04. Mencoba berbagi

1K 55 0
                                    

Gadis itu merebahkan tubuhnya di kasur yang selembut sutra sambil memutar otaknya untuk mencari cara agar dia bisa mengetahui siapa orang tua aslinya. Dia yakin bahwa Duke Burton itu bukan ayah kandungnya, kalaupun benar tidak mungkin seorang ayah begitu tega sampai mau membunuh putrinya jika saja Camella ini tidak cantik dan menarik untuk putra mahkota, sudah pasti saat ini dia sedang berada di surga.

Sebenarnya dia lebih memilih tinggal di neraka saja daripada dia harus terlempar kembali ke dunia yang fana ini, jujur dia lelah melihat kehidupannya yang tidak asyik ini. Apa Camella harus ikut perang di perbatasan agar hidupnya lebih berwarna dan berguna? atau dia membantu para masyarakat miskin? tapi sebaiknya dia rebahan saja dan menikmati hidupnya yang kedua ini. Jangan sampai dia dibunuh lagi oleh orang yang dia cintai.

"Kau sedang memikirkan apa?"

"Sedang memikirkan untuk selingkuh darimu."

Jawaban asal dari Camella membuat Ansell menatapnya dingin.

"Apa yang kurang dariku?" tanya Ansell yang kini juga ikut merebahkan tubuhnya disamping Camella.

"Tidak ada, hanya saja aku kesal menjadi yang kedua."

Ansell berdecak. "Tapi kau prioritasku Camella, kenapa hari ini kau menyebalkan sekali? bahkan aku tahu tadi kau hanya berpura-pura jatuh dan menyalahkan Bianca, tapi aku tetap berada dipihakmu."

Camella menatap pria yang sedang merajuk itu. "Ansell, kau menyukai Bianca?"

"Mana mungkin aku menyukai gadis sialan itu?!"

"Kau harus menyukainya sedikit saja, kau harus memiliki keturunan Ansell dan itu dari seorang Ratu," ujar Camella dengan nada lembut.

Entah apa yang dipikirkan gadis itu sekarang, tapi rasanya tidak adil jika Ansell terus memanjakannya sedangkan Bianca terus bersedih karena dicampakkan oleh suami sahnya. Kehidupan kedua membuatnya sadar akan keegoisannya yang dulu, dia seorang wanita dan tahu jelas betapa sakitnya hati Bianca.

"Mengapa kau mengatakan itu? apa kau sudah gila?" tanya Ansell dengan tatapan tidak percaya.

Camella mengubah posisinya menjadi duduk begitu juga dengan Ansell. Camella menatap manik hijau itu dengan sendu.

"Kau tahu? Aku tidak ingin egois lagi, karena pada awalnya Bianca itu milikmu dan aku merebutmu dengan begitu jahat."

Persahabatan masa kecil yang berlanjut dengan pertunangan bukanlah hal baru bagi kehidupan di Kerajaan. Bianca begitu menyukai Ansell bahkan dia ikut belajar pedang karena Ansell sangat menyukainya, segala hal yang Ansell suka Bianca juga berusaha untuk mengikutinya.

Bagi Ansell, Bianca itu seperti adik baginya karena kedatangannya di Kerajaan membuat hidupnya berwarna. Namun Bianca salah mengartikan perasaannya, dia menganggap bahwa Ansell juga menyukainya. Maka dari itu dia selalu berusaha untuk mengembalikan Ansellnya, namun karena Camella yang datang secara tidak sengaja di kehidupannya Bianca mulai tidak memiliki tempat di hati Ansell bahkan untuk sahabat rasanya sudah tidak ada.

"Mengapa? apa kau tidak mau mengandung anakku?" tanya Ansell.

Jujur Ansell tidak begitu menyukai Camella yang sekarang. Dia terlalu lembut, tidak seperti biasanya.

"Aku mau, tapi apa kau lihat? ini sudah 5 bulan semenjak kita menikah tapi aku tak kunjung memberikan keturunan untukmu Ansell," ujar Camella dengan nada sendu.

"Aku yakin kau akan memberikanku keturunan yang hebat, kita hanya harus menunggu." Ansell mengelus pipi kanan Camella, gadisnya begitu banyak berubah setelah terbentur di kamar mandi. Sedikit menyebalkan.

Camella memegang tangan Ansell yang berada di pipinya, gadis itu menatap manik hijau teduh itu, semakin lama ia menatapnya semakin ia ingin terhanyut di dalamnya. Apakah Camella yakin akan memberikan pria ini pada wanita lain? rasanya dia tidak sanggup.

"Berjanjilah padaku kau akan bersikap adil padaku dan Ratu mulai hari ini, aku lelah bermusuhan dengannya, lagi pula dia itu teman masa kecilmu Ansell. Aku tidak apa berbagi suami asalkan kau mau berlaku adil." Perkataan itu tulus dari hatinya yang paling dalam, mau bagaimanapun dia harus memperbaiki hidupnya saat ini.

Ansell terlihat menghembuskan napasnya, mungkin akan sulit baginya untuk menerima Ratu, tapi sampai kapan? Kerajaan ini butuh Ratu dan keturunannya, dia harus bisa melakukan semua ini untuk rakyatnya bukan sekedar untuk egonya.

"Baiklah jika kamu yakin dengan pilihanmu, aku akan melakukannya. Tapi apakah kau tidak akan menyesal?"

Camella menggeleng kuat. "Tidak akan!"

Sudah cukup rasanya, kejadian tadi terakhir kalinya dia bersikap jahat pada Ratu. Dia harus menyadari posisinya saat ini.

"Baiklah jadi mulai malam ini aku akan tidur dikamar ratu."

Camella rasanya ingin menangis, namun harus sampai kapan dia berlaku egois seperti ini?

"Hari ini masih rabu, kau harus tidur denganku."

Ansell terkekeh lalu tergerak untuk mengacak rambut Camella. "Kau ini alasan saja, jika tidak mau berbagi jangan sok."

"A-aku hanya ingin memperbaiki kehidupanku, aku tidak mau ada yang tersiksa lagi dikerajaan ini."

Ansell membawa gadis itu ke dalam dekapannya, dia menghirup aroma stroberi yang selalu menenangkan hatinya. Camella adalah cinta pertamanya, hidupnya bahkan akan dia serahkan untuk Camella, jika nanti dia melakukan hal 'itu' dengan Bianca berarti itu adalah permintaan gadisnya Camella.

"Kau harus melakukannya Ansell," ucap Camella yang sedang terisak di dada bidang suaminya.

"Ya, apapun untukmu sayang. Lalu jika hari minggu aku harus tidur dengan siapa?" tanyanya.

"Hmm, tidur saja dengan Ratu," balas Camella dengan nada yang terdengar kesal.

Ansell tersenyum mendengar nada itu yang artinya gadisnya masih mencintainya, dia masih merasa cemburu. "Baiklah aku akan tidur diruang kerja saja menghabiskan malamku dengan tumpukan kertas."

Camella tersenyum, suaminya memang begitu baik. Jika saja dia yang lebih dulu bertemu dengan Ansell, apa mungkin dia akan menjadi satu-satunya Ratu di KeRajaan ini? apakah dia hidup bahagia bersama empat anak-anaknya? bayangkan saja Camella, karena hidup yang sebenarnya tidak akan seindah itu.

Mungkin dengan tidak tidur bersama Ansell dia akan cukup bebas mencari tahu tentang kebenaran yang belum dia ketahui. Tentu saja, selain dia ingin berdamai dengan Ratu dia juga ingin rencananya ini berjalan lancar tanpa hambatan.

Karena di siang hari pastinya dia akan kesulitan karena Ansell selalu memberikan mata-mata untuknya membuatnya tidak leluasa, dan malam hari sepertinya waktu yang tepat untuk dia melancarkan aksinya. Pasti mata-matanya Ansell juga akan tidur dimalam hari, tidak mungkin kan dia mengawasinya 24 jam full.

Rasanya mustahil ada manusia seperti itu meskipun gajinya besar karena manusia butuh tidur kecuali mata-matanya ini seorang sihir yang bisa mengetahui gerak gerik Camella meskipun sedang tertidur. Huh, untungnya tidak ada sihir di kehidupannya ini karena Sihir sudah punah terkecuali kekuatan elemen yang masih belum terlihat ke permukaan. Camella yakin kekuatan elemen itu juga sudah punah.

Reincarnation of the antagonist [END]Where stories live. Discover now