BAB 09

171 11 0
                                    

Sekarang sudah menunjukkan pukul 12 siang dan tidak terasa karena mereka terlalu asik bermain game di roof top.

Sampai akhirnya ada pelayan perempuan yang panggil mereka untuk makan siang.

Mereka turun ke lantai satu untuk makan siang di ruang makan dan mereka haru gantian masuk lift karena cuma muat buat 4 orang saja.

"Ayo duduk," kata Molly.

Brianna dan Molly duduk di kursi bersebelahan. Molly tahu Brianna masih merasa canggung, apalagi di meja makan ada kedua orangtua Fenzo dan Kenzo.

"Ayo makan," kata nyokap Fenzo.

"Lo mau makan apa biar gua ambilkan?" Tanya Molly.

"Aku ambil sendiri aja," kata Brianna.

"Sudah biar gue aja," kata Molly yang tahu kalo Brianna malu-malu mau ambil lauk.

"Lo mau udang nggak, enak nih udang mentega?" Tanya Molly.

"Aku alergi udang," kata Brianna.

"Sorry sorry gue nggak tau," ucap Molly.

"Kalo gitu lo makan ayam goreng sama sayur aja," kata Molly dan mengambilkan sepotong ayam sama capcay.

"Makasih," ucap Brianna saat Molly meletakkan piring di depannya.

Setelah itu baru Molly ambil makanannya sendiri.

"Baru kali ini gue liat tuan putri Molly ambilkan makanan buat orang lain," kata Ruby.

"Diam," kata Molly dan menatap Ruby dengan tajam.

"Makan, jangan berisik," kata bokap Fenzo dan Kenzo.

Semua langsung diam dan fokus menyantap makanan masing-masingnya.

Ini pertama kalinya buat Brianna makan dengan diam, biasa dia sambil ngobrol.

"Brianna, tambah lagi makannya," kata nyokap Fenzo.

"Iya aunty," kata Brianna.

Tapi Brianna tidak menambah makanan di piringannya karena dia sudah kenyang.

Selesai makan, mereka tidak langsung bangkit dari meja makan. Tapi mereka diam dulu untuk mencerna makanan yang baru masuk.

"Ngapain kamu liatin uncle kaya gitu?" Tanya bokap Fenzo saat menyadari kalo dia perhatian sama Molly.

"Dilihat-lihat, wajah uncle sama Anna sedikit mirip," kata Molly dan memperhatikan wajah Brianna.

Dari tadi secara diam-diam Molly memperhatikan wajah bokap Fenzo dan Brianna.

"Bicara sembarang kamu ini," kata bokap Fenzo.

"Aku nggak bicara sembarangan, memang mirip kok," kata Molly.

"Coba ya," kata Molly berdiri dari duduknya.

"Ikut gue," pinta Molly dan memegang tangan kiri Brianna.

"Mau kemana?" Tanya Brianna.

"Sebentar aja," kata Molly.

Brianna berdiri dan mengikuti keinginan Molly.

"Lo berdiri di sini," kata Molly dan meminta Brianna untuk berdiri di samping bokap Fenzo yang masih duduk.

"Ngapain?" Tanya Brianna dengan pelan.

"Sebentar aja," kata Molly yang pindah berdiri di belakang Brianna.

Mobil menggenggam rambut Brianna menjadi satu agar wajah Brianna terlihat dengan jelas.

"Coba deh perhatiin, mirip tau," kata Molly.

Mata semua orang yang berada di ruang makan langsung mengarah kepada Brianna dan bokap Fenzo.

"Benar kata Molly, sedikit mirip," kata Ruby.

"Kakak mau ngapain?" Tanya Brianna saat melihat Zaidan mengeluarkan hpnya.

"Sebentar aja," kata Zaidan dan mengarahkan kamera hp.

Zaidan mengambil foto Brianna dan bokap Fenzo.

Brianna melepaskan tangan Molly dari rambutnya dan dengan cepat menjauh. Dia kembali menuju kursi yang tadi dia duduki dan mengambil hp dari dalam sling bag nya.

Ada yang nelpon Brianna dan saat dilihat ternyata Vino yang nelpon.

"Halo bang Vino," kata Brianna mengangkat telpon dari Vino.

"Halo dek, kamu jam berapa pulangnya?" Tanya Vino.

"Jam empat," jawab Brianna.

"Ada apa bang?" Tanya Brianna.

"Abang ada urusan keluar kota selama tiga hari, kamu nggak apa-apa kan kalo abang tinggal sendirian di apartemen?" Beritahu dan tanya Vino.

"Kenapa mendadak keluar kota nya?" Tanya Brianna.

"Sebenarnya nggak mendadak, tapi abang lupa kasih tau kamu," kata Vino.

"Nggak apa-apa kan kalo kamu sendirian di Apartemen? Kak Rossa tidak bisa temenin kamu soalnya besok ada acara keluarga dan kerja," tanya Vino.

"Nggak apa-apa kok," jawab Brianna.

"Kalo ada apa-apa kabarin abang ya dan ingat jangan macam-macam selama abang pergi," pesan Vino.

"Iya, abang juga hati-hati di jalan," kata Brianna.

"Kalo gitu abang tutup telponnya, byee," pamit Vino.

"Byee," kata Brianna dan setelah itu panggilan telpon terputus.

Brianna memasukkan kembali hp nya ke dalam sling bag.

"Kenapa?" Tanya Molly yang sudah berdiri di samping Brianna.

"Bang Vino mau keluar kota selama tiga hari, jadi aku sendirian di apartemen," jawab dan beritahu Brianna.

"Mau kakak temenin, biar dedek gemez nggak kesepian?" Tanya Ruby.

"Makasih kak, tapi nggak usah," jawab Brianna dan menolak tawaran Ruby.

"Mau nginap di rumah gue nggak?" Tanya Molly.

"Nggak usah, makasih. Aku di apartemen aja," jawab Brianna.

Brianna sudah biasa tinggal sendirian, jadi dia tidak takut sama sekali selama lampu masih hidup.

"Orangtua kamu kemana?" Tanya nyokap Fenzo.

"Orangtua aku pindah keluar kota karena kerjaan, jadi aku tinggal di apartemen sama abang," jawab Brianna dengan sedikit berbohong.

"Kenapa kamu nggak ikut pindah keluar kota?" Tanya nyokap Fenzo.

"Karena sekolah, aku sudah capek-capek belajar buat dapatkan beasiswa, jadi nggak mau sia-siakan kesempatan itu," jawab Brianna dan lagi-lagi ada kebohongan.

Tidak pernah ada yang tahu masa lalu Brianna. Bahkan Molly tahunya kalo bang Vino adalah abang kandung Brianna dan kedua orangtua Brianna tinggal di luar kota.

"Toilet di mana?" Tanya Brianna.

"Kamu lurus habis itu belok kanan," jawab Molly dan memberikan arah menuju toilet.

"Aku permisi mau ke toilet dulu," pamit Brianna dan setelah itu melangkahkan kakinya sesuai dengan arahan yang diberikan oleh Molly.

Brianna pergi ke toilet untuk buang air kecil dan sekalian dia mau cuci tangannya.




BRIANNA (END)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant