BAGIAN 29

6.8K 607 15
                                    

29. Serra's Flower Shop

"Morning."

Dengan ceria Kalysta menuruni tangga sembari menyapa kedua orang tuanya yang tengah duduk santai di ruang tengah.

Hari ini adalah hari libur yang mana semua orang dapat beristirahat dari pekerjaan yang hampir setiap harinya mereka lakukan.

Tiffany melangkah kearah Kalysta dengan senyum lembutnya, "Morning sayang."

Tidak lupa sang Ibu melayangkan sebuah kecupan di dahi putri satu-satunya.

Kalysta melirik kearah sang Ayah, disana ia dapat melihat wajah serius pria itu yang tengah menonton siaran berita tentang kematian.

'Rhodes Holmes...'

Itu nama yang baru saja Kalysta dengar dari yang di sebutkan oleh pembawa berita.

Kalysta sama sekali tidak mengenalnya, tetapi ia penasaran hal apa yang membuat Ayahnya sampai menunjukan ekspresi seperti itu.

Tentang bisnis? Itu bisa jadi, karena sepertinya seseorang yang bernama Rhodes itu pun bukan orang sembarangan.

"Kau akan pergi?" tanya Tiffany menatap sang anak.

Kalysta mengangguk.

"Kau akan pergi?" pertanyaan yang sama kembali di layangkan, kali ini yang bertanya adalah Ayah tercintanya.

"Iya, Dad."

"Kemana?" sikap posesif Sergio kembali muncul.

"Jalan-jalan. Hanya sebentar, boleh ya?" bujuk Kalysta.

"Boleh, asal bersama mereka" unjuk Sergio dengan dagunya kearah dua bodyguard yang berdiri disana.

Kalysta melirik kearah dua bodyguard itu dengan ngeri. Yang benar saja, jika ia pergi dengan mereka maka orang-orang akan langsung menjauh sepanjang dirinya berjalan.

Namun, "Baiklah" dengan menghela nafas berat Kalysta menyetujuinya.

"Jangan marah. Daddy hanya terlalu khawatir kepada mu" Tiffany menepuk punggung Kalysta pelan. Ia sendiri juga tidak bisa menghentikan sifat posesif dan protektif suaminya.

Kalysta tersenyum simpul, "Aku tahu."

•••

"Hari ini sangat cerah ya" katanya sembari melihat kearah langit biru diatas.

Dibalik masker putih yang dipakainya Kalysta terus bersenandung ria, menandakan suasana hati gadis itu yang sedang baik.

Bahkan sesekali gadis itu menyapa orang yang tengah berlalu lalang disana.

Bodyguard? Tenang saja, Kalysta sudah bernegosiasi dengan keduanya. Mereka Kalysta perintahkan untuk mengikutinya dari jarak dua puluh kaki.

"Dia--" tanpa disadari kaki Kalysta melangkah akan mengeberangi jalanan yang masih dilewati beberapa kendaraan.

"Kalysta!"

Sret!

Kalysta dengan linglung menatap pemuda di hadapannya yang juga tengah menatap ia dengan raut khawatir.

"Arthur?"

"Kau baik-baik saja?" matanya meneliti setiap bagian tubuh Kalysta untuk memastikan kalau gadis itu tidak terluka sedikitpun.

"Sedang apa kau disini?" tanya Kalysta tanpa menjawab pertanyaan dari Arthur.

Arthur menghela nafas, ia sama sekali tidak marah, hanya saja rasa khawatir masih bersarang di hatinya. Bagaimana jika ia telat sedikit saja? Arthur tidak bisa membayangkan kalau nantinya Kalysta akan terluka di depan matanya.

Beloved Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang