LS2 04

526 48 1
                                    

Keesokkan paginya Nunew terbangun namun dia tidak menemukan Zee dimana pun.
Nunew terduduk di meja makan dan kembali menangis.
Dia ingin benar2 bertanya pada Zee apa salah dia pada Zee.

Hari itu Nunew bekerja tanpa semangat, berkali2 dia menelepon Zee namun tidak satupun yang diangkat dan chat2 yang sama sekali tidak dibaca.

Yang Nunew tidak tahu adalah Zee terdiam di kantornya hanya dengan memandang ponselnya dan membaca chat2 dari Nunew yang kebanyakkan meminta maaf dan menanyakan apakah dia baik2 saja.

Akhirnya Nunew memberanikan diri menelepon Mark dan menanyakan tentang Zee padanya.
Mark tidak dapat menjawab apa2 hanya mendengarkan Nunew yang menangis bertanya tentang Zee dan meminta Mark agar menyampaikan permintaan maafnya pada Zee.

"Kau di dalam Zee?" ujar Mark sambil membuka pintu kantor Zee.
Zee segera menghapus airmatanya dan duduk dengan tegap.

Mark pun masuk dan menghela nafas panjang.

"Apa yang kau lakukan Zee?" tanya Mark dan duduk di kursi di depan meja Zee.

Zee hanya berusaha menahan airmatanya kembali keluar.

"Kau tahu tadi Nunew meneleponku dan menanyakan tentangmu juga memintaku untuk meminta maaf untuknya padamu. Apa kau setega itu Zee?" tanya Mark.

Zee mengebrak meja dan akhirnya airmata tidak dapat lagi dia tahan.

"Apa yang harus kulakukan Mark? Apa yang harus kulakukan?" teriak Zee dan menangis tersedu2.

Mark menghampiri Zee dan memeluk bahunya.

"Kenapa tidak kau ceritakan saja yang sesungguhnya pada Nunew? Agar kalian bisa saling mendukung bukan saling menyakiti seperti ini."

"Jika dia tahu aku sakit, apalagi aku tidak selamat melawan penyakit ini... Dia akan ikut mati bersamaku, Mark." ujar Zee.

"Tapi bagaimana kalau dia merasa sakit sekarang dan meninggalkanmu? Kau pikir dia akan hidup?" tanya Mark.

"Aku benci melihat airmatanya Mark. Aku benci melihat kesedihan dimatanya. Lebih baik aku melihat kebenciannya padaku." ujar Zee lagi.

"Kau sudah membuatnya menangis dan sedih Zee. Tidakkah kau sadar itu?" tanya Mark.

"Setidaknya hanya sementara sampai dia membenciku dan melupakanku. Dia bisa melupakan Lian, dia juga pasti bisa melupakanku." ujar Zee.

"Kau manusia paling bodoh yang pernah aku temui, Zee." ujar Mark kesal.

"Aku benar2 tidak tahu lagi harus melakukan apa Mark. Hanya ini yang bisa aku pikirkan."

"Aku beritahu kau. Dia bisa melupakan Lian karena ada kau yang membuatnya lupa, dan juga dia tidak pernah mencintai Lian. Tapi beda kasusnya dengan kau. Jika dia merasa sakit hati dan membencimu, siapa yang akan menghiburnya, siapa yang akan bisa mencintainya seperti kau mencintainya? Jangan bersikap bodoh Zee."

"Kau." Mark terhentak dengan jawaban Zee.

"Maksudmu?" tanya Mark yang bingung.

"Dia sangat mempercayaimu. Dia akan kembali normal jika kau mau membantunya."

Mark sungguh tak percaya dengan kata2 Zee.

"Aku tidak bisa mencintainya Zee."

"Bukan itu maksudku. Maksudku kau bisa membujuknya dan menyemangatinya." ujar Zee.

"Kau benar2 sudah gila, Zee." ujar Mark dan menggeleng2kan kepalanya.

"Aku tak bisa membiarkannya seperti ini Zee. Aku sudah bosan selalu membantu masalahmu karena kebodohanmu. Kali ini uruslah masalahmu sendiri." ujar Mark dan meninggalkan Zee.

Sementara Nunew berjalan pulang sendiri selepas bekerja.
Pikirannya entah kemana.
Nunew terus berjalan hingga dia lupa untuk naik bus agar sampai ke rumahnya.

Akhirnya Nunew sampai di rumah lebih lama dari biasanya.
Kakinya terasa pegal karena berjalan.
Nunew masuk ke dalam rumah dan melihat keadaan rumah yang masih gelap.

Nunew terduduk di sofa dan menunggu kedatangan Zee.
Namun sampai pagi Zee tak memperlihatkan batang hidungnya.

Nunew naik ke kamar dan berganti pakaian.
Nunew akan pergi ke tempat Mark dan akan meminta penjelasan pada Zee.

Nunew naik bus dan akhirnya sampai di depan gedung tempat bekerja Zee dan Mark.

Nunew bertemu dengan Net dan Max.

"New, apa yang membawamu kemari?" ujar Max dan merangkul bahu Nunew.

"Nhu ingin bertemu Hia, Phi Max." jawab Nunew.

Max dan Net mengernyitkan dahinya.

"Pagi2 seperti ini? Apa dia meninggalkan sesuatu sebelum pergi?" tanya Net dan Nunew menggelengkan kepalanya.

"Tidak, Hia tidak pulang semalam." ujar Nunew.

"Ohhh. Mungkin ada pekerjaan yang belum dia selesaikan, New." ujar Max.

"Tapi Hia belum pernah tidak pulang, jika ada pekerjaan yang belum selesai, Hia akan membawanya pulang dan mengerjakannya di rumah." ujar Nunew sambil tertunduk.

Net dan Max pun merasa heran, karena memang benar yang dikatakan Nunew. Mana mungkin Zee tidak pulang dan membiarkan Nunew sendiri.

"Mungkin pekerjaannya tidak bisa dibawa pulang, New. Positif thinking saja." ujar Net.

"Ayolah masuk, kita cari dia bersama." ujar Max dan kembali merangkul bahu Nunew dan membawanya masuk.

Zee saat itu ada si kafetaria perusahaan dan dia melihat Nunew yang masuk bersama Max dan Net.
Zee melihat sekelilingnya dan tiba2 Zee merangkul seorang wanita yang ada disampingnya.

"Permisi nona, bolehkah saya meminta nomor ponselmu?" ujar Zee tersenyum pada wanita itu.

Dan wanita itupun tersipu dan menganggukkan kepalanya.
Siapa yang akan menolak Zee yang tampan dan seorang GM?

Nunew, Max dan Net melihat Zee yang merangkul wanita itu.
Net dan Max mengernyitkan dahinya heran dengan kejadian itu, sementara Nunew terdiam dan kemarahan terlihat jelas di wajahnya.

Max dan Net melihat pada Nunew dan tak tahu mau berkata apa.

Nunew berjalan cepat menghampiri Zee dan menarik tangannya agar menghadap padanya dan...

Plak....
Tangan Nunew menampar pipi Zee dan membuat wanita yang ada disampingnya kaget.

.
.
.
TBC
.
.
.
.
.

835

Love Story 2 (ZeeNunew) 014Where stories live. Discover now