08. Siapa kau?

937 58 0
                                    

"Hei, apa yang kau pikirkan!"

Camella tidak merespon, wanita cantik itu menatap lurus ke arahnya sambil mengelus rambut hitamnya. Ansell berdecak lagi, kesal dengan sikap selirnya.

"Camella, kau mengenai mataku!" pekiknya ketika tangan lembut itu mengusap matanya bukan lagi kepalanya.

Wanita itu terkejut lalu menjauhkan tangannya dari Ansell. "Ah, maafkan aku yang mulia."

Saat ini malam sudah singgah dan Ansell benar-benar akan tidur dengannya, lihatlah sekarang bayi besar ini sedang tiduran dipaha Camella sambil merutuk.

"Kau sedang memikirkan apa? aku heran denganmu akhir-akhir ini, aku jadi tidak berselera berdekatan denganmu," ungkapnya.

Camella tersenyum simpul sambil menahan rasa sakit dihatinya. "Maafkan aku Ansell, sudah kubilang padamu lebih baik kau tidur bersama ratu, kau bilang sudah bosan denganku kan? kau lupa masih punya satu istri lagi?"

Ansell diam, dia seakan menulikan pendengarannya, dia malah memejamkan matanya dan mengambil tangan Camella lalu dia letakkan di keningnya.

"Kenapa kau cemburu seperti itu? kau tahu kan kalau aku ini setia dan hanya mencintaimu," ujarnya.

Camella tidak merespon apa-apa, dia sekarang sibuk dengan pemikirannya tentang perkataan Elen tadi. Kekuatan? sejak kapan seorang Camella memiliki kekuatan? setahunya keturunan Burton tidak memiliki kekuatan semacam itu, palingan mereka hanya akan lihai dengan bela diri atau semacamnya yang tidak menggunakan sihir.

Berbeda dengan keturunan Zephyra dan Amorela, mereka dianugerahi oleh Dewa dan Dewi maka seluruh keturunan bangsawan di Kerajaan itu memiliki kekuatan, entah itu sihir, elemen ataupun kekuatan warna. Namun, entah apa yang terjadi dengan Bianca, sampai saat ini kekuatannya belum juga muncul.

Lalu bagaimana bisa Camella yang seorang keturunan Burton bisa memiliki kekuatan? dia jadi semakin yakin bahwa dirinya ini anak hasil curian atau anak adopsi.

"Kau melamun lagi? ada apa?" tanya Ansell dengan nada kesal.

"Tidak apa-apa."

Ansel merengut kesal. "Ayo elus kepalaku dan bernyanyi, aku merindukan suara indahmu itu."

Camella menaikan alisnya, dia tidak ingat sering bernyanyi untuk Ansell. "Aku harus menyanyi lagu apa?" tanyanya.

"Apa kau benar-benar hilang ingatan hanya karena terbentur di kamar mandi?" cibir Ansell.

"Kenapa nada bicaramu meninggi hanya karena aku lupa? kau benar-benar sudah tidak mencintaiku ya?!"

Ansel menghembuskan napasnya pasrah, dia lupa lagi jika wanita itu selalu benar. Akhirnya Ansell tersenyum lalu membelai wajah cantik selirnya yang ditekuk. "Tidak sayang, maafkan aku yang sudah membentakmu ya."

Camella masih merengut kesal, dia sedang merajuk saat ini.

"Baiklah aku akan menyanyikan sedikit, aku harap kau tidak tertawa ketika aku bernyanyi karena suaraku tidak seindah suaramu sayang."

Camella diam sambil memperhatikan sang Raja yang tengah menutup matanya lalu membuka mulutnya.

"Tertidurlah wahai sang raja~
Biarkan awan membawamu terbang
Membawamu bermimpi
Tertidur di pangkuan sang dewi~"

Mata Camella terbelalak, lagu ini seperti tidak asing di telinganya namun entah mengapa dia tidak ingat kapan dan dimana mendengarnya, dia bahkan tidak ingat pernah menyanyikan lagu seperti ini untuk Raja.

"Bagaimana suaraku?" tanya Ansel tersenyum sambil menatap Camella penuh harap agar memuji caranya bernyanyi.

"Jelek, seperti suara kereta kuda."

Ansel merengut "Kau benar-benar membuatku kesal Camella, cepat nyanyikan lagu merdu untukku, atau aku yang akan membuatmu menjadi kereta kuda!" ancamnya.

Camella mendengus, lalu dia mengelus rambut Ansell dengan lembut dan mulai bernyanyi.

"Rajaku biarkan aku menyanyikan lagu tidur~
Ku harap kau segera terlelap
Cobalah untuk menghitung domba
Menata mereka bagaikan awan~"

Entah bagaimana caranya Camella tiba-tiba bisa mengingat setiap baitnya.

"Tertidurlah wahai sang raja~
Biarkan awan membawamu terbang
Membawamu bermimpi
Tertidur di pangkuan sang dewi~"

Camella tidak menyangka Ansell akan tertidur begitu pulas setelah dia menyanyikan lagu tidur yang sangat aneh.

Dengan sangat pelan Camella melepaskan pahanya dari kepala Ansell dan digantinya dengan bantal bulu.

"Bagaimana bisa dia tertidur seperti bayi? padahal dia selalu kembali terbangun hanya karena seekor semut merayap di kakinya. Tapi apa ini? dia tidak merasa terganggu sedikitpun ketika aku memindahkan kepalanya?"

Camella merasa heran, tapi senang juga karena berarti malam ini dia bisa masuk ke perpustakaan kerajaan tanpa diketahui siapapun. "Baiklah, ayo kita mulai selidiki!"

*****

Akhirnya dia sampai dengan selamat, Camella langsung mencari buku tentang Kerajaan Emerland dan juga sejarah kerajaan Zephyra. Dia benar-benar ingin tahu bagaimana kejadian awal terciptanya kekuatan di kerajaan Zephyra. Apa mungkin Camella itu putri yang diculik dari Kerajaan Zephyra atau bahkan dari Kerajaan Amorela?

"Ck, bagaimana aku bisa menemukan buku itu dengan cepat, sedangkan buku di perpustakaan ini sudah seperti harta karun yang melimpah," rutuk Camella.

"Perpustakaan ini disusun rapi sesuai abjad Nyonya, jadi anda bisa mencarinya lewat huruf depan," ujar Elen.

Camella tentu tidak akan mau datang sendiri karena dia tidak mengetahui jalan menuju perpustakaan, jadilah dia mengajak Elen sesuai dengan rencana awalnya.

"Baiklah, kau tunggu disini dan jagalah pintu itu untukku, jangan biarkan ada orang yang masuk atau ada orang yang mengetahui keberadaanku disini."

Elen mengangguk patuh. Kemudian Camella menuju Rak paling ujung yang berhuruf awal 'Z', dia akan mencari tentang kerajaan Zephyra terlebih dulu.

"Haish, sama saja mau pakai huruf depan atau acak rasanya aku tidak akan menemukannya!" kesal Camella.

Camella menjentikkan jarinya dan berkata dalam hati, "andai aku memiliki kekuatan untuk mencari benda dengan jentikan jari pasti akan lebih mudah."

Dan bum! Tiba-tiba sebuah buku terjatuh di depannya membuat Camella terlonjak kaget.

"Astaga! jangan bilang kalau ini juga kekuatanku!"

Setelah keterkejutannya hilang, Camella memungut buku itu dan benar saja disana tertulis 'Zephyra', itu artinya dia benar-benar menemukan buku yang diinginkannya dengan jentikan jari.

"Benar-benar gila! sepertinya aku menyukai kehidupan keduaku," ujar Camella dengan senyum mengembang.

Camella lantas pergi ke barisan rak berhuruf awal 'E'. Dia kembali menjentikkan jarinya dan benar sebuah buku bertuliskan 'Emerland' jatuh di hadapannya. "Kalau begini cara aku mengetahui identitasku akan semakin mudah."

Brukk...

Camella memutar kepalanya. "Eh, apa ada yang mengikutiku ya?" gumamnya.

Wanita itu mencari asal suara itu sambil membawa dua buku tebal di tangannya. Dia tidak dapat melihat dengan jelas karena ruangan ini hanya diberikan lampu yang minim cahaya. Camella memejamkan matanya mencoba apakah dia punya kekuatan lainnya.

"Aku harap bisa menemukan orang yang mengikutiku," mohonnya.

Matanya terbuka Camella langsung membalikkan tubuhnya dan dengan cepat dia mencengkram leher seorang pria dengan tangan satunya. Astaga, dia benar-benar seperti penyihir, dia bisa menemukan orang itu dengan secepat ini.

"S-siapa kau? kau-"

"Dereck."

Reincarnation of the antagonist [END]Where stories live. Discover now