○ 51

352 37 0
                                    

"Bagaimana ini! Kenapa acaranya jadi berantakan!"

"Saya sudah bilang sejak meeting di mulai. Coffe break jam 10. Meeting selesai jam 1 siang dan paket lunch tersedia di jam 12. Kenapa semuanya berantakan?"

"Ini lagi. Kenapa gedung event meeting seperti mau ke acara pernikahan?! Harga sewa ballroom membengkak!"

"Sekelas hotel bintang 5 kenapa bisa seburuk ini?!"

Sorakan serta bentakan dari klien memenuhi gedung A saat acara telah selesai. Klien berjumlah 2 orang sebagai penanggung jawab event meeting meluapkan segala kekesalan mereka atas pelayanan yang diberikan oleh karyawan Albert Hotel. Frans selaku HRD hanya mampu terdiam.

Barisan mahasiswa magang dan karyawan event planner maupun public area hanya mampu tertunduk dan tidak berani bersuara sedikitpun. Mereka menunggu sikap tegas HRD untuk segera menjawab setiap keluhan yang di layangkan oleh klien. Semua hal yang terjadi, mereka sudah berupaya melakukan sesuai perintah dari HRD dengan penuh tergesa-gesa.

"Ada yang bisa saya bantu?"

Suara bariton CEO Albert Hotel menggema di ambang pintu gedung membuat semua mata tertuju oleh langkah kakinya yang perlahan mendekat. Ada rasa lega di hati para karyawan ketika melihat orang berpengaruh di hotel datang untuk menyelematkan mereka dari amukan sang klien. Dalam hati mereka merutuki sikap HRD yang bahkan terlihat santai dan tidak bertanggung jawab sedikitpun sampai CEO harus turun tangan.

"Anda Alio selaku CEO hotel?"tanya klien A memandang serius pada Alio.

Alio menerbitkan senyum tipisnya. "Duduk dulu. Mari bicarakan secara baik-baik."

"Saya mau ada uang refund atas bobroknya pelayanan hotel! Jika bisa saya minta 65% dari keseluruhan biaya yang sudah saya keluarkan untuk mengadakan acara event meeting di sini"kali ini klien B membuka suara.

Alio mengangguk. "Baik sebelumnya mohon maaf atas ketidaknyaman ini. Silahkan tunggu dana masuk kembali ke rekening Anda selama kurang lebih 1×24 jam. Ada lagi yang perlu di diskusikan?"

"Tidak ada!"

Selanjutnya, kedua klien berjalan keluar dari area gedung A. Frans meremas kedua tangannya menatap nyalang pada Alio. "Anda tidak perlu ikut campur pada pekerjaan saya, Tuan Alio! Refund dana sebesar 65% sangat merugikan perusahaan ini. Paling tidak berikan opsi lain."

"Opsi apa yang kamu maksud? Reschedule event meeting gratis di hotel untuk mengganti kegagalanmu? Big no! Dalam bisnis tidak ada yang namanya kesempatan kedua. Saat mereka tidak puas dengan apa yang sudah di siapkan. Kita tidak perlu repot mengejarnya kembali. Kesalahan tidak di butuhkan! Mereka hanya perlu keberhasilan. Lain kali, jika tidak bisa bertanggung jawab. Serahkan kembali kepada yang lebih ahli."

Frans tertawa sinis. "Mengembalikan dana sama saja akan merugikan perusahaan. Apa Anda mau hotel ini bangkrut karena keputusan sepihak Anda, Tuan Alio?"

"Saya tekankan. Bisnis tidak ada kesempatan kedua. Seberapa keras kamu menahan mereka untuk tetap loyal pada perusahaan ini, jika dari awal kinerjamu saja sudah buruk. Mereka tentu akan berpikir ratusan kali untuk memakai jasa kita. Ini sama sekali tidak akan merugikan perusahaan. Toh, total keseluruhan biaya untuk acara ini tidak sesuai dengan harga yang sudah tertera. Kamu menaikkannya dua kali lipat!"

Frans berdecih. "Sudah sewajarnya saya menaikkan dua kali lipat apalagi gedung yang dipakai adalah gedung A."

"Bangga sekali bicaramu. Kamu hanya memalukan perusahaan. Jika ingin mengubah sistem dan aturan di perusahaan ini silahkan buat surat pengunduran diri dan bangun hotelmu sendiri. Saya tidak menerima segala bentuk keputusan sepihak dan nyeleneh seperti ini."

Frans tertawa kecil. "Padahal dengan keuntungan dari biaya dua kali lipat bisa di gunakan untuk kehidupan kedua anak kembar Anda, Tuan Alio."

"Bukannya uang itu kamu gunakan untuk kepuasaan pribadimu sendiri? Saya tidak mau tau segera kembalikan uang 30 juta yang kamu kantongi. Baru menjadi HRD saja sudah berani korupsi!"

Frans mengepalkan kedua tangan kuat. "Bahkan saya lebih berpengalaman dalam dunia perhotelan. Anda hanya meneruskan apa yang sudah orang tua berikan. Begitu saja sudah belagu. Bagaimana hotel ini akan maju jika CEO saja tidak bisa berpikir kritis."

"Kamu iri dengan privilege yang saya punya? Memangnya kenapa jika saya meneruskan apa yang sudah orang tua usahakan? Silahkan bangun privilege sendiri jika kamu masih saja bersikeras pada pendirianmu! Hotel ini tidak butuh HRD tukang korupsi seperti ini."

Frans mencebikkan bibir. "Saya hanya mengantongi uang 30 juta untuk kesenangan saya pribadi memanynya ada masalah? Anggap saja itu uang muka karena saya sudah bergabung di hotel ini. Bukankah Anda pernah memakai uang perusahaan untuk membeli Nona Prilly, Tuan?"

Bug!

Bug!

"Kurang ajar! Jaga bicaramu!"

Bug!

"Jangan pernah mencela istri saya"

Bug!

"Apalagi menghina statusnya!"

Bug!

"Cukup, Alio!"

Alio menghempaskan Frans dan membuat lelaki itu jatuh tersungkur ke lantai dengan wajah babak belur oleh perbuatannya. Sejenak Alio mengatur nafas dan tersenyum simpul menatap Prilly yang matanya sudah menyalang. "Ayo sayang kita pergi dari sini. Ansel dan Asa pasti mau main sama kita."

"Alio apa yang kamu lakuin ke HRD kita?"tanya Prilly dengan penuh ketegasan.

Alio terkekeh ringan dan mengusap puncak kepala Prilly. "Hanya memberinya sedikit hukuman. Ayo pergi dari sini."


.



.


"Aku nggak mau lagi kamu melakukan tindakan kekerasan lagi ya, Alio"ucap Prilly dengan penuh ketegasan.

Alio menghela nafas menatap Prilly yang duduk dengan wajah marah serta tangan yang ia lipat di depan dada. "Iya sayang aku minta maaf. Tadi kelepasan aja karena dia membuat ulah. Frans menaikkan harga sewa ballroom dua kali lipat. Pelayanan yang diberikan juga buruk dan tidak sesuai dengan jadwal."

"Tetapi, kamu udah beresin semuanya kan?"

Alio mengangguk. "Sudah. Aku nggak mungkin biarin dia bertanggung jawab. Itu cuma akan bikin masalah baru."

"Janji ya jangan gitu lagi. Aku nggak mau reputasi kamu dan hotel ini jadi buruk karena kekerasan tadi"lirih Prilly menatap penuh khawatir pada Alio.

Alio menyunggingkan senyum. "Aku janji."

"Oekk oekk"

"Adek Asa nggak suka di abaikan ya? Maafin Papa ya, Nak. Nggak lagi Papa abaikan Adek Asa. Aduhh anak Papa cantik sekali"Alio menggendong Asa dengan penuh kasih sayang.

"Oekk oekk"

"Lihat? Abang Ansel cemburu karena cuma Adek Asa yang di gendong sama Papa. Mama aja yang gendong ya, Nak. Papa bandel ya masa Adek Asa yang di gendong terus"Prilly menoel pipi Ansel yang tangisannya sudah mereda.

Alio dengan jahil menoel hidung Ansel membuat bayi itu kembali menangis diikuti tangisan Asa.

"Alio! Jahil banget sih. Lihat kan mereka berdua nangis."

"Nggak papa sayang. Kapan lagi liat mereka nangis."

"Alio!"

...

Halo aku kembali update

Sebenarnya udah mau update dari lama

Cuma bab ini tiba2 nggak bisa dibuka 😭. Malahan waktu mau aku revisi keluar terus dari aplikasinya. Sorry ya aku sempat unpublish ceritanya. Aku kira setidaknya bab ini bisa ke buka. Ternyata nggak.

Akhirnya aku log out dari apk dan baru bisa dibuka babnya 🥺

Jangan lupa like dan komen

Kira2 ada yang bisa hitung berapa total biaya yang di refund ke klien?

Menghiasi Gabriella [ENDING]Where stories live. Discover now