23

66 12 0
                                    

Hari demi hari berlalu, semakin hari tubuh Tamara mengurus, tidak ada semangat hidup saat dirinya sendiri.

Tamara menatap dirinya di cermin, ia merindukan Andra yang sudah lima hari ini tidak pernah lagi menjenguknya.

"Apa kabar pak? Sehat kan?" Tamara berbicara sendiri di saksikan oleh mama nya.

Selly merosot di balik dinding kamar Tamara, ia tidak bisa melihat kesedihan putrinya.

Bagaimana kalau Tamara sampai tau jika Andra di siksa jenderal habis habisan, karena Andra memukul Ayana habis habisan setelah pulang dari rumah mereka, kalian pasti tau penyebabnya.

Tidak boleh ada yang menyakiti fisik gadis nya, sekalipun itu kerabatnya itu lah prinsip Andra.

Selly mendapat rekaman dari pembantu Andra yang bekerja sama dengan nya untuk memantau Andra.

"Mama kenapa nangis?"

Selly langsung tegak, "kamu kenapa nangis juga?"

"Kangen pak Andra," Tamara menunduk memilinkan bajunya.

"Dia lagi sibuk, nanti kalau ada waktu kesini,"

Terpaksa Selly berbohong, tidak mungkin ia menceritakan yang sebenarnya.

"Badan kamu lebih kurus, kamu diet?"

"Iya ma, cantik kan?"

"Cantik, rambut kamu lebat sekali sayang, kamu pakai apa?"

Selly ingin menyentuh rambut Tamara, tapi di tahan oleh Tamara. "Tangan mama jahil, nggak boleh sentuh rambut Tamara sebelum satu Minggu."

"Yaaaa kok gitu, gakpapa deh tapi setelah satu Minggu mama boleh ya pegang rambut kamu," Selly mengangkat jari kelingking nya.

"Janji," Tamara menautkan jari kelingking nya dengan mama nya.

Tin tong
Mereka berdua saling pandang, tidak mungkin papa Tamara sudah pulang jam segini.

Tamara turun ke bawah membuka pintu, ia refleks memeluk tubuh Andra. "Lama banget bapak nggak jenguk saya."

Andra membalas pelukan Tamara, saat tangan nya ingin menyentuh rambut Tamara, refleks Tamara mundur.

"Nggak boleh nyentuh rambut Tamara sebelum satu Minggu."

Selly terkekeh, ada ada saja anaknya ini, "iyain aja, dia juga bilang gitu sama tante."

Andra tersenyum, ia menyodorkan kresek pada Selly, " buat om Sama tante,"

"Buat saya mana?"

"Ini," Andra menunjuk dirinya.

Tamara tersenyum malu, ia menggandeng Andra masuk, mama nya sudah pergi duluan.

"Badan kamu lebih kurus, kamu nggak makan?"

"Diet,"

"Jangan berlebihan saat diet, dapat menyebabkan rusaknya dinding Lambung."

"Iya pak guru."

Tamara tidak sengaja menyenggol lengan Andra dengan kencang, membuat Andra mengadu sakit.

"Tangan bapak kenapa?"

"Tidak apa-apa,"

Tamara menarik lengan kemeja Andra, ia terbelak banyak sekali lebam lebam yang membiru.

"Bapak sembunyikan sesuatu dari saya?"

"Kamu juga pasti menyembunyikan sesuatu  dari saya juga,"

Mereka berdua saling diam, tidak ada yang berbicara, sampai Andra angkat bicara.

"Jangan dipikir, ini cuma luka biasa,"

Tamara tidak menggubris, ia menyandarkan kepalanya di bahu Andra, rindunya belum terobati.

"Cinta itu rumit ya pak,"

"Tidak juga."

"Saya mau stop sekolah pak, capek." Curhat Tamara.

"Istirahat sejenak jangan berhenti, seperti saya mencintai mu tanpa henti."

"Basi pak gombalan nya,"

"Tapi kamu suka kan?"

Tamara menatap lurus, pikiran nya sudah melayang layang, seolah bebannya terlalu banyak.

"Foto foto yukk pak, buat kenangan."

Andra memberikan ponselnya pada Tamara, mereka selfie gaya random sampai seratus lebih foto mereka berdua.

"Jangan dihapus, nanti kirim lewat wa,"

Selly memantau mereka dari jauh, hatinya mulai tenang melihat senyum merekah Putrinya."Doa mama yang terbaik untuk kamu."

"Hana juga sekarang jarang main ke rumah,"

Andra terdiam, banyak sekali hal yang ingin ia ceritakan.

"Mungkin sibuk ya pak, sampai lupa sama temen sendiri,"

"Bisa jadi, kita bicara yang lain,"

Tamara menggaguk, " bapak suka pantai?"

"Tidak, saya cuma suka nya kamu."

"Suka banget bapak buat jantung saya deg degan."

"Karena saya sayang kamu."

"Saya lebih sayang bapak,"

"Bisa wujudkan impian saya?"

"Tentu, bapak tinggal bilang saja,"

"Panggil saya mas Andra."

Tamara tersenyum geli, permintaan konyol, "masss Andra," dengan suara lembut.

Andra melenyot cuy tidak bisa menahan senyuman nya,ia tertunduk lemas, tidak lupa Andra merekam ucapan Tamara sebagai momen.




Tinggalkan jejak!
Vote!

Teacher's Love Story Where stories live. Discover now