Prolog

14.4K 759 47
                                    

Suara deru motor di pekarangan rumah membuat seorang gadis yang sedang sibuk membersihkan debu dari balik kaca jendela bernapas lega. Dengan cepat gadis itu mencuci kain lap yang sedang ia pegang di dalam ember plastik yang terletak tepat di sampingnya.

"Mereka udah datang!" seru gadis itu sambil mengetuk pintu kamar mandi dengan semangat.

"WAH, SERIUS, GIT!?" teriak seseorang dengan suara cempreng khas perempuan dari balik pintu kamar mandi. Membuat gadis yang dipanggil "Git" tadi hanya bisa menggelengkan kepala.

Dari arah pintu, seorang gadis bertubuh kurus dengan rambut yang dicepol berjalan santai memasuki rumah sambil melempar-tangkap kunci motor dalam genggamannya. "Riana mana?" tanya Gitta pada gadis itu sambil melongokkan kepalanya ke luar rumah. Yang ditanya malah mengedikkan bahu tak acuh.

"Dari tadi kalian cuma gini-gini aja? Gue kira udah bersih semuanya," gumam gadis itu sebelum duduk di atas sofa yang masih terbungkus plastik.

Gitta langsung menarik lengan gadis di hadapannya. "Bangun, Na! Itu masih debu! Jorok banget sih!" omel Gitta yang masih terus berusaha menarik lengan gadis bertubuh kurus itu. Gadis itu sendiri terlihat tidak perduli.

"Ya udahlah, badan gue juga dekil banget, belom mandi. Mendingan lo lanjutin bersihin kaca aja sana." Usir Athena-gadis bertubuh kurus dengan ujung rambut yang diwarnai biru tosca-sambil menyentakkan lengannya dari cengkraman Gitta.

"Bersihin taman depan, Na!" suruh Gitta pada Athena sambil berjalan menuju dapur, mengambil kain lap yang ia tinggalkan di sana.

Athena mengernyit tidak suka. "Bersihin kayak gimana?"

Gitta sendiri sudah kembali berjalan menuju ruang depan dan melanjutkan kegiatannya mengelap kaca dengan telaten. "Cabutin rumput parasitnya, gunting rumput liarnya, kalau udah selesai disapu. Gampang, kan?" ujar Gitta ringan.

Athena langsung mendengus keras-keras. "Emangnya gue cacing? Main di tanah kayak gitu. Udah ah! Gue mau nemenin Riana aja, dia masih sibuk ngecek barang. Dadah!" seru Athena sebelum berlari menuju motornya dan melaju cepat tanpa memperdulikan teriakan Gitta. Menyisakan deru suara mesin meskipun sang pengendara sudah tidak tampak.

Tiba-tiba, pintu kamar mandi terbuka lebar. Menampakkan sosok mungil berwajah kusut dengan badan basah kuyup disertai busa sabun yang menempel di lengannya, menatap Gitta dengan pandangan bingung. "Ngapain neriakin Athena, Git?" tanyanya. "Lah, Athena mana?" tanyanya lagi karena tidak menemukan sosok Athena dimana-mana.

Gitta langsung berbalik badan dan tercengang saat melihat penampilan adik sepupunya itu dari ujung kepala sampai kaki.

"Lo bersihin kamar mandi atau mandi, sih? Udah dua jam di kamar mandi tapi gak selesai-selesai...," gumam Gitta dengan pandangan terkejut.

Hafisa-yang sudah dua jam di kamar mandi itu-malah mencebikkan bibirnya ketika mendengar ucapan Gitta. "Gue abis berjuang di kamar mandi. Banyak kecoak dan hewan sebangsanya, mana kotor banget. Sumpah deh, gue jadi nyesel ikut pindah sama kalian!" oceh Hafisa-Fisa, akrabnya-dengan mimik wajah berganti-ganti.

Gitta tersenyum maklum. "Kan, mau jadi anak mandiri. Udah ah, jangan banyak ngeluh. Nanti gue masak yang enak deh!"

Hafisa baru saja akan membalas ucapan Gitta saat deru mobil pick-up memenuhi pendengaran mereka. Seorang gadis dengan rambut lurus melompat turun dari jok depan bersama beberapa petugas pengangkut barang.

"Kalian udah selesai?" tanyanya sambil mengamati rumah bergaya vintage itu dengan seksama.

Rumah itu sangat sederhana untuk ditinggali empat orang gadis yang masih berada di usia belia. Hanya ada ruang santai, dapur, dua kamar mandi, empat kamar tidur yang hanya dibatasi sekat dan pekarangan yang berukuran sedang. Rumah ini tadinya ditinggali oleh kakek-nenek mereka sebelum meninggal dan terlantar begitu saja karena tidak ada yang bisa merawatnya dikarenakan kesibukan masing-masing. Kini rumah itu kembali menemukan penghuninya.

"Mungkin tinggal pekarangan dan kamar mandi. Fisa dari tadi lama banget bersihin kamar mandinya. Padahal cuma dua, itu pun gak luas...," ucap Gitta pasrah sebelum membetulkan letak kaca mata minusnya yang merosot karena keringat.

Hafisa memang penurut dan selalu mengerjakan apa saja yang diperintahkan padanya. Tetapi gadis berpipi chubby itu selalu membutuhkan waktu yang lebih lama dari orang normal kebanyakan. Lamban, mungkin merupakan kata yang lebih tepat.

Riana mengangguk pelan. Gadis yang satu itu memang hanya berbicara seperlunya. Riana lalu melirik ke kiri dengan raut wajah mengingat. "Menurut gue udah sih, nanti kalau ada yang ketinggalan tinggal ambil aja. Ya udah, kamar mandi biar gue yang bersihin. Urusan pekarangan, gue udah nelpon tukang kebun. Athena mana? Katanya dia mau pulang duluan." Riana melepaskan sweaternya lalu mengikatnya di pinggang. Gerah. Cuaca hari itu memang sangat terik, apalagi ditambah kegiatan pindahan yang mereka lakukan.

Gitta tersenyum lelah. "Dia pergi lagi setelah duduk di sofa sebentar. Tadi sih katanya mau nyusul lo, Ri," jawab Gitta sambil mengelap keringat dikeningnya, membuat keningnya menghitam karena debu.

"Halah, itu anak," Riana setengah menggerutu. "Keluyuran terus. Pulang kalau laper doang."

Gitta hanya mengulum senyum. Sebenarnya Gitta sendiri bingung kenapa mereka betah tinggal dengan Athena, padahal anaknya pecicilan. Athena bisa jadi sangat menyebalkan sewaktu-waktu.

Gitta dan Riana kemudian duduk di lantai ruang tengah, menatapi pekerja yang lalu lalang memindahkan barang-barang mereka dari mobil pikap ke ruangan itu. Masing-masing larut dalam pikirannya sendiri.

Gitta tersenyum sambil memikirkan alasan mereka semua pindah kesini. Riana karena kedua orang tuanya dinas ke luar negeri, Hafisa karena terlalu sulit bergaul-salahkan kelambanannya, Athena karena kedua orang tuanya tidak pernah bisa akur, dan yang terakhir Gitta, si korban usulan om dan tantenya-diminta menjaga mereka semua. Walaupun Gitta bukan yang paling dewasa, tetapi ia yang paling tua di antara mereka semua dan mau-tidak mau, Gitta harus bertanggung jawab atas sepupu-sepupunya itu.

Walaupun semua sepupunya itu bisa dibilang "berbeda" dari manusia lain-bahkan Gitta bingung sebenarnya mereka masuk ke spesies Homo Sapien atau bukan-tetapi mereka tetap sepupu kesayangannya.

Besok harus cat tembok, ucap Gitta dalam hati lalu menutup matanya.

Hawa panas dan suara tonggeret dari pekarangan mengisi sunyi di antara Gitta dan Riana, seakan menjanjikan ribuan memori warna-warni yang akan terjalin di antara mereka-Gitta, Riana, Hafisa, dan Athena.


*.*.*.*.*

a.n: halo semuanya! makasih karena udah nyempetin baca TQRoFN :D makasih juga buat support kalian yang bener-bener bikin kita speechless karena jujur kami gak nyangka sama sekali akan dapet respon sepositif ini:') semoga gak mengecewakan ya!


kedepannya, setiap chapter akan ditulis dua orang secara berpasangan. nahm pasangannya bisa ganti-gantian kok. untuk chapter satu akan ditulis oleh @rdnanggiap dan @elcessa


leave your vote and comments sebagai bentuk apresiasi ya! kritik & saran juga sangat diharapkan. buat info lebih lanjut bisa add LINE @SOE2974W atau ask di ask.fm @igivenoshit ya! :)

The Quirky Records of Friday NightWhere stories live. Discover now