3. Fall

1.5K 161 9
                                    


•••

Siang hari, pukul dua.

Ruang makan dengan gaya arsitektur eropa kuno, lengkap dengan lukisan-lukisan bertema peperangan menempel apik di sepanjang dinding.

Sebuah meja panjang dengan delapan kursi makan, hanya dihuni empat kursi saja. Di tengah meja ada lima buah lilin yang diletakan di tempat khusus, membentuk sebuah jejeran lilin yang melingkar. Hal itu menambah kesan 'mahal' dari ruang makan tersebut.

"Bagaimana pekerjaanmu di angkatan laut?" Jacker Dominic membuka suara, manik hijaunya menatap ke arah calon menantu yang nampak tersenyum malu.

"Semuanya baik-baik saja ayah, lalu bagaimana perdagangan ayah?" Finneas melempar pertanyaan dengan tema yang sama; pekerjaan.

"Semuanya juga baik-baik saja, apalagi disini, kota Aarhus adalah tempat perdagangan yang sempurna" Jacker menjawab dengan nada gembira.

"Itu semua berkatmu yang selalu membantu rute perdagangan suamiku. Terimakasi Finneas" jeda sebentar, Helana Dominic memasang senyum palsu, agar pujiannya terlihat lengkap.

"....kau memang hebat Finneas, jika tidak ada kau, pasti Jenderalmu itu akan menenggelamkan kapal-kapal kami. Padahal kami melakukan hal baik, dengan mengirim orang-orang Aarhus yang tidak punya pekerjaan ke pabrik makanan kami yang ada di Landborup. Jenderalmu jahat sekali karena telah memfitnah kami melakukan perdagangan manusia" Helena pura-pura menyeka air mata buayanya, bersikap dramatis demi mengambil hati Laksamana muda itu agar mau membantu kepentingan suaminya.

"Benar sayang, kau orang hebat. Kau juga telah menolong puluhan keluarga yang terancam mati kelaparan karena tidak punya pekerjaan. Terimakasi sayang" Jason yang duduk di samping Finneas langsung menggenggam tangan kekasihnya, mengelus punggung tangannya pelan.

"Usahaku tidak seberapa, aku hanya merayu Jenderal Kim. Kalian yang luar biasa karena telah melakukan kebaikan yang sangat besar" Finneas menatap manik hijau sang kepala keluarga Dominic, dan dihadiahi senyuman lembut oleh calon ayah mertuanya itu.

"Finneas, walaupun Kim Dominic, Jenderal mu itu adalah anak kami. Dia dari dulu ingin sekali menghancurkkan keluarga ini, walaupun aku ibu tirinya, aku selalu menganggapnya sebagai anakku sendiri. Aku tidak mengerti mengapa dia membenci keluarganya sendiri, dan dia tega memfitnah ayahnya sendiri bahwa telah melakukan perdagangan ilegal" Kalimat akhir dari Helena terdengar mencicit, seolah menjadi orang yang paling tersakiti di dunia.

"Ibu, aku bisa memaklumi mengapa Jenderal Kim berlaku seperti itu, itu pasti karena tanggung jawabnya yang sangat besar, jadi bahkan dia harus waspada kepada keluarganya sendiri" ujar Finneas lembut.

"Kau memang memiliki hati yang sangat baik Finneas, aku beruntung mempunyai calon menantu seperti dirimu" Jacker menganggukan pelan kepalanya, memberi restu penuh. Diam-diam memuji dirinya sendiri karena telah mampu dekat dengan Laksamana muda , yang tentu bisa menjadi kartu jitu untuk memudahkan perdagangan ilegalnya.

"Oh, dan juga...aku mau memberi tahu kalian sesuatu..." Finneas menatap satu persatu mata dari anggota keluarga Dominic.

"Apa itu nak?" Jacker menaikan sebelah alisnya, entah kenapa sangat penasaran.

"Ehem, ngomong-ngomong, aku telah menitipkan adikku yang nakal itu pada Kim. Maaf merepotkan anak kalian...." Finneas membuka topik pembicaraan baru.

"Apa!?" Jason terperanjat, mata hitamnya menatap lamat-lamat manik cokelat madu milik Finneas.

"Kenapa kau berani menitipkan adikmu pada monster kejam seperti dirinya! Seharusnya kau titipkan padaku saja!" seloroh Jason kembali.

SECRET CRIMINALWhere stories live. Discover now