4 | Until When?

54 7 0
                                    

Happy reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Happy reading!

.

.

.

"Buang rokokmu, Mark Hyung. Kau sudah menghabiskan tiga batang racun malam ini."

Batang nikotin yang tadinya terapit kuat di dua jari kini terbuang sia-sia menyentuh lantai. Cokelat panasnya sudah habis dan rokok adalah pelarian terbaik Mark, akan tetapi Jeno malah mengacaukan semuanya.

Mark membalik tubuhnya hingga kini punggungnya bersandar pada pagar pembatas balkon. Tangannya melipat di depan dada dengan netra yang menatap tepat ke dalam obsidian kelam milik Jeno. "Sudah."

Embusan napas kasar terdengar, memecah keheningan malam yang dibuat oleh Jeno dan Mark. Lucas sudah menghempaskan badan di sofa ruang tamu dan menjemput mimpi, sedangkan yang masih terjaga hanya mereka berdua. Tengah malam, diapit dingin yang menusuk tulang dan bebauan sisa hujan yang masih membekas rancu di udara.

"Sampai kapan kau terus seperti ini, Hyung?" tanya Jeno ragu.

Sebuah pertanyaan terduga.

"Kau tahu jawabannya, Jeno."

Dan jawaban yang sudah terduga pula.

Jeno terdiam, memilih untuk ikut bersandar di pagar balkon kamar tamu yang sudah lama tidak ia singgahi. Ia lihat Mark dengan saksama, meneliti bagaimana wajah tampan dengan mata terpejam itu menikmati elusan angin dingin di wajahnya. Garis matanya masih setajam dulu walaupun sekarang diliputi oleh gurat resah dan lelah.

"Kenapa kau sangat jarang membalas pesanku, Hyung? Kau bahkan tidak mengangkat telepon. Apa Hyung baik-baik saja di rumah?" tanya Jeno.

Mark memutar netranya dengan malas. Pertanyaan tidak bermutu itu keluar lagi dari mulut adik kelasnya. "Akhir-akhir ini aku jarang memegang gawai. Benda itu membosankan. Selebihnya aku baik-baik saja, hanya lelah."

"Benar-benar seorang pembohong ternyata."

"Dan kau bodoh karena menanyakannya berulang kali hari ini."

Tawa Jeno mendominasi setelahnya, seolah-olah apa yang dikatakan Mark adalah lelucon yang begitu lucu. Ia bertanya, "Besok Hyung sekolah?"

Mark mengangguk. "Ada yang harus aku kerjakan."

"Apa?"

"Sebaiknya kau tidur, Lee Jeno. Sudah sangat larut. Besok aku pinjam seragam cadanganmu."

Jeno memicing, akan tetapi dia menuruti perkataan Mark. "Ya sudah, jangan lupa bersihkan puntung rokoknya atau lantai balkon akan menghitam," pesan Jeno.

Tak ayal lagi, itu memang Mark dengan beragam sikap ambigunya. Dia begitu mengkhawatirkan, dalam konsep yang berbeda maupun yang sebenarnya. Dengan langkah malas Jeno beranjak dari tempat Mark menuju ke kamarnya, memberikan waktu kepada yang lebih tua untuk mengistirahatkan diri walau tak yakin Mark akan benar-benar tidur.

Just About You | MarkhyuckTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang