○ 05

728 55 8
                                    

Ting

Tok

Ting

Tok

Alio berdecak kesal ketika beberapa kali terganggu oleh suara bel dan ketukan pintu. Tidak ingin peduli. Tetapi, suaranya terlalu mengganggu. Alhasil mau tidak mau Alio bangkit di tengah rasa kantuknya dan sudah muncul Papanya berkaca pinggang dengan seorang HRD di belakang tubuhnya.

"Sudah Alio bilang jangan masuk sembarangan kalau bukan aku yang buka"ujar Alio menatap tidak suka dengan cara Papanya itu.

Angga menghela nafas. "Hari ini ada perekrutan calon karyawan. Kamu harus belajar untuk handle. Mbak Asa yang akan ajarin kamu."

"Tiba-tiba banget? Kenapa nggak besok?"tawar Alio.

Angga berjalan mendekat dan menarik lengan Alio. "Ayo bangun dan mandi. Papa tunggu di sini sampai kamu selesai mandi. 10 menit cukup untuk kamu bersiap."

"Bukannya perekrutan ada jangka waktu? Aku disuruh liatin calon pekerja yang akan daftar gitu?"

Angga memutar bola matanya malas. "Lebih simple kalau langsung lakukan interview. Hotel membutuhkan beberapa karyawan di bidang kitchen."

"Kalau aku nggak mau?"

Angga tersenyum sinis. "Jatah bulanan kamu akan Papa potong. Kamu cuma boleh dapet jatah makan di hotel 1 kali dan mobil kamu Papa sita. Gimana?"

"Ck. Oke. Oke. Aku mandi."

.

.

Alio merapikan jas hitam yang dia pakai. Ia harus tampil berwibawa di hadapan para calon pekerja supaya mereka mengetahui jika calon CEO Albert Hotel sedang memantau mereka. Alio jadi bingung bagaimana cara memberikan pertanyaan saat interview.

"Mbak, ada siapin pertanyaan nggak buat interview nanti?"tanya Alio melirik Asa yang berada di sampingnya sedang fokus memberi arahan kepada para public area.

Alio berdecak dan menepuk pundak Asa membuat perempuan itu menoleh. "Iya kenapa, Tuan?"

"Siapin pertanyaan nggak buat interview?"

Asa mengangguk. "Tentu sudah siap. Tuan Muda bisa mulai latihan untuk memantau secara langsung dalam proses interview."

"Kriterianya apa aja sih? Gue jadi penasaran"ujar Alio.

Asa tersenyum simpul. "Punya pengalaman minimal 1 tahun dan praktek pelayanannya bagus."

"Ini posisi room service?"

Asa mengangguk. "Betul sekali. Beberapa karyawan room service banyak yang resign dan sebagian sudah pindah bidang. Jadi butuh setidaknya 6 orang."

"Nah, itu beberapa calon yang akan melamar kerja"Asa menunjuk pada gerombolan perempuan yang sudah duduk di kursi untuk menunggu acara perekrutan dimulai.

Mata Alio mengamati beberapa calon pekerja yang menurutnya cukup menarik dan cocok untuk bekerja di hotelnya. Mengingat hal pertama yang di cari adalah penampilan menarik.

Alio menyipitkan mata berulang kali melihat ke arah pojokan dimana seorang gadis duduk dengan meniup tangan berulang kali. Senyuman sinisnya terbit. Sepertinya akan seru jika Alio bisa mengerjai gadis itu.

"Mbak, gue mau mereka kumpulin semua berkasnya dulu. Sesi interview dilakuin secepat mungkin dan cewek yang ada di pojokan biar gue yang interview secara khusus."

Asa menaikkan alis. "Sebagai HRD tugas saya untuk memberikan interview kepada semua calon kerja."

"Nurut aja kenapa sih? Ini gue bantuin kerjaan lo, mbak. Gue liat aura cewek di pojokan itu bakal nyusahin selama interview. Mending gue aja yang handle"ujar Alio tersenyum penuh arti.

Asa hanya mengangguk. Tidak berani untuk protes. Biarkan saja anak CEO ini bertindak sesuka hati. Dia tidak akan memusingkan kelakukan anak nakal di sampingnya ini karena jam sudah menunjukkan pukul 9 pagi yang artinya ia harus memulai acara perekrutan karyawan.

"Heh. Lo bawa cewek itu ke lantai dasar di pool. Nggak pake lama"ujar Alio pada salah satu karyawan public area.

***

Prilly mengerutkan dahi ketika mendapat arahan untuk mengikuti salah satu karyawan hotel dan pergi menuju lantai 1. Padahal nomer antrian baru saja dimulai dan ruangan untuk interview hanya ada di lantai 3. Dahi Prilly semakin mengkerut ketika karyawan mengarahkannya menuju pool.

Firasat Prilly jadi tidak enak. Apa dia dijebak? Bagaimana jika karyawan hotel berbuat iseng dan menyemburkannya ke pool? Apalagi keadaan pool sangat sepi. "Pak, ini saya ngapain ya di sini?"

"Ditunggu saya ya, neng"sahut karyawan tersebut dan berlalu dari hadapan Prilly.

Prilly menghela nafas. "Ini gue dikerjain apa gimana?"

"Ngapain amat ngerjain lo"seruan seseorang membuat Prilly memutar tubuhnya dan terkejut menatap ke arah laki-laki yang kemarin siang sudah menabraknya.

Prilly memberikan tatapan tajamnya. "Mau apa lo? Nggak puas kemarin udah nabrak gue dan ngatain gue?"

"Eits. Santai dong. Gue di sini mau interview lo secara khusus"ujar Alio.

Prilly tertawa sekencang-kencangnya membuat Alio berdecak kesal. "Halu lo. Udah ah gue mau balik ke lantai 3."

"Nggak bisa. Gue udah khususin lo buat di interview sama gue"ujar Alio menahan tangan Prilly.

Prilly menghempaskan genggaman Alio. "Nggak usah ngaco. Emang lo siapa mau interview gue? HRD bukan apalagi CEO."

"Heh, dengar ya cewek songong! Gue ini calon CEO Albert Hotel. Kalau lo nggak percaya. Lo bisa cek di google siapa gue."

Prilly memutar bola matanya malas. "Gue nggak percaya. Lo cuma buang-buang waktu gue."

"Serius lo nggak percaya? Gimana bisa lo mau kerja di sini. Tetapi, nggak kenal siapa calon CEO?"

Prilly mengangkat bahu acuh. "Hal terpenting adalah pengalaman dan skill yang gue punya. Setau gue pemilik hotel ini Angga Albert."

"Itu Papa gue. Jangan males cari tau siapa gue."

Prilly tersenyum sinis. "Nama belakang Albert banyak kali yang pake. Nggak usah halu deh."

"Lo mau rekrut posisi room service kan?"

Prilly mengangguk. "Ya posisi apalagi. Cuma itu doang yang dibutuhin."

"Gue bisa terima lo asalkan lo percaya kalau gue ini calon CEO"ujar Alio mencoba melakukan penawaran.

Prilly menggelengkan kepala. "Gue udah bilang. Nggak usah ngaco. Nggak usah halu."

"Gabriella Prilly. Mahasiswa semester akhir dan IPK terakhir 3,88. Skripsi udah masuk bab 4. Butuh kerja untuk bisa ngasih kehidupan yang layak untuk Ayah lo. Right?"

Mata Prilly berkaca-kaca. "Apa mau lo?"

"Gue akan rekrut lo jadi room service khusus layanin gue dan bayaran yang bisa lo dapetin 2 kali lipat. Lo nggak perlu kerja full time. Cukup dari pagi jam 8 sampai jam 2 siang. Lo tertarik?"

"Kenapa lo berani kasih gue bayaran 2 kali lipat untuk pekerjaan yang bahkan bukan 12 jam?"tanya Prilly heran.

Lelaki di hadapan Prilly terkekeh ringan. "Gue butuh banyak bantuan lo untuk ngelakuin sesuatu. Anggap aja ini bisnis. Gimana?"

...

Hayo menurut kalian Prilly akan terima tawaran Alio nggak?

Kira-kira bantuan apa yang mau Alio mau dari Prilly?

Yuk komen dan likenya.

Menghiasi Gabriella [ENDING]Where stories live. Discover now