Chapter 1

6.7K 547 85
                                    

Riana menghempaskan tubuhnya di atas sofa sambil menghela napas berat. Tangan kanannya meraih kertas entah apa yang terletak di atas meja untuk mengipas wajahnya yang mulai memerah. Meskipun matahari sudah mulai bergerak ke Barat, udara di luar masih terasa panas.

"Tumben lo udah pulang." Suara khas Athena membuat Riana menoleh ke arah gadis dengan rambut yang dihigh-light biru tosca yang ikut mengambil tempat di sebelahnya. Jeans belel yang warnanya sudah mulai pudar ikut mewarnai penampilan Athena sore itu.

Riana mengedikkan bahu. "Lagi gak banyak tugas. Yang lain mana?"

Belum sempat lagi Athena menjawab, sebuah teriakan nyaring yang diikuti dengan sosok perempuan berwajah kesal yang sibuk memegangi rambutnya memenuhi seluruh penjuru ruangan, "WOI! Ada yang liat jedai gue gak?" teriak Gitta sambil melangkah ke arah Riana dan Athena.

Athena langsung memutar mata dan mendengus kesal saat mendengar kata 'jedai'. Seluruh isi rumah juga tau kalau Athena paling benci dengan benda aneh yang digunakan teman-temannya untuk menjepit rambut itu. Jepitan itu hanya membuat rambut kusut, setidaknya begitu pikir Athena.

"JEDAI GUE MANA JEDAI GUE?" Gitta kembali berteriak. Ekspresinya lebih mirip seperti Ibu-ibu yang kehilangan anaknya di Mall dari pada kehilangan jedai.

Riana hanya bisa menggelengkan kepala. Sepertinya, kebiasaan berteriak Hafisa mulai menular pada Gitta karena terlalu lama tinggal di bawah atap yang sama.

"Fis, itu yang di kepala lo punya siapa?" tanya Gitta saat melihat Hafisa berjalan melintas melewati mereka-menuju kamar mandi, sepertinya.

"Eh maaf, Git, bukannya gue mau nyolong. Tapi tadi gue lagi nyuci baju terus panas banget. Terus keringat gue ngalir ke mana-mana. Terus, kan, busanya sampe nempel-nempel di rambut gue. Nah, pas gue mau ambil punya gue, eh, ilang. Jadi karena darurat gue pinjem punya lo. Maaf ya...." tutur Hafisa panjang lebar, wajahnya terlihat lebih imut ketika memasang ekspresi bersalah. Namun Athena tidak pernah berpikir demikian.

"Ilang? Lagi?" tanya Gitta kaget setelah mendengar penuturan dari Hafisa.

Riana yang sedari tadi hanya mendengar ocehan teman-temannya itu pun ikut nyeletuk, "Fis, lo kan baru beli empat kemarin."

"Gue juga gak tau ilang kemana, Ri. Sumpah." Hafisa mengangkat dua jarinya-jari tengah dan jari telunjuk-membentuk lambang peace. "Oh iya, ada yang liat kancut gue gak? Yang warna biru, ada gambar Cinderella-nya."

"Gue mulai curiga ada setan jedai yang menghantui rumah ini," ucap Athena dramatis untuk menakut-nakuti Hafisa. Namun tak lama kemudian Athena kembali buka suara dengan nada normal, "Oh, ini kancut lo, Fis. Lagi gue pake. Kancut gue gak keliatan di lemari."

"ATHENA, ITU KANCUT KESAYANGAN GUE, IH! LAGIAN LEMARINYA DIBERESIN DONG!" teriak Hafisa yang langsung mengambil langkah lebar ke arah Athena dan menarik rambut gadis itu sampai gadis ia jatuh terjengkang dari sofa sambil mengaduh kesakitan.

"Fis, urusan lo sama gue belom selesai! Gak usah banyak alasan. Siniin jedai gue," ucap Gitta, berusaha menengahi dua manusia biadab di hadapannya. Selama dua tahun mereka tinggal bersama, ada saja yang diperdebatkan. Riana sering menggerutu ketika Athena dan Hafisa mulai berulah seperti tadi dan menjuluki mereka Dua Manusia Biadab. Gitta cukup setuju dengan julukan yang diberikan Riana, kalau boleh jujur.

"Ih, bentaran dong, Git." Hafisa mengalihkan pandangannya ke arah Gitta sambil mengerucutkan bibir. "Gue kan masih nyuci. Kan, baju lo juga yang gue cuci. Bantuin guedong, kancut gue dicolong sama Antena, tuh."

Gitta terlihat tidak memperdulikan fakta kalau Hafisa-lah yang mencuci bajunya karena detik berikutnya gadis itu melotot sebal. "Gak mau tau. Siniin jedai gue! Lo juga nyolong jedai gue!" ucap Gitta tegas sambil menyodorkan telapak tangannya pada Hafisa, meminta jepitannya kembali.

The Quirky Records of Friday NightWhere stories live. Discover now