Si pengacau

107 15 4
                                    

Rafa menerima pesan dari Raina, memberitahunya bahwa ia sudah selesai kerja. Dengan segera Rafa mengambil kunci motornya dan keluar dari kamar setelah memastikan penampilannya keren.

Sementara Raina sedang menunggu didepan cafe nya. Akhirnya pekerjaannya selesai. Kerja di hari sabtu memang sangat menguras tenaga.

"Na gue duluan ya?"

"Eh iya Rev duluan aja" ucapnya pada Reva, teman kerjanya.

"Beneran nih gue tinggal?"

"Iya, ya ampunnn"

"Oke deh. Nanti kalau udah nyampe rumah chat gue ya?"

Raina mengangguk sementara Reva menyengir melihat raut muka Raina yang tak enak dipandang. Reva pun segera melajukan motornya setelah pamit kepada Raina.

Tidak lama kemudian Rafa pun datang. Raina pun tersenyum melihatnya. Sementara Rafa diam duduk diatas motornya. Dia merasa heran seganteng itu ya dirinya? Atau Raina terlalu bucin kepadanya? Huh emang sih pesonanya tidak bisa diragukan oleh siapapun.

"Gimana ganteng gak?"

"Iya ganteng, tapi lebih ganteng lagi kalau bilang Raina cantik" ucap Raina sambil mengedipkan mata kepada Rafa. Rafa pun mengacak rambut Raina karena merasa gemas.

"Iya iya Raina jelek" Rafa pun terkekeh melihat raut kesal Raina. Rafa memeletkan lidahnya dihadapan Raina seperti anak kecil.

"Yaudah kamu jelek. Jelek banget iuhhh"

"Ah masaaaaa?"

"Iyalah jelek. Giliran muji Fasya aja dibagus-bagusin" ucapnya menyinyir. Rafa tersenyum tipis melihat kecemburuan Raina.

"Kamu cantik kok. Bangettt malah. Apalagi kalau lagi marah cantiknya makin nambah" ucapnya serius.

Raina terdiam mendengarnya. Pipinya memerah dan jantungnya berdetak lebih cepat setelah mendengar pujian tersebut.

"Makasih. Kamu orang paling ganteng sedunia"

"Dihh abis dipuji muji balik. Dasarrrrrr"

"Hehehe"

"Yuk naik"

"Kamu jadi kan mampir ke rumah dulu sampe malem?"

"Iya jadi. Nanti ngapain disana?"

"Eummm masak bareng, makan bareng, tidur bareng. Terus apalagi ya?" ucapnya. Rafa melotot mendengarnya.

"Kok tidur bareng? Gak salah denger kan aku?"

"Enggak kok. Aku pengen pelukan kalau pas tidur. Yayaya" ucapnya dengan puppy eyesnya. Rafa semakin gemas melihatnya. Ia pun menguyel pipi Raina dengan gemas.

"Nanti aja ya kalau udah sah. Sekarang tidur barengnya lewat telpon aja. Kita telponan pas mau tidur gitu"

"Pengen dipeyukkkk aaaa" Raina semakin manja dengan menggandeng lengan Rafa. Sementara seorang lelaki disana menggeram marah melihatnya. Ia cemburu melihat adik kelas yang kemarin ditabraknya sedang bermesraan dengan pacarnya.

"Ohh jadi dia pacarnya Rafa. Gantengan gue deh perasaan" ucapnya dengan percaya diri. Yah siapa lagi kalau bukan Fardan.

"Hai cantik kita ketemu lagi" sapanya dengan centil. Rafa yang mendengarnya pun menjadi sedikit kesal.

"Heh Raf jadi dia pacar lo?" tanyanya.

"Hm. Kenapa? Lo mau? Langkahin gue dulu kalau lo mau" ucapnya serius. Fardan pun terkekeh mendengarnya. Temannya ini tidak pernah pacaran, sekalinya pacaran sangat posesif. Yah mereka sahabat sejak kecil. Tapi semenjak masuk SMA hubungan mereka merenggang. Dikarenakan rumah mereka jauh tidak seperti saat kecil berdekatan. Ada masalah juga yang membuat mereka enggan berteman kembali seperti dulu.

RAFA(Rain Rafa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang