FredArl #1─A

169 14 2
                                    

.
.
.

"Mila.. maaf, aku tak bisa menjaga mu." Arlott merasa kecewa bahwasannya ia tak dapat berbalas budi kepada seseorang yang telah menjaganya setelah ia dibuang dari Abyss.

Kini, ia hanya dapat terdiam menatapi makam yang ditempati seseorang yang paling ia sayangi, Mila. Cukup lama ia menatap makam tersebut sampai pada akhirnya ada seseorang yang menepuk pundaknya.

Menganggap bahwa ini adalah ancaman baginya, dengan sigap ia pun menghantam orang tersebut ke tanah dalam hitungan detik.

"Wow, gak perlu sampai ngehantam gua kaya gitu kali bro, gua ga ada niatan buat nyakitin lu kok." Ucap sang pria berambut abu-abu yang tak mengenakan atasan apa pun sehingga menonjolkan kristal yang tertanam si dada nya.

"Maaf, aku tak bermaksud melukai mu."

"Ya, gua tau pasti lu bakal ngira gua jahat kan. Tapi tenang, gua gabakal jahat ke orang lain sebelum orang itu jahat ke gua"

Ocehan dari pria tersebut hanya di anggap angin lalu oleh nya. Lagi pula, siapa yang akan perduli dengan perkataan orang asing?

"Kehilangan seseorang yang menurut mu berharga hm?"

"menurut mu saja." Ucap Arlott secara acuh.

"Oh ya, sebelumnya nama gua Fredrin, dan.. siapa nama lu?"

"Arlott." Jawabnya.

Beberapa menit kemudian, sedikit demi sedikit rintik hujan mulai mengguyur mereka berdua.

Fredrin awalnya ingin meninggalkan Arlott karena sudah mulai gerimis, namun ia urungkan niat tersebut setelah melihat ke arah Arlott yang masih saja terdiam ke arah makam tersebut.

'Sepertinya dia adalah seseorang yang sangat spesial baginya, sampai-sampai tak rela jika harus meninggalkannya sendirian' Pikirnya.

"Hari ini udah mulai hujan, ada baiknya kalau lu pulang ke rumah lu."

"Aku tak mempunyai rumah."

"Kasian sekali, ayo." Ucapnya seraya menarik tangan Arlott menjauh dari area pemakaman tersebut.

Sepanjang jalan Fredrin masih saja menggenggam pergelangan tangan milik Arlott. Seakan-akan Arlott dapat menghilang jika dilepaskan olehnya.

Rintik hujan yang semakin deras di tiap menit nya mengguyur mereka hingga pakaian yang dikenakan oleh Arlott perlahan-lahan mulai membasah.

Setelah cukup lama berjalan, mereka akhirnya sampai di suatu bar.

Tanpa pikir panjang, Fredrin segera membuka pintu tersebut dan mendapatin temannya, Fray. Sedang melayani beberapa pelanggan.

"Jadi itu tujuan lu keluar tadi?"

"Ngga juga sih, pas lagi jalan aja tiba-tiba ketemu ni bocah."

Arlott yang merasa sedikit kesal karna dianggap 'bocah' oleh Fredrin tanpa sadar ia menggebrak meja yang berada tak jauh dari nya.

Gebrakan itu memancing tatapan dari Fredrin dan Fray serta beberapa pelanggan yang lain.

"Siapa nama nya?" Tanya Fray sembari menyiapkan beberapa minuman yang di pesan. "Arlott" Jawabnya.

"Oh ya Fray, ada kamar kosong ga? Buat ni orang nginep, kasian gada rumah."

"Ada, di kamar 27 tuh"

Tanpa bertanya lebih lanjut, Fray melemparkan kunci kamar yang segera di tangkap oleh Fredrin.

Setelah mendapatkan kunci tersebut, Fredrin dan Arlott berjalan menuju kamar yang di maksud.

klek..

Pintu terbuka dan menunjukan kamar yang tersusun rapih dengan nuansa yang sunyi.

"Ini kamar lu, kamar gua ada di kamar 29, kalau perlu apa-apa ketuk aja."

"Terima kasih." Ucapnya seraya tersenyum
tipis.

"Oh ya, baju lu basah, nih pake jas gua dulu. Nanti gua anter lu ke pasar buatbeli baju."

Arlott membalas dengan sedikit anggukan serta menutup pintunya di karena Fredrin telah pergi menuju kamarnya.

"Tumben bat lu baik sama orang baru." Tanya Fray.

"Gua─"

.
.
.

TBC

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 27, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Our storyWhere stories live. Discover now