11. Sihir terkutuk?

535 43 0
                                    

"Camella!"

Dia membuka matanya pelan karena sebuah suara masuk ke pendengarannya, kepalanya sedikit berdenyut sakit dia tidak tahu apa yang terjadi dan bagaimana bisa dia tidur di atas kasurnya. Bukankah tadi dia sedang membaca di perpustakaan dalam pohon?

"Camella, akhirnya kau sadar."

Ansell menatapnya dengan wajah khawatir, dia duduk di tepi ranjang kemudian mengusap pelan puncak kepala Camella. "Aku begitu khawatir padamu, bagaimana bisa kau masuk kedalam hutan?" tanya Ansell.

"Bagaimana bisa aku ada disini?" Bukannya menjawab dia malah balik bertanya dan membuat Ansell sedikit kebingungan.

"Hei, kenapa kau balik bertanya?" Ansell mendengus, "Apa kau tahu kalau tadi kau tergeletak di dekat pohon besar di hutan?" tanyanya.

Camella menggeleng. "Tidak, aku-"

Dia menghentikan ucapannya, tidak mungkin dia memberitahu Ansell tentang ruangan di dalam pohon, bahkan Camella tidak ingat apa yang terjadi setelah dia membaca halaman yang tersisa di buku itu karena tiba-tiba dia terbangun di kamarnya.

"Kau kenapa?" tanya Ansell menyadarkan Camella yang sedang melamun.

"Tidak apa-apa." Camella menatap Ansell kemudian bertanya, "Bagaimana kau bisa menemukan aku di hutan?"

"Aku khawatir padamu Camella, seharian kau menghilang dari istana. Aku pikir kau kabur lagi ke rumah ibumu ternyata tidak, bahkan Duchess tidak tahu apapun tentang kepergianmu." Ansell menjeda ucapannya. "Kemudian aku menyuruh semua pengawal untuk mencarimu dan mereka menemukanmu pingsan di dalam hutan," lanjutnya.

Camella bingung, bagaimana bisa dia pingsan di luar pohon padahal jelas sekali dia masuk kedalamnya.

"Aku sangat mengkhawatirkanmu Camella," ujar Ansell. Dia menggenggam hangat tangannya. "Jangan pergi kemana-mana sendirian apalagi memasuki hutan, itu sangat berbahaya."

"Maafkan aku karena selalu merepotkanmu," ucap Camella dengan kepala tertunduk.

"Tidak apa, itu memang sudah tugasku untuk melindungimu."

Tubuh kekar itu mendekap Camella, dia begitu menyayangi selirnya, beberapa kali dia menciumi kening wanita itu penuh cinta.

"Apakah ini sudah malam Ansell?" tanya Camella.

"Hmm, iya. Memangnya kenapa?"

"Kau tidak tidur bersama ratu?"

Ansell berdecak sebal, Camella masih saja terus berusaha untuk menyiksanya untuk tidur bersama orang yang tidak dia suka. "Aku tidak mau, kau sedang sakit jadi aku akan-"

"Jangan buat alasan, kau sudah berjanji pada ratu kemarin seharusnya kau tepati," potong Camella.

"Aku tidak mau membiarkanmu tidur sendiri, kau baru sadar."

"Kalau kau tidak menuruti kemauanku, jangan panggil namaku lagi!"

Ancaman itu sukses membuat Ansell menegakkan tubuhnya. Selirnya ini memang menyebalkan, seharusnya dia takut padanya malah Ansell yang takut pada Camella. Cinta memang bisa membuat siapapun gila.

"Ya, baiklah Camella ku sayang. Apapun yang kau mau, akan kuturuti," ucap Ansell pasrah.

Camella tersenyum senang kemudian mengecup pipi Ansell sekilas. "Bersenang-senanglah dengan istri sahmu Raja," ujarnya.

"Ck, kau memang aneh."

Ansell bangkit dan meninggalkan Camella dengan rasa kesal. Dia menatap kepergian suaminya dengan sendu kemudian tersenyum. "Seharusnya kita tidak bertemu saja, mungkin kau bisa mencintai ratu."

*****

Saat ini Camella sedang berjalan-jalan di taman ditemani oleh Elen dibelakangnya. Dia menghela napasnya, pikirannya mulai beralih pada isi buku yang dibacanya tadi. Di kehidupan sebelumnya dia sendiri yang memasukkan racun itu pada ratu, tapi saat ini apa mungkin ibunya yang akan meracuni ratu dengan tangannya sendiri.

Jika itu benar Camella hanya harus mencari bukti saja, tapi bagaimana caranya?

"Nyonya, kita akan kemana?" tanya Elen.

Gadis itu menatap takut ke sekelilingnya, malam semakin larut dan majikannya malah mendekati hutan.

Camella menghentikan langkahnya, seketika dia tersadar dan menatap pepohonan rimbun di depannya.

"Bagaimana bisa aku berjalan kesini?" gumamnya yang dapat didengar oleh pelayannya.

"Sebaiknya kita kembali ke istana Nyonya," ujar Elen.

Gadis itu merapatkan tubuhnya pada Camella karena terkejut mendengar suara auman seperti harimau.

"N-nyonya, s-suara apa itu?" tanya Elen dengan tubuh yang bergetar.

Camella menyapu pandangannya, suara itu begitu jelas namun tidak membuatnya takut, malah dirinya semakin dibuat penasaran dan ingin tahu asal suara itu.

"Kau kembalilah ke istana Elen, aku akan mencari asal suara itu," ucap Camella.

Elen membuka matanya lebar, "Tidak! Jangan Nyonya! Untuk apa anda mencarinya? Saya tidak mau anda kenapa-kenapa, saya takut-"

"Tidak apa, aku akan kembali dengan selamat Elen," potongnya.

Gadis itu menggeleng dengan air mata yang sudah turun, dia takut dihukum oleh Raja jika membiarkan selir Camella berjalan ke hutan sendirian.

"Jangan Nyonya, ayo kembali," bujuk Elen.

Camella tersenyum meyakinkan kemudian mengusap pelan bahu pelayannya. "Elen, aku bisa menjaga diriku dan tolong kau kembali ke istana. Jangan bilang pada siapapun kalau aku pergi ke hutan, dan jika aku tidak kembali pada tengah malam kau bisa menyuruh prajurit untuk mencariku."

Elen pasrah lalu mengangguk menuruti permintaan majikannya. "Baiklah, tapi anda harus janji untuk tidak bertindak gegabah."

Camella terkekeh, dia begitu mengkhawatirkannya, rasanya Camella seperti punya adik saja. "Iya, aku janji."

Elen memberi hormat kemudian kembali ke istana sesuai perintah Camella.

Selepas kepergian Elen, Camella berlari memasuki hutan. Untungnya malam ini bulan purnama, jadi jalannya begitu tampak jelas, bersyukur juga para kunang-kunang ikut menerangi jalannya.

Camella terus mencari asal suara itu, hingga dia berakhir di sebuah tempat penuh bunga kamelia, ditengahnya ada sebuah batu dan seekor harimau berwarna merah muda.

Matanya berbinar menatap harimau itu, baru kali ini dia melihat hewan itu berwarna merah muda, seperti boneka saja.

Bukannya takut, dia malah berjalan mendekati hewan itu melewati hamparan bunga kamelia yang sedikit membuatnya kesusahan berjalan karena gaunnya.

"Kau lucu sekali!" Camella sampai disana lantas dia duduk disamping harimau itu. "Kenapa kau mengerang seperti memanggilku?" tanya Camella sambil mengelus kepalanya.

Harimau itu tidur dipaha Camella seperti seekor kucing yang sedang merindukan pemiliknya.

"Apa kau bisa berbicara?" tanya Camella lagi.

"Tentu ratu, saya bisa berbicara dengan anda," sahutnya.

Camella tersenyum, entah perasaan apa ini, dia seperti sering melakukan ini tapi untuk dirinya yang sekarang ini adalah pertama kalinya dia mengusap seekor harimau.

"Mengapa aku merasa kalau aku sering mengelusmu seperti ini?"

"Karena kau adalah ibuku ratu."

Tangannya berhenti mengelus, dia menatap harimau itu tidak percaya. "Apa maksudmu? Aku bahkan belum mengandung, mana mungkin aku memiliki seorang anak."

Harimau itu berdiri menatap Camella kemudian tersenyum. "Suatu saat ratu pasti akan tahu dan mengingatku, dan semoga saja ingatanmu kembali dengan cepat agar ratu bisa menyelamatkan kami."

"Menyelamatkan kalian? Siapa? Apa yang harus aku lakukan?" tanya Camella bingung.

"Setelah ratu menemukan batu itu, anda pasti akan mengingat kami dan mematahkan sihir belenggu ini."

Reincarnation of the antagonist [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang