°eps 48 menyerah saja°

72 6 1
                                    

.

.

.

.

.

.

.

﹏܀☀︎܀﹏


"Harus ku apakan dia?... Haruskah aku membunuhnya sekarang?" tanggapan gautam langsung di tolak nalesha.

Karena hari sudah sore nalesha memutuskan untuk pulang dengan diantar sopir.

Saat melewati gerbang mansion nya dia di sambut beberapa paparazi dan wartawan, astaga apa lagi ini? Nalesha tak menyangka akan sebesar ini beritanya.

Nalesha masuk kedalam rumah, ah bukan! Tepatnya neraka bagi nalesha, disana tidak ada tanda tanda kehidupan, apa ganendra belum pulang? Biarlah masa bodo.

Nalesha melangkah ke dapur untuk mengambil beberapa cemilan, dia akan berdiam di kamarnya, dia malas jika mendengar atau melihat ganendra.

Setelah merasa cukup nalesha menuju kamar di lantai 3 mansion, nalesha melewati kamar ganendra, dilihatnya pintu hitam itu sedikit memeberi celah agar nalesha melihat.

Nalesha yang penasaran lalu mengintip dari balik pintu, ternyata ganendra sudah pulang toh tapi tunggu dulu! Siapa wanita yang dengan lancang nya memeluk suaminya, itu bukan viona lagi.

Kesabaran nalesha kembali diuji oleh ganendra, jujur nalesha memang masih memaafkan para selingkuhan ganendra asal jangan pernah menginjak lantai mansion nya. Cukup sudah, ganendra keterlaluan, masih belum jera dia rupanya.

BRAKK!

pintu itu didobrak nalesha, nalesha terpaku diambang pintu semua cemilan yang dia bawa bertebaran dimana mana, bukankah harusnya nalesha akan meledak? Tapi justru kenapa nalesha saking marahnya sampai tidak bisa berkata kata hanya bisa menangis.

"MASUK GA BILANG BILANG!" bukannya permintaan maaf yang nalesha dengar, melainkan bentakan yang semakin membuat nalesha banjir air mata.

"Boss, kayaknya anda tenangin suaminya dulu deh, kita besok aja ya cuddle nya" wanita itu pergi setelah mencium ganendra dan berpamitan pada nalesha.

"udah? Sana pergi! Ganggu aja" dingin ganendra.

Badan nalesha semakin guncang, kakinya tidak kuat menahan beban tubuh dan fikiran nya, dan dia pun menyusut ke bawah sambil menutupi wajahnya yang kacau.

Ganendra menghampiri nalesha kemudian menarik tangannya dan terlihat jelas mata nalesha bengkak dan mata pandanya terlihat, seberapa banyak nalesha menangis sampai make up nya pudar.

Dengan pelan karena tidak punya tenaga lagi nalesha menepis tangan ganendra, dengan sisa sisa suaranya dia berbicara.

"aku yang suami saja tidak diperbolehkan masuk kamar pribadi mu, tapi dia.. kau melakukan apa yang aku takut kan... Hiks... kau membawa masuk selingkuhan mu kedalam rumah ini... Kau tau juga kan aku benci itu... Hiks...kau tidak pernah memakai cincin pernikahan...baiklah lakukan semaumu, aku akan urus surat perceraian... "

Nalesha berjalan dengan nafas terpotong potong dan isakan yang terdengar jelas, jalannya sempoyongan, menuju kamarnya saat ini sangat jauh baginya.

.
.
.

paginya terasa hampa karena tidak ada lagi suara nalesha yang berisik memanggil para pembantu untuk membantunya cuci piring atau membersihkan koleksi mainannya.

singgahWhere stories live. Discover now