[41] The Last is the Most Beautiful.

20.7K 2.2K 168
                                    


Satu hal terakhir yang Catarina lakukan saat tombak itu mengarah kepadanya, ia memeluk Arthur dengan erat. Kalau Arthur mati maka ia takut cerita ini akan berjalan seperti di novelnya maka sebisa mungkin Catarina melindungi Arthur seburuk apapun sikap pemuda itu terhadapnya.

Sementara Arthur tertegun dalam ketakutan. Pandangannya bergetar, matanya dipenuhi air mata. Tubuhnya kaku tanpa bisa bergerak sedikitpun. Ia hanya merasakan pelukan dingin dari Catarina dan menyaksikan kekejaman pamannya. Adik dari sang ayah yang seharusnya membimbing dan menjaga mereka justru menikam mereka sendiri dari belakang.

Seperkian detik berikutnya ujung tombak akan menembus punggung Catarina namun tiba-tiba saja benda itu hancur bersama ledakan kecil asap hitam keunguan disekitarnya serta sedikit terlihat percikan api.

Catarina juga melihat. Ia bersyukur tetapi hal itu tak mengurangi kesakitan ditubuhnya yang ripuh. Ia merosot, terduduk dalam ketidakberdayaan penuh rasa sakit dan berupaya tetap sadar ditengah tubuhnya yang terasa semakin sekarat.

"Kakak..." Arthur menangis keras, ia ketakutan padahal usianya sudah lebih dari 17 tahun tetapi melihat Archeron berdiri disana dengan wajah pucat dan penampilan yang tidak bisa dikatakan baik-baik saja bersama Olivia disisinya yang terlihat habis memotong darah dipergelangan tangannya dan membalutnya dengan kain putih yang ikut berubah warna menjadi merah juga.

"Pangeran...?" Uncle Jim terlihat tersenyum gugup, dia terkekeh pelan lalu mencoba menjelaskan. "Kami hanya bermain-main."

"Bermain-main?" rahang Archeron mengeras ketika ia melihat sekeliling yang berantakkan dan dipenuhi teriakan oleh orang-orang dan tatapan ketakutan oleh mereka kemudian matanya yang tegas menangkap sosok Catarina dalam keadaan... menyedihkan, hatinya tersayat dalam sekejap.

Uncle Jim terkekeh lagi. "Bukankah kau sedang sakit keponakanku?" dia berjalan mendekat dengan satu tangan disembunyikan dibelakang bahunya sedang merapalkan mantra dalam hatinya bersiap untuk menyerang sambil terus berjalan mendekat ke Archeron agar fokus pemuda itu tertuju padanya akan tetapi baru mengambil tiga langkah tiba-tiba saja...

CRATSS!!!

Muncrat.

Darah muncrat ke segala arah dari tubuh Uncle Jim yang meledak. Benar, Archeron baru saja menggunakan magisnya. Magis hitam yang sedang menggorogoti tubuhnya saat ini. Magis yang sama pula yang menjadi penentu sepanjang apa hidupnya tersisa.

Arthur tertegun disana. Wajahnya dipenuhi darah Uncle Jim yang muncrat ke arahnya, ke segala arah sebenarnya tetapi posisinya yang paling lumayan dekat dari tempat pria itu berdiri tadi.

Orang-orang yang menyaksikan kengerian itu semakin histeris, semakin berteriak dan berlari dengan kekacauan lalu Archeron menggunakan magisnya lagi untuk mematahkan gembok disana dan membiarkan orang-orang berlari keluar dari aula istana untuk kembali ke rumah mereka masing-masing, tempat yang dirasa paling aman saat ini.

"Yang Mulia," Olivia menegur. "Penggunaan magis anda membuat seluruh tubuh anda sepenuhnya..."

Archeron tahu. Ia mengangguk dan berjalan perlahan menuju panggung aula dimana kekacauan baru saja terjadi. Darah tercecer di lantai bahkan sampai mengenai tanaman disekitar. Sungguh, Archeron tidak pernah berpikir dia akan mengunakan magis hitam yang mengalir ditubuhnya untuk membunuh seseorang dengan sesadis itu namun ia rasa setelah semua kebenaran yang ia dengar sendiri, Uncle Jim seharusnya pantas mendapatkan yang lebih buruk.

"Kak..." suara Arthur memelan, Archeron menatapnya sebentar tetapi kemudian hanya berjalan melewatinya dan menghampiri Catarina.

Jujur saja Archeron juga sedang sangat sakit saat ini. Olivia membuatkan sesuatu yang tidak ia ketahui, gadis itu memotong aliran darah ditangannya dan meneteskan beberapa tetes dari ke atas kepalanya sesaat sebelum ia ke sini. Sedikit yang ia ingat Olivia memberitahu kalau darahnya murni, kekuatan penyucian itu masuk ditubuhnya jadi ia menyimpulkan darahnya bisa membantu walau sebentar karena entah mengapa ada perasaan mengganjal yang melarang Olivia untuk melakukan penyucian dengan cara 'itu' sehingga Archeron sama sekali tidak sembuh sedikitpun, hanya dipaksa untuk kembali normal sesaat.

ArcheronTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang