2 | Beautiful Dream

75 5 0
                                    

Hina dan hampa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hina dan hampa.

ههههه

Mark membuka matanya, membiarkan cahaya menyilaukan masuk ke pupil matanya dengan iris kelamnya yang berusaha menyesuaikan. Elusan lembut di kepalanya membuat Mark terbuai, begitu nyaman dan memabukkan seakan-akan menarik dirinya menuju nirwana semu yang sesungguhnya. Bagaikan in actu, semuanya terasa begitu nyata dibandingkan dengan mimpi belaka.

"Mommy, lain kali ajak aku jalan-jalan saat kau sudah sembuh. Jangan memaksakan diri seperti ini, Mom," ucap Mark dengan lirih. Ia terenyuh saat elusan di kepalanya terhenti begitu saja. Selayang pandang Mark sudah bisa menebak siapa yang memberinya sebuah pangkuan dan mengelus kepalanya. Orang yang sudah berjuang sendirian selama ini, wanita itu kelihatan cantik dengan gaun putihnya dan aroma mawar yang menguar sampai membuat Mark pangling. Iya, sangat cantik.

"Mommy takut tidak bisa mengajakmu lain kali, Mark. Cukup hari ini saja, ya? Mommy takut setelah ini tidak bisa mengajak Mark jalan-jalan lagi. Mommy suka tempat ini, omong-omong." Wanita itu tergelak dengan bebas, membiarkan nada cantik itu mengalun indah menyapa gendang telinga Mark. Sudah lama ia tidak mendengar tawa ibunya. Kesadaran wanita itu tertimbun di balik selimut rumah sakit, infus, dan bius beberapa bulan ini. Mark kesepian tanpa ibunya.

Ibu Mark memang baru saja sadar dari koma dan terlihat baik, akan tetapi Mark takut jikalau ibunya merasa sakit. Kurang istirahat tidak menjamin semuanya menjadi baik. Kesehatan ibunya mungkin bisa menurun begitu saja.

"Ayo pulang, Mom."

"Tidak mau," tolak sang ibu sambil merotasikan netranya. Iris cokelat terang milik wanita itu berbinar-binar tertimpa cahaya mentari yang hangat. "Mark pulang saja sendiri!" sambungnya.

"Mommy, kau sedang sakit. Ayo pulang sebelum aku memarahimu dan memberi tahu daddy kalau kau kabur dari rumah sakit, Mom." Mark kembali memejamkan matanya saat sang ibu kembali mengelus kepalanya dengan lembut, mencoba tuk membuat Mark kembali terbuai dan mengantuk. Rasanya cukup janggal karena tangan ibunya terasa dingin.

"Daddy-mu tidak akan marah, Mark." Dan Mark terpaksa menelan kenyataan pahit itu hingga saat ini. "Mark ...."

"Hm?"

"Jika kau punya adik nanti, tolong jaga dia dengan baik, ya?Jangan menangis apa pun yang terjadi nantinya. Waktunya sudah habis, Mark. Mommy menyayangimu. Jangan ... jangan marah dan membenci siapa pun. Jangan sakit lagi."

"Aku tidak akan bisa membenci siapa pun selama Mommy di sampingku." Mark mendesah pelan. Dia merasakan kantuk saat ini. Dia ingin sekali tidur, akan tetapi Mark takut waktu bersama ibunya berakhir begitu saja. Mark hanya takut, tidak lebih. "Dan lagi, aku tidak mau punya adik. Mommy harus sehat terlebih dahulu sebelum membuat adik untukku," sambungnya. Setelah itu Mark hanya tersenyum culas. Ia bahkan sama sekali tidak percaya dengan perkataan yang keluar dari mulutnya sendiri mengingat seperti apa ayahnya saat ini.

Just About You | MarkhyuckWhere stories live. Discover now