Act 12 [Down in the Dump]

12 4 0
                                    

Act 12 [Down in the Dump]

Sera gak pernah berpikir bahwa genre hidupnya bisa berubah dari genre slice of life yang cenderung membosankan dengan sedikit bumbu ketegangan—kalau dia habis berkasus—menjadi mystery thriller penuh ketegangan seperti sekarang. Tidak ada lagi percobaan pembuhunan, ataupun sesuatu yang membuatnya terluka hingga dirawat di rumah sakit seperti kemarin—tapi seluruh ketakutannya seperti menjadi nyata.

"Lho, hai Sera?" Andrew yang Sera sendiri tidak ketahui di mana tempat tinggalnya kini jadi sering menyapanya dengan ramah, seolah mereka teman akrab, dan kini Sera tahu alasannya kenapa Lia begitu ketakutan melihat pria itu dulu.

Tubuh Andrew masih sebesar dulu, dengan otot-otot yang dia pamerkan melalui baju ketatnya, dan kulit kecoklatan yang sebenarnya terlihat seksi, tapi kalau ingat dia penjahat—well, melupakan betapa lebaynya kesaksian Sera, sebenarnya dia juga bersalah kan?—semua itu justru terlihat agak menakutkan. Wajahnya yang di mata Sera terlihat licik dan jahat menyempurnakan ketakutannya.

"Halo." Sera berusaha tidak terlihat begitu ketakutan melihatnya. Ini di tempat umum, dia bisa meminta bantuan siapapun jika pria ini berani macam-macam. "Ketemu mulu, tinggal di sini juga?"

"Enggak sih," kata Andrew manis. "Lia gimana? Apa kabarnya?"

Sera berusaha fokus dengan pesanannya, mengutuk dirinya yang malah pergi sendirian ke kedai minuman dekat rumahnya alih-alih menyuruh pembantu rumah tangga untuk membelikannya.

Menyuruh pembantu ya... gimana kalau dia....

Sera menggelengkan kepalanya cepat-cepat. "She's ok! Tapi orangtuanya udah gak kerja lagi sama keluarga gue, tapi kita masih saling berhubungan baik sih," jawab Sera sambil menyunggingkan senyum manisnya. "Kalau gitu, gue duluan ya, Kak. Selamat maka—eh, minum?"

"Oh, must great for her serving a caring family like your family, eh? Kalian dekat kan?" Sera memaksakan seulas senyum, lalu mengangguk. "Titip salam deh buat dia, sekarang dia udah masuk usia dewasa kan ya?" Mendengar kalimat itu keluar dari mulut Andrew membuat Sera agak bergidik. Mengingat betapa terobsesinya pria ini kepada Lia di masa lalu.

Sera memilih untuk tidak terlalu serius menanggapi Andrew. Dia sekarang dalam perlindungan ketat orangtuanya—bahkan meskipun alasannya karena depresinya yang dinilai mulai memburuk—dia bisa melakukan banyak hal untuk mencegah Andrew melakukan sesuatu kepadanya. Dia akan pulang ke rumah papinya dalam waktu dekat, dan menurut pengamatannya, Andrew gak akan ada di dekat-dekat sana.

Tapi dia salah besar.

***

"Ah, enaknya. Lo udah pilih kebaya buat wisuda nanti?" Di seberang sana, Sia terlihat menghembuskan napas saat mengatakannya, Sera bisa menebak posisi santai yang sedang dilakukan wanita itu dengan laptop di depan matanya—melanjutkan pekerjaan yang disukainya.

Sera memilin-milin selimutnya, menimang-nimang apakah dia harus memberitahukan Sia soal pertemuannya dengan Andrew. "Terus dua hari ini di rumah mami... " Sera terdiam, bingung bagaimana melanjutkan kalimatnya. "... i think, you know, met someone who used to be my victim."

"Oh, who? Gila ya, kalau yang satu tinggal di dekat rumah bokap lo dan yang satunya lagi tinggal di dekat rumah nyokap lo. Hidup lo gak aman banget sih, Ser." Sera berdecak, gak berusaha untuk membantahnya. "Untung yang satu lagi di luar kota."

Sera mengangguk, meskipun tahu Sia tidak dapat melihatnya. "Terus... eh—gimana soal Lia? Dia mau jadi model?" tanya Sera lagi mengalihkan pembicaraan.

Paint the Date RED [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang