®Awal

133 18 3
                                    

    Sinar matahari menerobos masuk melalui celah-celah jendela. Menyinari seorang yang tengah terlelap dalam tidurnya. Alih-alih terganggu, dia malah semakin terlelap, menyelami mimpi. Sampai sebuah penghapus papan tulis menghantam keras meja yang dijadikan tumpuan kepala. Memaksanya keluar dari mimpi indah. Secara refleks, ia berdiri memandang datar si pelempar.

    "Keluar sekarang!" perintah si pelempar. Tanpa rasa takut, dia melangkah keluar dari kelas dengan pandangan lurus ke depan. Kakinya menuntun ia ke sebuah taman belakang sekolah yang jarang dikunjungi oleh siswa di sekolahnya. Berhenti di sebatang pohon apel lalu ia memanjat pohon tersebut dengan mudah. Netra indahnya menatap nabastala di atas sana yang sedang cerah-cerahnya, warna birunya begitu menawan hingga membuat seulas senyum tipis terbit di bibir merah  muda alaminya. Angin semilir bertiup nyaman, beberapa daun dari pohon berguguran. Ia memejamkan mata sejenak menikmati suasana.

     Dari atas pohon, ia dapat menelusuri lingkungan luas sekolahnya hanya dengan kedua netra hitamnya. Ia menatap lurus ke sebuah lapangan yang tampaknya sedang terjadi kejadian menarik di sana. Karena penasaran, ia pun lantas turun dari pohon dan berjalan ke tempat kejadian. Tubuhnya bersembunyi di balik semak-semak agar tidak ada yang dapat melihatnya.

    "Lo tahu kesalahan lo apa?" Terdengar suara datar milik seorang cowok yang tengah menatap tajam gadis di depannya. Dahi sebelah kanannya lebam, mungkin terkena lemparan benda keras. Gadis itu hanya diam, wajahnya kusut dan tangan yang gemetaran juga matanya mulai berkaca-kaca.

"Maaf... Aku tidak sengaja," parau gadis tersebut. Mulutnya gelagapan, gadis itu dalam postur tegang sekarang.

   Dia mengamati sekitar, gadis dan cowok tersebut ternyata sedang dalam kelas olahraga sekarang terbukti setelan kaos yang dipakai keduanya dan siswa-siswi lain yang tengah memperhatikan mereka. Sepertinya cewek dalam kelas mereka melakukan praktek olahraga bola voli sedangkan para cowok praktek bola basket. Dan secara tidak sengaja gadis dengan rambut sepinggang itu melempar bola voli terlalu kencang hingga terkena dahi kanan cowok tersebut.

"Setelah buat dahi gue lebam, Lo bilang maaf?" Suara cowok itu kembali menggelegar seisi lapangan, menyentak gadis tersebut. Cowok itu maju, mengikis jarak di antara keduanya lalu dengan kasarnya dia mendorong gadis tersebut membuatnya terduduk di lantai lapangan.

"Jangan harap gue mau maafin lo," ucap cowok tersebut tanpa perasaan. Teman-teman sekelas mereka hanya memperhatikan menjadi penonton tanpa mau menolong gadis itu begitu pun dengannya yang sedari tadi menjadi pengamat diam-diam.

   Seorang cowok dengan sebuah headband di kepalanya terpaksa maju, berdiri di tengah-tengah gadis dan cowok tersebut "Udahlah Bar, kasihan anak orang. Lagian dia juga udah minta maaf," sahutnya.
Cowok headband tersebut tidak tega melihat gadis cantik itu dimangsa sahabatnya.

"Urusan kita belum selesai!" Kejadian tersebut harus berakhir karena sahabat dari cowok itu menariknya pergi. Bersamaan dengan bubarnya kejadian itu, bel istirahat berdering suaranya begitu memekikkan.

  Dengan susah payah, gadis itupun berdiri walau salah satu tangannya terasa sakit. Menghela nafas sejenak, lantas ia berjalan meninggalkan lapangan diikuti satu persatu teman sekelasnya.

                         ~®~

     Selepas menyaksikan kejadian yang menarik perhatiannya, ia kini tengah berdiri di antara lautan siswa kelaparan. Ikut mengantri disalah satu stan makanan di sana. Beberapa saat kemudian, tangannya sudah penuh, membawa nampan berisi soto dan es teh. Mengedarkan pandangan mencari tempat duduk, menemukan meja kosong dan segera duduk. Menyantap soto dengan kuah merah segarnya. Rasa pedas kuah soto menyeruak di dalam mulut sangat cocok dengan lidahnya.

     Suara bising dari arah pintu masuk kantin membuatnya menoleh. Berbagai pujian dilontarkan kepada empat kaum Adam yang tengah berjalan. Mereka lalu duduk ditempat paling tengah yang sepertinya  itu tempat favorit mereka. Diantara ke empat cowok itu ada cowok yang tadi terlibat perdebatan di lapangan yang dia ketahui bernama, Baskara Rawindra. Di sampingnya ada cowok  yang terlihat tidak peduli, memilih menelungkup kepalanya di atas tangan yang terlipat, mengabaikan sekitar, bernama Zeevrey Ekata. Cowok dengan hedband di kepalanya yang tadi memisahkan pertengkaran ada di depannya, Rafa Saptra. Sedangkan cowok tinggi dengan rambut yang menutupi dahi, Tiandra Ghulshan. Nama-nama tersebut dia ketahui dari pekikan heboh siswa-siswi di sekitarnya.

"Raf, Lo pesen makanan," perintah Tian.

"Kok gue, lo aja sana!" balas Rafa santai.

Tian bergidik ngeri menatap kerumunan siswa yang mengantri "Gue males, liat tuh rame banget. Bisa lumutan gue, apalagi banyak cewek kecentilannya."

"Ye, elo. Sok amat jadi orang. Biasanya juga suka mainin cewek," ujar Rafa sambil menoyor dahi Tian.

"Itu lo ya bukan gue, tinggal disuruh pesen doang Raf. Banyak ngeluh Lo." Tian balas menoyor dahi Rafa.

Rafa tak terima "gimana gak banyak ngeluh coba, tiap hari yang pesen gue terus. Lo pada enak duduk manis doang."

"Udah sono pesen keburu bel ntar," ucap Tian seraya mendorong Rafa.

"Berisik," kata Zeevrey dingin. Rafa dan Tian langsung diam, takut akan tatapan datar nan mengerikan milik Zeevrey.

"Raf, lo pesen makanan," kata Bara.

"Kok gue sih!" jawab Rafa tak terima. Yang langsung dihadiahi tatapan tajam Bara.

"Gini amat punya temen. Yang satu datar kek triplek, satunya lagi galak bener," rutuknya lirih namun masih bisa didengar.
Tian cekikikan mendengar itu.

"Samain aja semuanya. Jadi ini mau pada pesen apa?" tanya Rafa sinis.

"Udah pesen bakso aja, sama minumnya es teh," jawab Tian mengusir Rafa dengan mengibaskan tangan kirinya.

Rafa berjalan malas meninggalkan, menuju stan makanan "berasa babu gue," rutuknya.

Mereka memilih dua meja yang berselang dengannya. Tidak bermaksud menguping, tapi suaranya terdengar sampai mejanya. Mereka tampaknya gerombolan most wanted boy di SMA Galaksa. Ia meminum es teh nya ketika terasa pedas di tenggorokan hingga sebuah suara cempreng membuatnya tersedak.

"Baraaa, I'm Coming!" suaranya begitu memekikkan telinga. Dia mengalihkan pandangan, di pintu masuk kantin terdapat seorang gadis berambut cokelat panjang tengah berlari menuju ke tempat para most wanted boy bersama dengan dua temannya.

                                       ________
                                     1 April 2023
                                      ~Erliephima

RinextraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang