7.K | Luka baru

33 6 7
                                    

APAKAH kamu sama seperti Lily, melupakan sesuatu yang paling berharga dalam hidup? Kamu terlalu sibuk dengan dunia sendiri dan melupakan suatu hal yang diduga merindukanmu saat ini.

“Kamu tahu apakah itu? Orangtua.”

Bagaimana keadaan orangtuamu saat ini? Kapan terakhir kali kamu sekedar bertegur sapa dengannya? Kapan?

Kamu merenung.

Saking sibuknya dengan dunia virtual, kamu melupakan dunia nyata. Kamu tidak tahu dan tidak peduli dengan sekitar, karena hidupmu saat itu dianggap hanya ada di dunia virtual.

Kamu tidak pernah berpikir saat itu jika, dunia virtual tidak akan ada tanpa kehadiran dunia nyata.

Bahkan, kamu nyaris melupakan tentang keberadaan orangtua.

Orangtua. Makhluk yang paling berjasa sejak kamu lahir hingga sebesar ini.

“Jangan ngelamun! Kerasukan mampus! Ayo masuk ke dalam rumah, udah malem!” sentak Lily membuat lamunanmu buyar. Perempuan itu melangkah terlebih dahulu untuk masuk ke dalam rumah, meninggalkanmu sendirian di luar.

“Iya,” sahutmu singkat, tetapi enggan beranjak dari tempat duduk.

Apa kabar dengan orangtuamu saat ini? Bagaimana keadaannya? Kondisinya? Apakah mereka baik-baik saja? Apakah—

“Woi! Kalau gak mau masuk, aku kunci pintunya! Tidur di luar aja!” teriak Lily.

Kamu mendengkus setelah menoleh ke arah Lily. Selanjutnya, kamu beranjak berdiri dan melangkah malas menghampiri perempuan yang baru saja meneriakimu.

“Kenapa wajah lo di tekuk gitu? Ih, jangan-jangan lo kerasukan?” Lily menyelidik dengan mata yang dibuat sipit, perempuan itu menatapmu heran.

Rawrrr!” candamu.

“AAAA BIBIII! ADA ORANG KERASUKAN SETAN!”

¢¢¢

Kamu menatap cermin yang lumayan panjang, sehingga penampilanmu dari atas sampai bawah bisa terlihat jelas. Kamu mendesis, penampilanmu terasa buruk sekali.

Baju yang sudah sobek di bagian bahu melapisi tubuhmu dipadu padankan dengan celana panjang yang sudah memendek—maksudnya, yang seharusnya panjang sampai mata kaki kini panjangnya hanya sampai satu centimeter di bawah lutut. Hal tersebut dikarenakan digigit singa ketika kamu memanjat pohon.

Menyebalkan.

Walau begitu, setidaknya kini tubuhmu tidak begitu dekil seperti gelandangan sungguhan, pakaian pun sudah dicuci bersih oleh Lily. Semerbak harum detergent tercium, tidak ada bau keringat yang bertumpuk selama berhari-hari.

“Mau pergi nih?” tanya Lily.

“Iya,” sahutmu. “Makasih udah bantu gue dan ngebolehin nginep di sini,” katamu setelahnya.

Lily menyunggingkan senyum. “Sama-sama. Hati-hati di jalan, yaa,” ujarnya.

“Iya.” Kamu balas tersenyum, kakimu mulai melangkah keluar dari rumah Lily. Hingga ketika mengingat sesuatu, langkahmu terhenti.

Di mana keberadaan ponselmu?

Kamu langsung meraba saku pakaian, dan ditemukan. Selamat, benda pipih itu tidak menghilang.

“Ly, ayo fotbar dulu,” ajakmu, melakukan hal serupa seperti ketika bertemu dengan orang lain sebelumnya.

Setelah mendapatkan satu foto bersama Lily, kamu bergerak untuk memotret rumah Lily.

KAMUWhere stories live. Discover now