Bab VII

914 109 3
                                    

*
*
*
*
*
*
*
*
Enjoy

Jika hidup hanya untuk untuk membuat orang terkesan dan membuat orang kagum, percayalah kamu sudah salah dalam berbelok.

Kekaisaran Airendel.
_______________

Pagi berikutnya menyapa, seperti sebelumnya pukul 03.00 pagi, Atlana sudah bangun dan memulai rutinitas nya. Yap berlari mengelilingi kediaman Duke Xenon. Dan kebiasaan barunya adalah memandang danau buatan di dekat kediaman Duke.

"Hufffttt.... Gini-gini aja kehidupan di dalam novel? Nggak seru banget anjir" gumam Atlana lirih sembari mendengus kesal. Ia terlalu berekspektasi pada dunia barunya ini.

Atlana POV (poin Of View)

Aku terdiam memandangi danau di depanku seperti biasanya, sembari menunggu matahari yang terbit di ufuk timur.

"Pulang deh entar si Mona koar-koar lagi".

Aku meninggalkan tempat itu dan segera berjalan masuk ke dalam kediaman. Berjalan santai dari lorong ke lorong hingga tiba di kediaman tempat tinggal ku.

Suasana senyap, beberapa pelayan dan pengawal yang berpas-pasan denganku membungkuk hormat tanpa bicara, aku hanya mengangguk biasa dan kembali berjala kearah kamarku.

'untung Mona belum dateng' batinku lega. Sembari membuka pintu kamar, dan kembali menguncinya. Aku berjalan perlahan ke meja rias ku, memandangi penampilanku yang mirip seperti lelaki.

"Ganteng juga gue!" Ucapku lirih disertai kekehan di akhir kalimat ucapanku.

Berjalan menuju lemari, kemudian membukanya, aku mengambil gaun-gaun yang berwarna mencolok dengan dihiasi pernak pernik berlian yang bikin sakit mata jika melihatnya.

Dan hanya menyisakan beberapa kemeja polos dengan celana panjang, itupun aku sempat membelinya kemarin di pasar. "Gaya berpakaian mu benar benar norak" aku bergumam kecil, mengumpati Atlana asli.

"Akan kuapakan semua tumpukan baju ini? Membakarnya?? ide yang buruk! Lebih baik aku memberikan semuanya pada Mona atau menjualnya".

Aku membiarkan gaun itu tergelak menumpuk di lantai dan berlalu menuju kamar mandi. Toh nanti juga akan dibereskan sendiri oleh Mona. Jujur dari aku kecil hingga sekarang aku tak pandai merapikan pakaian ku sendiri, terbiasa bergaul dengan laki-laki membuatku lupa dengan hirarki seorang wanita.

Aku berendam dengan tenang, aroma mint bercampur lavender benar-benar menenangkan. "Cita-cita ku menjadi panglima tempur di dunia ini belum juga tercapai, jika diingat ingat kembali, bukan hanya ada kekaisaran Thandora di dalam novel ini."

"Kalau tidak salah namanya kekaisaran Aerondel dan Airendel bukan? Nama nya benar-benar terinsipirasi dari film Frozen di dunia ku dulu, hanya berbeda dua huruf saja sih Aerondel dan Airendel apa bedanya?" Tanyaku dengan gumaman pelan di akhir kalimat sembari mengernyit kening bingung tak lama terkekeh ringan. Untuk apa aku memikirkan itu?.

Pikiranku menerawang kedepan 'bagaimana kalau aku kabur dan pergi kekaisaran Airendel?'. Bukan kah cukup mudah? Seingatku kekaisaran Airendel hanya disebutkan di dua halaman saja, prolog dan bab 6 dari novel itu. Aku sudah membekali diriku dengan teknik bela diri dan kemampuan bertarung ku di duniaku dulu. Apa lagi yang aku tunggu?.

Tak mungkin aku menunggu sampai kaisar gadungan itu mau memutuskan pertunangan kita. Akan lebih muda membuat sebuah rumor bahwa aku sudah meninggal akibat serangan jantung di dekat danau itu.

Cukup masuk akal kan? Ahhh tidak. Aku menggeleng kan kepala brutal-----pemikiran konyol.

Aku harus secepatnya pergi dari sini, mumpung aku belum bertemu pemeran protagonis wanita, jangan sampai aku bertemu dengan semua pemeran disini. Aku tak ingin itu terjadi.

The Fight of Kowad Second Life [Hiatus]Where stories live. Discover now