[28] Last night

12.7K 1.8K 25
                                    

Sesuai perintah Archeron siang tadi, malam harinya Catarina mendatangi taman didekat paviliun ungu. Disebut paviliun ungu karena terdapat pohon bunga berwarna ungu didekatnya. Paviliun ini cenderung sepi jauh dan terpencil sehingga nyaris tak mungkin ada penjaga yang berpatroli sampai ke sini karena merasa enggan dan malas.

Tak mau hanya datang dengan tangan kosong, Catarina membawa pie apel yang dibuatnya pagi tadi. Karena memang dari awal Catarina membawa pie apel untuk diberikan pada Archeron sebagai bentuk hadiah selamat atas dinobatkannya sebagai Putra Mahkota.

"Firasatku mengatakan akan ada hal buruk yang terjadi..." Catarina merenung dalam hati yang membuat langkahnya terpengaruh menjadi lebih lambat.

Kekhawatirannya akan plot hole belum berakhir. Seharusnya Catarina tidak bersantai malam ini, harusnya ia sedang mencari tahu atau menebak apa yang akan terjadi selanjutnya tetapi ketika menemukan sosok anak laki-laki ditengah taman sedang berdiri membelakanginya Catarina tak bisa menyembunyikan senyumnya.

"Satu anak tangga sudah berhasil kau naikki, beberapa anak tangga lagi akan membawamu ke tahta." Ucapnya berkata dalam hati sembari mempercepat langkahnya menghampiri Archeron dan kebetulan laki-laki itu berbalik sehingga mereka saling beradu pandang dalam jarak tiga langkah.

"Akhirnya kau datang." Archeron membuka percakapan dengan senyuman, ia menghampiri Catarina padahal gadis itu melangkah akan mendatanginya.

"Lihat aku bawa sesuatu untukmu." Menunjukan pie yang dibawanya, Catarina terkekeh pelan ketika Archeron nampak bingung dengan kue itu.

"Kau bawa batu bata?" tanya Archeron polos.

"Ini kue!" Tegas Catarina sampai memelototkan matanya sementara Archeron terkekeh melihat reaksi berlebihan gadis itu.

"Kau akan memakan itu?" alis Archeron ikut terangkat memandangi Catarina yang sibuk memotong kue menggunakan sendok yang dibawahnya dari dapur.

"Untukmu."

"Kau juga."

"Aku tidak, aku kenyang. Untukmu saja." Catarina membalas seraya menyodorkan suapan sendok berisi potongan pie.

"Aku tidak akan memakan itu jika kau tidak memakannya." Archeron menjawab tegas persis seperti memerintah namun Catarina tetap menggeleng dan beralasan tidak membawa sendok lagi jadi ia akan makan setelah Archeron selesai.

"Makan bersama!" titahnya geram usai mendengar alasan Catarina yang seolah membedakan kasta antara dirinya yang merupakan putra mahkota kerajaan dengan Catarina yang sebatas pelayan.

"Huh? sejak kapan kah menjadi cerewet dan banyak omong?"

Archeron mengerutkan keningnya, Catarina malah balas menatapnya dengan kening berkerut yang sama persis. Mempertanyakan balik mengapa Archeron menatapnya. Laki-laki itu mendengus, membuang wajahnya jauh-jauh.

Pada akhirnya Catarina mengalah sebab jika di pikir ulang lagi Archeron cuma bocah keras kepala. Setelah membujuk anak laki-laki itu dengan cara yang tidak sopan yakni menyenggol-nyenggol lengannya kasar sampai dia menoleh memasang wajah datar.

"Kau ini kasar sekali!" cebik laki-laki itu memprotes tindakan Catarina tetapi gadis itu malah mengabaikannya dan mencari tempat untuk duduk.

Catarina dan Archeron duduk bersama di atas rerumputan. Sambil memandang ke arah hamparan bintang di langit. Berkelap-kelip di temani rembulan dan entah mengapa rasanya malam ini berbeda dari malam-malam lainnya.

Archeron pun menyadari Catarina lebih banyak berdiam diri. Entah apa yang ada di pikiran gadis itu hanya saja Archeron tidak menyukai sosok Catarina yang lebih banyak merenung belakangan ini.

ArcheronWhere stories live. Discover now