20. Cibiran

1.6K 188 6
                                    

______________

"Tenang aja, dek. Insya Allah masalah ini nggak akan dibiarkan berlarut-larut sama Om Aqsa. Om Aqsa pasti juga memikirkan hal ini. Kita doakan saja, semoga badai ini segera berlalu." Ucap Mbak Yuni tulus.

"Aamiin, makasih ya Mbak, udah peduli sama saya dan Mas Aqsa." Ucap Iqfanny tulus.

"Sama-sama dek. Saya ini juga keluargamu disini. Sebagai sesama wanita yang meninggalkan orang tua dikampung halaman, dan ikut suami bertugas, kita wajib saling membantu. Kita ini disini saudara senasib. Jadi jangan ngerasa nggak enak." Nasehat Mbak Yuni.

"Sekali lagi makasih ya, Mbak." Ucap Iqfanny lagi.

"Iya, udah." Angguk Mbak Yuni.

"Ante, Dedek Uzel kemana?" Sebuah suara mengalihkan atensi ibu-ibu muda.

Keduanya baru ingat ada anak kecil disana.

"Adek Uzayr nya lagi bobo, Abang Rifal mau main ya?" Tanya Iqfanny kemudian.

"Heem, tapi dek Uzel bobo. Lifal sama Mama aja." Jawabnya kemudian.

"Anak pinter." Sahut Mbak Yuni yang kini mengelus kepala Rifal dengan sayang.

"Hoeekkk! Oeeekkk!" Suara Uzayr menangis membuat Iqfanny buru-buru ke kamar.

"Sayangnya Mama, cup-cup. Iya, Mama disini sayang." Gumam Iqfanny saat Uzayr tak kunjung berhenti menangis.

"Di kasih ASI dek, siapa tau langsung diam." Ucap Mbak Yuni saat Iqfanny kembali ke ruang tamu.

"Iya Mbak." Angguk Iqfanny, ia pun mulai memberikan ASI untuk Uzayr.

Alhamdulillah, Uzayr langsung diam.

"Alhamdulillah, langsung diam, anak baik." Sahut Mbak Yuni.

"Iya Mbak, Alhamdulillah." Angguk Iqfanny tersenyum.

"Tuh, dedek Uzelnya udah bangun." Ucap Mbak Yuni ke Rifal.

"Heem, dedek Uzel nangis juga kaya Abang." Sahut Rifal mengatakan dirinya sendiri.

"Iya, Abang Rifal kan sama kaya dedek Uzel, suka nangis kalau bangun tidur." Sahut Mbak Yuni.

"Nanti, Abang nggak nangis lagi, Ma. Bial dedek Uzel nggak nangis juga pas bangun." Sahut Rifal.

"Uhhh, janji nggak nangis?" Sahut Mbak Yuni.

"Janji, Mama." Sahut Rifal mantap.

Iqfanny disana hanya tersenyum melihat Rifal yang menggemaskan. Jadi membayangkan jika Uzayr saat besar nanti apakah akan seperti ini juga?

Tak lama, Uzayr sudah tak mau ASI lagi. Ingin mendengar Mama dan Mama Abang Rifal ngobrol.

"Ante, Abang Lifal boleh ium dedek Uzel?" Tanya Rifal tiba-tiba.

"Eh, boleh kok. Sini, deketan!" Iqfanny tersenyum melihat Rifal yang sangat gemas itu.

"Pelan-pelan ya, biar dedek Uzayrnya nggak kaget." Peringat Iqfanny.

"Oke!" Jempol tangan kanan Rifal layangkan didepan wajah Iqfanny.

"Nih, cium."

"Mmuahhh!" Ciumnya hati-hati, takut menyakiti Uzayr.

"Udah? Sekali aja?" Tanya Iqfanny.

"Udah," angguk Rifal.

"Pinter anak Mama." Ucap Mbak Yuni yang kembali memangku Rifal.

"Ya udah dek, saya pulang ya. Kayanya bentar lagi Papanya Rifal pulang dinas." Pamit Mbak Yuni.

"Siap, sekali lagi makasih ya, Mbak." Iqfanny pun mengantarkan Mbak Yuni sampai depan teras. Padahal rumahnya cuma disamping, berasa nganter tamu jauh.hehe

Asmalibrasi (Selesai)Where stories live. Discover now