Ch.09

23 3 0
                                    

Beberapa hari berlalu.....

Tidak ada perubahan yang berarti dari Chan ia masih sering melamun terkadang tertawa sendiri, banyak perubahan yang terlalu signifikan dari Chan. Tubuh yang biasa bugar itu kini mengurus.

Juga Hyunjin yang masih sering pergi kerumah sakit untuk menjenguk Changbin dan setiap Hyunjin menanyakan perihal kesehatan Changbin, dokter selalu menjawab "Kami tlah berusaha semaksimal mungkin. Tapi jika pasien tidak ingin kami sembuhkan apa yang harus kita lakukan."

Yah Changbin masih belum sadar meski ia sudah dinyatakan tidak koma namun kedua manik yang selalu memandang penuh puja kepada Hyunjin masih enggan untuk terbuka.

"Kak sampai kapan kamu mau terbaring disini trus? Apa kau tau Kak Chan seperti orang yang tidak memiliki akal sekarang setelah kepergian Kak Minho-hiks" liquid bening itu kembali turun untuk kesekian kalinya.

"Kak hiks ke-kenapa harus Kak Minho? Dia udah baik sama aku hiks tapi kenapa dia harus berakhir seperti itu?" tangis itu semakin pecah kala ingatannya kembali dimana Minho meninggal secara mengenaskan bagi Hyunjin itu sangatlah tak adil.

Changbin yang berada dialam bawah sadarnya pun tidak jauh berbeda dengan Hyunjin. Changbin teriak meraung air matanya mengalir dengan deras, bukan hanya karena fakta yang ia tau tentang Minho juga Chan melainkan dia juga harus mempersiapkan dirinya untuk berpisah dengan Chan dan Hyunjin.

"Tidak bisakah aku bangun hanya sebentar saja untuk mengucapkan kata perpisahan pada Hyunjin dan Kak Chan?" tanya Changbin pada sosok perempuan yang tengah tersenyum dihadapannya itu.

"Aku memang penjagamu namun membuatmu kembali hidup bukan kemampuanku tapi menghabisimu bisa aku lakukan" jawab perempuan dengan smirk menyeramkan itu yang hanya dibalas helaan nafas oleh Changbin.



Kini Minghao terduduk manis dibalkon kamarnya dengan ditemani secangkir teh chamomile yang memanjakan indra pengecapnya dan penciumannya.

Sampai suara bedebam yang cukup kuat menghentikan ketenangannya.

"Ming kau harus membantuku!"

"Hmm?"

"Kumohon Ming jangan seperti itu aku merasa berdosa disini aku tak ingin dihantui rasa bersalah seumur hidupku" ujar Wonwoo melas suaranya yang bergetar membuat Minghao tertegun "Dimana sosok keras kepala ini?" batin Minghao.

"Kau kenapa? Perlukah sampai menangis seperti itu?" ujar Minghao bertanya-tanya, pertanyaan Minghao menggantung dan kini lenyap tertiup angin.

Keterdiaman itu benar-benar mengundang kekesalan untuk Minghao.

Bletakk

"Aouwww!"

"Kenapa kau menjitak kepalaku ini sakit bodoh?" misuh Wonwoo.

"Yah klo ada orang nanya tuh dijawab atuh" ujar Minghao ngegas.

"Apanya yang mau dijawab?" serongot Wonwoo sambil trus mengelus puncak kepalanya yang terasa berdenyut kena jitak Minghao.

"Secinta itu kamu padanya? Bukankah kau akan sakit jika melihatnya dengan yang lain? Menurutku kepergiannya dan rasa sakit yang ia tinggalkan untuk Chan cukup untuk membayar rasa sakit hatimu" - Minghao.

"Gak aku ingin ia bahagia, lagipun saat ia bahagia nantinya belum tentu aku dapat melihatnya bukan?" pernyataan Wonwoo mendapat anggukan kepala oleh Minghao.

"Klo gitu persiapkan dirimu, mungkin apa yang akan aku lakukan akan sangat menyakitimu nantinya"



He(ll)aven City (StrayKids)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang