21

16.4K 1.6K 47
                                    

Yorobun Annyeonghaseyo

Happy reading...







Saat ini diruang rawat Cakra dan Devan ramai dengan pengunjung, seperti taman hiburan saja. Tadi setelah Cakra bangun, tak lama kemudian Jean, Raka dan Naufal datang menjenguknya.

Sofia dan David sudah sempat kembali, tetapi karena melihat beberapa teman Cakra yang datang dan Aletta, mereka memutuskan untuk pulang sebentar karena David harus mengganti pakaiannya. Kalo kata David sih, mumpung ada yang jagain jadi dia bisa istirahat sebentar di rumah, tidak tahu saja David kalau saat ini Cakra sedang duduk di lantai yang dilapisi tikar bersama teman-temannya, sedang memainkan monopoli yang dibawa oleh Naufal.

Devan yang mendengar keberisikan teman-teman Cakra dan Jean pun menatap mereka jengah, niatnya ingin berduaan dengan Aletta tanpa diganggu pupus begitu saja.

"Kamu ga mau ikutan main?" tanya Aletta.

"Ga, liatnya aja nyeremin apalagi ikut main," jawab Devan, berhasil membuat Aletta terkekeh. Bagaimana Devan bisa mengatakan itu menyeramkan? Karena setiap kali ada yang membayar denda maka dia akan berteriak kesal dan memarahi si pemilik properti, seperti yang dilakukan oleh Raka saat ini.

"Dih! apaan? Masa bayar lagi!"

"Ya bayar dong, kan Raka berhentinya di lahan punya Cakra."

"Ga, gue gamau bayar!"

"Dih aneh, yaudah kalo gitu Cakra anggap hutang, ya. Pokoknya nanti harus dibayar, ga boleh ngga," ucap Cakra dengan tangan menunjuk Raka sebagai bentuk peringatan.

Mereka terus bermain tanpa memedulikan sekitarnya, mereka berempat bahkan sempat kena tegur beberapa kali karena terlalu berisik. Hey, ruang rawat Devan dan Cakra bukan VIP, jelas mereka kena tegur beberapa ners yang melewati ruangan itu.

"Kayanya aku harus pulang, Dev." Aletta setelah melihat jam tangannya.

"Kamu pulangnya sama siapa?"

"Aku dijemput kok sama supir, tadi aku bilang buat jemput jam 4 sore."

"Yaudah hati-hati, ya. Kalo udah sampe kabarin aku."

"Iya, kamu juga istirahat yang banyak biar cepet sembuh terus bisa ikut ujian," ujar Aletta sambil mengelus kepala Devan.

"Pasti." ucap Devan lalu tersenyum.

"Ka Aletta mau pulang?" tanya Cakra yang sekarang menatap ke arahnya, membuat yang lain ikut menatap Aletta juga.

"Iya, udah sore soalnya. Kaka pulang duluan, ya."

"Hati-hati Ka Aletta!" ucap mereka bersamaan membuat Aletta terkekeh mendengarnya.

"Iyaa, kalian jangan terlalu berisik nanti kena tegur lagi."

"Kalo itu kayanya susah, sih. Ya ga, gaes?" tanya Naufal yang di angguki oleh yang lainnya dan lagi itu membuat Aletta tertawa karena wajah lucu mereka ketika menganggukkan kepala secara kompak.

"Yaudah Kaka duluan, ya." Aletta berjalan, membuka pintu dan ke luar.

Sepeninggal Aletta. Cakra, Jean, Naufal, dan Raka langsung mendekatkan diri mereka, lalu berembuk seperti sedang melakukan diskusi penting.

"Kok ka Aletta mau ya sama bang Devan?" tanya Raka membuat Devan yang mendengarnya melototkan mata.

"Iyaya kok mau, padahal bang Devan itu galak," ucap Jean yang diangguki oleh Cakra, tanda jika dirinya setuju.

"Apa mungkin bang Devan pake guna-guna?" Naufal bertanya serius yang langsung mendapat tatapan horor dari teman-temannya.

"Bisa jadi sih, soalnya yang lebih baik dan ganteng dari bang Devan kan banyak."

MEMORIES (Terbit)Where stories live. Discover now