EPILOG

325 38 5
                                    

***

Pagi ini, Dendra sudah mengenakan pakaian rapi, atasan batik lengan panjang dan celana panjang dari kain bahan. Tangannya terulur dan mengambil jam tangan di atas meja kamarnya, lalu mengenakannya di pergelangan tangan kirinya. Sebelum ia keluar, Dendra melihat penampilannya sekali lagi, memastikan dirinya sudah benar rapi dan layak untuk pergi ke suatu tempat.

Setelah dirasa semua sudah beres, Dendra keluar dari kamarnya. Keluarganya sedang sarapan sekarang. Mas Yudha menoleh lalu melongo saat melihat adiknya itu sudah rapi hendak pergi kondangan.

"Kemana kamu?" Lalu mata yang lain tertuju pada Yudha sebentar kemudian beralih pandang pada Dendra yang sudah duduk disamping mas Yudha.

Hendri juga sama bingungnya, begitu pula Baba dan Nana —orang tua mereka.

"Kondangan."

"Kondangan siapa?" Mas Yudha benar-benar penasaran. Biasanya Dendra enggan sekali pergi ke acara apapun, kecuali keluarganya sendiri. Bahkan Dendra terkadang lebih memilih bersama dengan Viera —kekasihnya, alih-alih pergi kondangan yang membosankan itu katanya.

Dendra terdiam lalu tersenyum, ia menyeruput teh hangat mas Yudha nya itu, kemudian berdiri, benar-benar hendak pergi sekarang. Lalu langkahnya terayun pada sofa di ruang tengahnya hanya untuk memasang sepatu pantofelnya.

Merasa tidak puas, mas Yudha menyusul Dendra, lalu duduk di sampingnya. "Kondangan siapa sih?"

Dendra menghela nafasnya.

"Temenku, tunangan. Terus aku di undang."

Tidak lama, Hendri tersedak air minumnya. Dia batuk-batuk hingga membuat matanya memerah.

"Kalo makan itu di kunyah pelan-pelan, dong." Baba menepuk punggung Hendri, lalu Nana memberikan air minum pada anak bungsunya itu.

Bukan karena tidak mengunyah dengan baik Hendri tersedak, melainkan ada sebuah pesan masuk di handphone nya. Menampilkan sebuah notifikasi dan dia tidak sengaja membaca notifikasi tersebut.

Dirasa keadaannya sudah normal, Hendri membaca lamat-lamat pesan yang masuk itu.

Sebuah grup angkatan semasa ia kuliah, kebetulan Dendra dan Hendri berada satu jurusan waktu itu, juga Viera di sana.

Sebuah undangan tersebar, yang sebenarnya baru saja Hendri baca. Padahal undangan berupa foto tersebut sudah jauh di sebarkan di grup tersebut. Yang membuat dirinya tersedak adalah, pesan-pesan heboh dari teman angkatannya, menyampaikan sebuah pesan selamat kepada salah satu temannya yang tunangan. Kemungkinan Hendri tidak pernah menyimak isi pesan grup chat tersebut selama ini, ia lebih memilih membisukan notifikasi tersebut agar ponselnya tidak tersendat saat bermain game.

Kemudian Hendri memastikan kembali, lalu tatapnya bertemu dengan Dendra yang baru saja selesai memasang kedua sepatu pantofelnya.

"Viera tunangan?"

Hendri berujar, lalu semuanya terdiam, setelah Mas Yudha yang bersikeras bertanya siapa orang yang beraninya membawa Dendra ikut sebuah acara.

Dendra diam disana, kemudian ia memperhatikan jam dipergelangan tangannya. Sebentar lagi acara akan mulai, ia tidak mungkin terlambat untuk pergi ke undangan pertunangan Viera dan pasangan barunya itu.

Benar, Dendra dan Viera sudah lama putus, mungkin sekitar satu tahun yang lalu. Padahal hubungan mereka sudah jauh berjalan dari kelas dua SMA hingga keduanya lulus kuliah, bahkan sekarang memiliki pekerjaan masing-masing. Namun sayang perbedaan yang besar menjadi penghalang keduanya. Baba dan Nana tidak masalah dengan siapa Dendra bersanding, tapi berbeda dengan keluarga Viera yang menentang hubungan keduanya.

Keluarga Besar Singgih | NCT OT23 ✅ [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang