stevy. Saya mau tanya, apa Stevy ada di sana, ya, Bu?" tanya Wawan dengan begitu santun dan hangat. Padahal, wajah pria itu begitu khawatir bukan main.

Sempiternal [✔️]Where stories live. Discover now