Women and Blood

833 132 16
                                    

Pukul setengah lima dini hari. Itachi keluar dari kamar tidur, menuju kamar mandi, bersiap-siap untuk memulai hari dengan membersihkan diri.

​Saat keluar dari kamar mandi, ia mendengar suara grasak-grusuk dari arah dapur. Tubuhnya secara otomatis langsung bergerak ke arah sumber suara. Itachi sedikit kaget saat menemukan Sakura tengah berkecimpung dengan alat-alat dapur di jam sepagi ini.

​Merasakan kehadiran Itachi, gadis itu menoleh. Sebuah senyum cerah langsung terukir di wajahnya nan mulus.

​"Tumben sekali kau bangun pagi—"

Itachi biasanya selalu bangun pagi, bahkan pagi sekali. Tapi karena tubuhnya yang belakangan ini sering merasa sakit dan pegal, membuatnya lebih banyak menginvestasikan waktu untuk beristirahat.

​"Ya, begitulah—" Ia hanya memberi respon seadanya.

​Sakura kembali sibuk pada urusannya di dapur. Sayur-sayuran hijau dipotongnya menjadi beberapa bagian kecil, kemudian dimasukkannya ke dalam panci yang sebelumnya sudah terisi berbagai bawang-bawangan.

​"Kau punya agenda hari ini rupanya." Celutuk Sakura, sambil terus mengaduk tumisan sayurnya.

​Itachi mengangguk pelan. Hari ini ia memang berencana pergi keluar. Ada beberapa urusan yang harus dikerjakannya.

​"Lebih baik seperti itu. Tidak sehat jika kau terus bermalas-malasan di dalam kamarmu yang pengap—" imbuh Sakura.

​Tidak ingin terjebak terlalu lama dalam percakapan itu, Itachi akhirnya melangkah pergi kembali ke kamarnya. "Aku permisi dulu—"

​"Itachi—" Itachi terpaksa kembali menoleh saat mendengar suara merdu gadis itu memanggilnya. "Jangan pulang terlalu larut seperti kemarin. Kita punya agenda penting, kau ingatkan?" Sakura mengeluarkan cengiran khasnya.

​Itachi mengangguk pelan. Lebih baik ia mengiyakan saja ucapan gadis itu, dari pada harus berdebat dengannya di pagi buta begini. Setelah menjawab, ia segera buru-buru masuk ke kamar.

​"Hah—" sebuah desahan pelan meluncur dari mulutnya. Ia sedikit tidak menyangka dengan perubahan sikap Sakura.

Bukannya kemarin dia sangat marah dan jengkel pada Itachi? Kenapa kini dia bersikap seolah-olah mereka adalah teman akrab? Apa perempuan memang selalu gampang berubah seperti ini?

​Setelah selesai bersiap-siap, dan mengenakan jubah hitam yang biasa dikenakannya untuk keluar rumah, Itachi mendorong pintu kamar dan keluar.
​Lagi-lagi, ia harus kembali bertemu dengan gadis bersurai merah muda, yang kebetulan baru saja keluar dari kamar mandi. Sebuah handuk putih membalut rambutnya yang basah. Dia mengenakan tank top hitam dengan celana pendek pas selutut.

​Tampilan Sakura yang seperti itu membuat Itachi segera mengalihkan pandangan ke arah lain.

​"Kau sudah mau keluar?" tanya gadis itu santai.

​"Oh, y-ya."

​"Ayo sarapan dulu bersamaku sebelum pergi. Aku sudah sengaja memasak untuk porsi dua orang." Ucap Sakura riang. "Itachi?"

​Mungkin karena merasa tak diperhatikan, Sakura kembali memanggilnya. Tentu saja itu membuat Itachi terpaksa menoleh ke arah gadis itu. Ia langsung bisa melihat kulit putih Sakura yang tampak berkilau dengan sisa-sisa air yang terjatuh dari rambutnya yang basah.

​Pemandangan itu membuat Itachi merasa tidak nyaman dan otomatis langsung menundukkan pandangan. Sepertinya Sakura menyadari hal itu. Dia segera mundur. Tangannya menutupi bagian depan tubuhnya dengan canggung.

​"Ah, maafkan aku karna berkeliaran di rumah seperti ini." Sakura kemudian segera berlari kecil ke arah kamarnya. "Tunggu aku di meja makan!" pekiknya, sebelum menghilang di balik pintu.

Itachi : A Man Who Doesn't Want To Be LovedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang